CHAPTER 1

17 1 0
                                    

 Hi~~
Selamat Membaca ya😊~~
.
.
.
.

.
.
.
.

☘️☘️☘️☘️

  Seorang anak kecil berwajah cemong dan berbaju lusuh menatap ke arah pedagang es krim yang dikelilingi oleh anak-anak kecil.
  Saat mereka sudah pergi, perlahan-lahan dia menghampiri pedagang es krim itu.

   Dengan mata berbinar anak itu menatap gambar es krim yang tertempel di mobil. Hal itu pun dilihat oleh pedagang e krim yang langsung tersenyum ramah.


"Adik manis, apa kau ingin es krim?"
Dengan ragu dan takut anak kecil itu mengangguk.

"Ta-tapi,... Saya tidak ada uang, Kak."
Mendengar hal itu dengan mata penuh iba, pedagang es krim meminta anak itu mendekat dan dengan baiknya memberikan sebuah es krim padanya.

"Ini untukmu. Anggap saja ini hadiah dari kakak untuk adik yang manis."

"Te-terima kasih, kak!"

  Setelah menerima es krim, dengan wajah sumringah dia berlari dan menghampiri ibunya yang tengah memungut sampah plastik.

"Ibu! Es krim! Hehehe..."

  Margaret yang sedang membungkuk langsung berdiri tegak ketika anaknya, Ali datang dengan membawa sebuah es kim cone yang sudah sedikit mencair.

  Es krim? Tapi, mereka tidak punya uang. Darimana anaknya bisa membeli es krim?

  Dengan panik dan takut, Margaret menarik Ali untuk menepi ke samping bak sampah.

"Ali! Kamu dapat es krim ini darimana, Nak?"

"Kakak baik di sana itu yang kasi ini ke Ali, Bu. Dia bilang ini hadiah buat Ali."

   Menghela napas lega, Margaret memeluk anaknya. Dia merasa berdosa karena sempat berpikir anaknya mencuri es krim ini. Tapi, syukurlah. Anaknya tidak melakukan hal buruk.

   Sebenarnya, Margaret merasa sangat bersalah pada Ali. Karena kesalahan yang dia lakukan, anaknya harus menahan keinginannya untuk makan apapun yang dia inginkan.

  Margaret merasa gagal menjadi ibu yang baik bagi Ali. Andai saja dia punya banyak uang, Ali pasti akan tumbuh seperti anak yang lainnya.

  Makan dengan makanan layak, memiiki baju yang bersih, bermain dengan yang lain tanpa khawatir, bersekolah, dan hidup di rumah yang hangat serta nyaman.
  Dengan mata berkaca-kaca, Margaret menatap ke arah Ali yang begitu senang memakan es krim yang sudah meleleh itu.

"Ali, maafkan Ibu. Andai saja kita punya banyak uang, pasti Ali tidak akan hidup serba kekurangan seperti ini. Maafkan Ibu, Nak. Maafkan Ibu...."

  Ali yang mendengar itu terdiam sebentar, kemudian tangan kotornya dia lap pada belakang celananya.
  Sedetik setelahnya, tanpa ragu Ali memeluk erat ibunya.


"Ibu jangan minta maaf, Ibu gak salah apa-apa. Ali senang meski hidup seperti ini. Asal ada Ibu disisi Ali. Ali bahagia sekali! Ibu jangan nangis. Hati Ali sakit lihat Ibu nangis. Ali sayang ibu...."

"Ali... Ibu juga sayang sama Ali."
   

  Mereka berpelukan dan menyalurkan kehangatan yang mereka miliki. Margaret terus berdoa agar anaknya bisa hidup dengan layak.

  Entah kapan, tapi di dalam hatinya dia percaya kalau suatu saat nanti mereka akan baik-baik saja.

1 bulan kemudian....

"Pergilah dasar pencuri! Aku sudah tahu dari awal kalau kau itu bukan gadis yang baik. Dasar! Sudah menggoda suamiku sekarang kau mau mencuri uangku juga?"

IBUNYA ALI By Rina CherryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang