***
Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang dan...ya, Arza masih berdiri di tengah lapangan tepat di depan tiang bendera, dia mendengus kesal para anggotanya memang kurang ajar.
"Awas aja tu curut-curut." Arza bergumam sambil melihat sekeliling matanya tak sengaja menangkap siluet seseorang yang tak asing baginya, dia memperhatikan gerak-gerik orang tersebut yang terlihat sangat mencurigakan berjalan ke masuk ke dalam toilet rusak.
Arza yang curiga dengan tingkah orang tersebut langsung melangkahkan kakinya berjalan menuju toilet tersebut, Arza masuk ke dalam toilet secara perlahan lalu melihat sepasang sepatu di dalam salah satu bilik toilet itu, dia melangkahkan kakinya ke depan wastafel lalu menajamkan pendengarannya ketika mendengar suara seorang gadis yang bergumam dari dalam sana.
"Salahin aja gue terus, gue cape hidup begini...apa bunuh diri aja ya? lagian ngga bakal ada yang nangis kalau gue mati."
Arza agak kaget mendengar ucapan gadis itu dan juga suaranya terasa tak asing di telinga Arza, dengan perlahan dia mendekat ke arah sumber suara lalu berdiri tepat di depan bilik toilet tersebut saat tangannya hampir menyentuh pintu toilet bermaksud mengetuknya agar orang di luar keluar dan bertanya apakah dia baik-baik saja, namun saat itu juga terdengar suara teriakan seseorang dari luar toilet.
"ARZANJIR LU DIMANA, ADA BERITA BURUK WOI."
Itu suara Aksa, kebetulan dia berteriak saat lewat di depan toilet, niat untuk mengetahui orang yang ada di dalam toilet itupun Arza urungkan, dia berjalan keluar toilet lalu melihat Aksa yang terlihat sedang kebingungan mencarinya.
"GOBLOK!" Aksa terpelonjat kaget saat seseorang tiba-tiba menepuk pundak kirinya, ia menoleh dan melihat Arza disana.
"Berita buruk apa maksud lu bro?" Arza bertanya sambil menatap bingung ke arah Aksa seolah bertanya tanya apa yang sedang terjadi.
Aksa langsung meraih pergelangan tangan Arza lalu mengajaknya ke suatu tempat, Arza yang ditarik hanya mengikuti langkah kaki sahabatnya itu dari belakang.
Ternyata Aksa membawanya ke parkiran sekolah yang lumayan sepi karna para murid masih melaksanakan jam pembelajaran.
"Lu ingat si Rio? lawan lu yang tanding balap kemarin." Arza hanya mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya kenapa.
"Hmm...Kan kemarin lu kalah noh, terus kata dia hadiah taruhan dia pegang dulu sampai dia mau nagih nanti tapi gua ada firasat bro, lu tau kan tu burung Rio gimana." Aksa berucap was-was sambil menatap wajah Arza perlahan, wajahnya seperti sedang berfikir terlihat dari kerutan yang ada di dahinya.
"Oke." Arza hanya mengiyakan ucapan sahabatnya, taruhan doang mah gampang bro, dia mau duit? tinggal kasih kan Arza kaya.
Arza berjalan melewati Aksa begitu saja, dia malas banyak omong mending tidur dikelas, ngantuk.
Saat diperjalanan menuju kelas ia tak sengaja melihat Atla yang sedang berjongkok di depan mesin minuman sambil memukul kaca mesin tersebut dengan kepalan tangan, langkah Arza terhenti.
"Kenapa sih ni mesin gue haus woi! ayolah keluar, sekolah elit gini masa mesin minumannya butut sih harus dilaporin ke-"
Atlanna yang sibuk berdumel didepan mesin minuman itupun menoleh saat tiba-tiba ada sepasang sepatu yang berhenti tepat disampingnya, ia menoleh ke atas dan mendapati Arza yang sedang menyodorkan sekaleng minuman soda dingin.
Atla hanya diam sambil menunjukkan wajah yang seolah-olah bertanya "Apa?" Arza yang mengerti pun mendengus malas.
"Buat lu, minum." Dia berucap sambil membuang muka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arzachel.
Teen Fiction"WOI LU BUTA? KALAU JALAN PAKAI MATA LAH!" bentak Arza sambil mengarahkan jari telunjuknya ke wajah Atla. "Hah? Lu sendiri yang jalan ga pakai mata kok malah nyalahin gue?" gadis itu menatap nyalang ke arah Arza. "Ngalah aja La bel masuk udah bunyi...