04. Hujan?

321 58 39
                                    

***

Bell tanda pembelajaran telah selesai berbunyi, seluruh siswa dan siswi berhamburan keluar kelas.

Arza menyandang tas di sebelah bahunya berjalan menuju ke parkiran sekolah, banyak siswi yang mengikutinya tak heran dia anak pebisnis sukses sekaligus anak dari pemilik sekolahnya, belum lagi tampangnya yang membuat para wanita tergila gila. Arza hanya mengacuhkan mereka dengan alasan membuang buang waktunya saja meneladani para wanita.

Saat tiba di parkiran dia tak melihat keberadaan motor gadis itu Atlanna, sudah pulang mungkin, kenapa juga Arza harus perduli dia mengangkat kedua bahunya. Dan para gadis gadis itu masih saja berusaha mendekati Arza.

"Kak Arza hari ini mau kemana?"

"Arza kamu jadi latihan basket?"

"Hai Za aku boleh numpang sama kamu ngga? aku belum dijemput nih."

"Kak kamu suka coklat ngga?"

"Arzachel bla bla bla...

Arza menghela nafas lalu berdecak kesal, "Gua sibuk, jadi jangan ganggu gu-"

"Tapi kak aku udah minta izin sama papi kamu biar di anterin sama kamu pulang." Seorang gadis berwajah blasteran Jepang dengan rambut panjang berwarna coklat dilengkapi dengan bando merah muda di kepalanya mendekat sambil memainkan ujung seragamnya.

Ranchi Viola kerap dipanggil Cici atau Ola, dia sudah lama menyukai Arzachel dulu pernah ada gadis lain berusaha mendekati Arza dan ingin menyatakan perasaannya, namun di cegah Ranchi dengan mengatakan bahwa dia adalah kekasih Arza tanpa sepengetahuan Arza.

Cobaan apalagi ini batin Arzachel, baru saja dia ingin berucap tapi seseorang tiba tiba buka suara.

"Woi lu pada bubar atau gua cocolin ni puntung rokok ke muka lu pada."

Semua siswi yang mengelilingi Arza reflek menoleh ke sumber suara. Itu Aksa, dia menghembuskan asap rokok kesamping sambil bersandar di tembok parkiran lalu mematikannya di tembok yang ia sandari.

Aksa berjalan mendekat, "Sana buru hus hus ngga denger kuping lu pada?" Dia mengibas ngibaskan tangan kanannya.

Yang awalnya wajah mereka berseri seri melihat Arza tiba tiba berubah menjadi datar ketika ada Aksa.

"Huuuuu so asik." Mereka disana bersorak bersamaan lalu pergi dengan wajah kesal.

Aksa menggeleng gelengkan kepala lalu duduk di atas motor berniat pergi ke markas sejenak, tempat favoritnya.

"Thanks man." Arza berterima kasih sambil menyalakan motornya, Aksa mengangguk sambil mengangkat jari jempol ke arah Arza.

Setelah Arza pergi dari pekarangan sekolah Aksa memakai helm lalu menyalakan motornya namun...

Motornya mogok, sial.

Aksa turun dari motor namun masih menggunakan helm full lalu menendang ban belakang motornya.

"Njir sakit." Dia memegangi ujung sepatunya kesakitan lalu melihat sekeliling dan ternyata ada yang belum pulang dari sekolah, disana masih ada satu motor yang tersisa, sang pemilik motor tersebut terlihat sedang  berusaha memakai hoodie hitam berlogo berlian itu, dia Angkasa.

Aksa mendekat ke samping Angkasa lalu berdehem, Angkasa hanya menoleh sebentar sambil menaikkan sebelah alis lalu berusaha naik ke motornya.

"Eh Kasa ganteng sejagat raya tapi masih gantengan gua, numpang ya? motor gua mogok sekolah udah sepi juga cuma lu satu satunya harapan."  Aksa menahan pergelangan tangan Angkasa sambil memperlihatkan senyumannya, terlihat seperti senyum psikopat di mata Angkasa.

"Ngga." Angkasa berucap sambil menepis tangan Aksa lalu berbalik mengambil helm, saat sudah terpasang dia berbalik lagi namun ternyata Aksa sudah duduk manis di jok belakang motornya.

"Turun." Angkasa membuka kaca helmnya, menatap datar ke arah Aksa.

Aksa memasang wajah memelas, "Plis lah ntar gua traktir bakso dah suer sekali ini aja numpang." Dia mengangkat dua jarinya membentuk huruf  V.

Angkasa menghela nafas kasar lalu menarik Aksa yang duduk dibelakang jok motornya dengan sekali tarikan, terpaksa Aksa turun sambil mendengus kesal dia mundur beberapa langkah kebelakang membiarkan Angkasa lewat.

Saat Angkasa pergi menjauh Aksa mengacungkan kedua jari tengahnya, "Dasar kutub utara awas aja lu kalau minta bantuan sama gua, kalau bukan anggota Lazuard udah gua lempar ke jurang cih." Batin Aksa.

Setelah selesai dengan acara caci makiannya dia berjalan ke arah gerbang sekolah dimana ada halte bus di depan sambil menendang nendang kerikil kecil dengan sepatunya, belum sempat Aksa duduk tiba tiba hujan mulai turun, Aksa menatap langit sambil bersorak ria. "Hahaha mampus lu ngga mau nganter gua kehujanan dah tu pasti."

***

Belum sempat 10 menit Arza menaiki motornya hujan turun begitu saja, dia berdecak kesal berniat berhenti di sebuah halte bus didekat lampu merah namun dari kejauhan dia melihat seorang gadis yang sedang mendorong motornya sambil hujan hujanan, Arza memperlambat laju motornya mendekat ke arah gadis itu.

"Mogok?" Arza buka suara, gadis itu menoleh kesamping kaget melihat teman sekelasnya tiba tiba muncul begitu saja, gadis itu adalah Atlanna, sebenarnya Arza pengen cuek aja ninggalin nih cewe apalagi abis kejadian kena kuah bakso pas disekolah tapi hati mungilnya nolak jadi dia sengaja mau bantu, tapi cuma buat kali ini aja.

"Eh Galendra? Iya barusan gue stop di lampu merah, pas lampu ijo nyala motor gue tiba tiba abis bensin niatnya mau didorong sampe bengkel depan sana tuh ada jualan bensin." Atla reflek menutup mulutnya, kenapa tiba-tiba dia banyak bicara begini setelah bertengkar dengan Arza di kantin tadi.

Arza yang kebingungan melihat tingkah Atla langsung berhenti, turun dari motornya lalu mengambil sesuatu dari dalam jok.

Atlanna yang merasa berhenti di ikuti oleh Arza menoleh kebelakang dan melihat Arza yang menenteng sebuah helm dan hoodie mendekat ke arahnya sambil berjalan, Atla pun menurunkan standar motornya lalu memarkirkannya di pinggir jalan.

"Gua anter, dingin." Arza menyerahkan sebuah helm full face berwarna merah dan hoodie berwarna hitam sama persis yang seperti yang dia kenakan ke arah Atla, ia yang tiba-tiba diperhatikan langsung gelalapan.

"Duh gapapa Ndra lu duluan aja, hujan gini mah ngga bikin gue kedinginan." Atla berucap sambil tertawa canggung, namun Arza dapat melihat badannya yang bergetar kecil.

Arza menghela nafas sejenak lalu berdecak kesal, saat Atla berbalik ingin pergi dia menarik pergelangan tangan gadis itu lalu memakaikan hoodie yang dipegangnya barusan, walau sudah terlanjur basah setidaknya mengurangi angin saat berkendara pikir Arza.

Atla kaget tapi menurut saja, baru ingin berucap kepalanya langsung dipakaikan helm oleh Arza, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Atla yang memakai helm namun kacanya masih terbuka dia dapat melihat mata bulat berwarna hitam legam itu dengan jelas. Atla juga dapat melihat wajah Arza yang terlihat tampan dengan rahang tegasnya, belum lagi rambutnya yang biasanya disisir ke belakang kali ini malah berantakan karna air hujan.

"Panggil gua Arza." Arzachel langsung menutup kaca helm yang dipakai Atla setelah mengatakan kalimat tersebut. Dia meraih ponselnya lalu menelpon seseorang untuk mengambil motor Atla disana, setelah itu Arza berjalan ke arah motornya yang terparkir tidak jauh di belakang motor Atla namun dia tidak merasa keberadaan gadis itu dibelakangnya, dia menoleh lalu mendapati Atla yang masih diam ditempat seperti sebuah patung.

Arza berjalan mendekat ke arah Atla lalu menarik tangan Atla membawanya agar ikut mendekat ke motornya, sesampainya di samping motor Arza melihat ke arah Atla yang masih terdiam tanpa pikir panjang Arza langsung mengangkat tubuh gadis itu lalu mendudukkannya di jok belakang.

Atla kaget tiba tiba badannya melayang, "Eh Ar...Arza lu ngapain."

"Diem." Arza berucap sambil ikut menaiki motor lalu mulai menyalakannya.

Motor itu mulai melaju membelah jalanan, tapi tak jauh dari halte bus tempat motor Atla berada terlihat seorang pria sedang berteduh di bawah pohon yang melihat kejadian barusan.

To be continued...

Arzachel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang