05. Lucu

592 45 33
                                    

***

Hari ini adalah hari dimana akan di adakan tanding basket yang sudah pasti di ikuti oleh anak Geng Lazuard.

Arza mah enteng enteng aja ada tanding, orang dia jago buktinya sekarang ia sedang berada di kantin membolos bersama Aksa, Revan, Angkasa dan Marvin, memang mereka berangkat pagi pagi karna disuruh orang tua agar tidak terlambat tapi sama saja ujung ujungnya mereka membolos.

Bagaimana dengan anggota Lazuard yang lainnya? sudah pasti belum datang, terkecuali Angkasa walaupun dia berandalan dia selalu tepat waktu pergi ke sekolah.

"Oi Revan lu anak IPA ngapa ikut ikutan bolos? Bukannya belajar." Aksa buka suara sambil meminum kopi yang ia pesan barusan.

"Gue masuk jurusan IPA karna disuruh ortu gue kalau ngga ngapain repot repot masuk kelas IPA." Revan berdecih lalu melanjutkan kegiatan makannya.

"Idih, berarti lu bego dong?" Aksa berucap enteng, Revan tersenyum sambil menutup kedua matanya berusaha menahan emosinya agar tidak meledak.

Arza menghela nafas beginilah jika mereka berkumpul selalu ada saja yang dipermasalahkan, Arza berdiri lalu menepuk bahu Aksa yang duduk tepat disebelahnya.

"Gua kedepan dulu nunggu anak anak." Aksa menoleh lalu mengangguk, Arza sudah terbiasa menunggu anggota Lazuard yang lain sambil menikmati suasana pagi di depan sekolah. Baginya semua anggota geng dan dirinya sama saja seperti sebuah keluarga Arza juga melarang bawahannya memanggilnya dengan sebutan "Boss" walaupun Aksa kadang masih saja memanggil Arza Boss.

Setelah mendapati tanggapan sang sahabat Arza pun pergi dari area kantin.

***

Dua menit lagi bell masuk akan segera berbunyi, Pak Satpam atau yang kerap dipanggil Pak Arya itu sudah berancang-ancang ingin menutup pagar, namun dari kejauhan terlihat seorang gadis berjaket kulit berwarna coklat tergesa-gesa berlari ke arah sekolah sambil melambaikan tangan.

"PAK TUNGGU DULU GUE- EH MAKSUDNYA SAYA MAU MASUK." Itu Atlanna, dia berlari sekuat tenaga berusaha menghentikan Pak Arya yang sudah ingin menutup pagar.

Pak Arya berhenti menarik pagar beliau menyilangkan kedua tangan didepan dada sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

"Kamu murid pindahan pas itu kan? baru juga jadi murid baru udah mau bolos?" Pak Arya berucap ke arah Atlanna yang berlari kecil.

"Hah...hah...itu pak saya bukan mau bolos tap-"

Bugh!

Atlanna tersandung, dia tak sadar ada polisi tidur yang berada tak jauh dari Pak Arya ketika berjalan ingin menuju kelasnya, dia terjatuh sambil bersimpuh dengan kedua tangannya. Sang Satpam menepuk dahinya lelah dengan kelakuan Atla polisi tidur sejelas itu masih saja tidak kelihatan?

"Shhh sialan sakit bangettt." Atla meringis merasakan nyeri di kedua lututnya dia berusaha bangun, sepertinya lututnya terluka karna bergesekan dengan aspal.

Namun tiba tiba badannya melayang begitu saja, "Eh eh kenapa nih gue mati kah."

Atla kebingungan dia menoleh kebelakang mana mungkin dia mati hanya karna tersandung polisi tidur, saat menoleh dia mendapati Arza yang sedang mengangkat tas ransel Atla yang masih terpaut di kedua bahunya dengan sebelah tangan, membuat tubuhnya otomatis terangkat.

Arza mengangkat sebelah alisnya lalu tak sengaja melihat luka di kedua lutut Atla.

"Ikut gua." Arza berucap dingin lalu menarik tas gadis itu menyeretnya ke suatu tempat.

"Woi jangan diseret lu mau nyulik gue? lepasin!" Atla memberontak ingin melepaskan diri.

Langkah Arza terhenti lalu dia berbalik menatap tajam ke arah Atla, "Diam atau gua tambahin luka di lutut lu?"

Atla meneguk salivanya dengan susah payah setelah mendengar ancaman dari berandalan paling ditakuti di sekolah dia mengangguk cepat mengiyakan ucapan Arza lalu diam tanpa mengucapkan sepatah katapun membiarkan Arza menyeretnya entahlah mungkin Arza ingin balas dendam akibat kejadian yang terjadi di kantin tempo hari saat ia tak sengaja menumpahkan kuah bakso Arza.

Setelah diseret cukup lama langkah mereka berhenti di depan UKS sekolah Zaura mengernyit bingung kenapa dia di bawa ke UKS bukankah Arza ingin balas dendam padanya?

Belum sempat bertanya Arza langsung menarik pergelangan tangan Atla agar memasuki UKS lalu menyuruhnya duduk di tepian ranjang UKS dia melihat Arza mengambil kotak P3K, berjalan mendekat ke arah Atla lalu berlutut di lantai tepat di hadapannya, ia mengambil obat dengan kapas mengoleskannya dengan perlahan.

Jantung Atla berdegup kencang, seumur hidup dia tidak pernah diperlakukan seperti ini apalagi yang di hadapannya adalah seorang ketua geng yang sering membuatnya kesal?! Atla memperhatikan wajah Arza yang ternyata terlihat tampan jika dilihat dari dekat seperti ini, padahal biasanya terlihat biasa saja. Atau dia sudah terkena guna-guna Arza?

Saat sibuk menatap wajah Arza tiba-tiba orang yang ia tatap mendongak mata mereka saling bertemu, reflek Atla gelalapan membuang wajahnya kesamping malu ketahuan memperhatikan wajah Arza.

"Udah se...selesai kan? gue mau ke kelas." Atla turun dengan cepat dari ranjang UKS setelah melihat lututnya yang sudah dipakaikan selotip luka dengan motif beruang, entah apa yang membuat Arza memperlakukannya seperti ini, apakah kepalanya habis terbentur? pikir Atlanna.

Belum sempat keluar dari ruang UKS Atla yang berdiri di depan pintu berbalik lagi menatap Arza, yang ditatap hanya mengangkat kedua alisnya seolah berucap "Kenapa?"

Atla menggenggam kedua ujung roknya lalu berucap, "Thanks."

Setelah mengucapkan terimakasih Atla langsung pergi begitu saja terlihat sekilas wajahnya yang memerah seperti kepiting rebus.

Arza terdiam sejenak lalu terkekeh melihat kelakuan Atla barusan, seorang gadis yang sering mengikuti balapan liar dan judes bisa bertingkah selucu itu?

"So cute..."

***

Setelah selesai mengobati gadis barusan Arza kembali ke kelas saat sampai di depan pintu kelas ternyata sudah ada guru yang menunggunya sambil bersedekap dada. Bu Indah namanya, guru mata pelajaran matematika yang sudah pasti itu adalah pelajaran paling dibenci Arza, tapi kalau menghitung uang jangan ditanya Arza jagonya.

"Kamu mau jadi apa nanti kalau kerjaannya bolos mulu Arzachel? Ibu udah cape laporin kamu ke orang tua kamu! sekarang berdiri di lapangan sampai jam pelajaran Ibu habis."

Bu Indah buka suara sambil memperhatikan penampilan Arza dari ujung kepala sampai ujung kaki yang berantakan.

Arza menghela nafas sejenak gini nih kalau udah di cap buruk sama guru disekolah, padahal dia cuma bantuin si Atlanna ngobatin lukanya di UKS malah dituduh bolos.

"Tadi saya lagi..." Arza menggantungkan ucapannya saat tak sengaja bertatapan dengan Atla yang sudah ada di dalam kelas lebih dahulu, terlihat wajah Atla yang nampak seperti menahan nafas takut dirinya ikut dihukum berdiri dilapangan, tenaga dia memang kuat untuk berdiri tapi kalau panas terik begini siapa yang tahan? Mana tadi dia telat masuk sekolah untung dibolehin masuk sama Pak Arya.

Arza terdiam, dia beralih melihat ke arah anggota geng motornya berharap ada bantuan agar terhindar dari hukuman namun disana terlihat Alfaza yang sedang asik menulis materi walaupun papan tulis kosong, Aksa yang sedang sibuk melihat ke arah luar jendela di samping tempat duduknya yang langsung berhadapan dengan tembok pagar sekolah entah apa yang dia perhatikan, Angkasa sibuk dengan ponselnya walaupun hanya diam di layar home screen dan Marvin yang sengaja menghindari tatapannya.

Rahang Arza mengeras seketika, dia senyum dengan terpaksa, "Kawan biadab." Batinnya.

To be continued...

Arzachel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang