01. Lupa

929 122 52
                                    

***

Pagi hari yang harusnya tentram dan damai tiba tiba jadi suram saat terdengar suara teriakan menggelegar dari seorang wanita paruh baya di depan pintu sebuah kamar berwarna biru navy itu.

"ARZACHEL! KAMU MAU TELAT LAGI KE SEKOLAH? CEPET BANGUN ATAU BUNDA CORET DARI KARTU KELUARGA!"

Wanita itu menggedor pintu kamar putra sulungnya dengan sekuat tenaga, Dhea namanya, ibu dari anak yang sedang tidur pulas di kamarnya yang tak lain adalah Arzachel atau sering dipanggil Arza biar ga ribet katanya.

Di dalam kamar, Arza yang terusik dari tidurnya karna suara berisik itu bangun namun matanya masih tertutup rapat, dia menggaruk tengkuknya sambil menguap.

"Iya iya bunda ini Arza ganteng sejagat raya udah bangun."

Arza turun dari ranjang dia ngga pakai atasan, cuma pakai celana boxer selutut, melangkah ke depan pintu kamar lalu membukanya dan terlihatlah wajah sang bunda yang menatapnya sinis sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Kamu tiap hari kerjaannya telat mulu ke sekolah mau jadi apa nanti?"

Arza tersenyum kikuk sambil menggaruk kepalanya yang ngga gatal, "Arza kan udah kaya bunda...ngapain harus rajin ke sekolah kan masih ada Aksa tuh."

Dhea melotot mendengar pernyataan dari anaknya itu yang terdengar tidak masuk akal, spontan dia mencubit perut sang anak.

"Eh eh eh bunda sakit duh duh."

Arza meringis sambil mengusap perut sixpacknya yang nyeri setelah terkena cubitan maut dari sang bunda walaupun dia berandalan di sekolah tapi kalau bundanya udah ngamuk beh ngeri cuy.

"Kamu itu kerjaannya cuma tidur, makan, kelayapan tiap malam, tawuran, masuk BK, kamu bilang ngapain harus rajin ke sekolah? Emang ayah kamu mau ngasih harta warisan kalau anak modelan gini? Bandel! Kamu itu udah SMA, udah gede, coba sesekali nurut sama bunda."

Arza hanya bisa menutup kedua matanya sambil menarik nafas panjang, setelah mendengar ceramah dari sang bunda, dia meraih kedua tangan sang bunda lalu menggenggamnya.

"Bunda dengerin Arza ya, lagian kalaupun Arza ngga naik kelas kan tinggal minta urusin sama ayah biar bisa naik kelas jadi Arza ngga harus cape-cape rajin ke sekolah tiap pagi."

Setelah mengucapkan kalimat itu Arza lari ngibrit ke kamar mandi ngga perduli sama bundanya yang bengong di depan pintu kamar.

*1 detik...2 detik...3 detik....hingga...

"ARZACHEL AVEIRO GALENDRA! KESINI KAMU DASAR ANAK NGGA TAU DIRI!!!"

Sang pelaku hanya terkekeh geli dari balik kamar mandi mendengar suara menggelegar sang bunda dari luar.

Setelah bersiap Arza melangkahkan kakinya ke ruang makan disana sudah ada sang ayah, Theo yang membaca koran sambil sesekali menyeruput kopi favoritnya dan sang bunda yang sedang sibuk memasak, menoleh sesaat ketika tau sang putra sudah siap sengan seragam SMA-nya yang sudah pasti berantakan, kancing di atas dibiarkan terbuka, tidak mengenakan dasi tapi malah mengenakan jaket kulit hitam, jangan lupakan cincin yang berjejer rapi di jari jarinya.

"Duduk, sarapan dulu baru ke sekolah."

Arza mengangguk lalu berjalan ke arah meja makan, dia duduk lalu mengambil roti yang sudah di olesi dengan selai coklat oleh sang bunda. Sangar-sangar gini pecinta coklat bos.

"Neng kopi paitnya satu ya gulanya dikit aja soalnya saya udah manis."

Arza berucap kepada sang bunda sambil mengedipkan sebelah matanya, Dhea memutar bola matanya malas gini nih akibat kelamaan jomblo lagian siapa juga yang mau sama anaknya udah kerjaannya tiap hari bolos sekolah, tawuran, outfitnya sok ganteng, dekil lagi kaya tikus kecebur got nyesel dulu ngga buang ni anak ke kolong jembatan.

Arzachel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang