CHAPTER 8

4 0 0
                                    

Hi~~
Selamat Membaca ya😊~~
.
.
.
.

.
.
.
.

⚫⚫⚫⚫

Cantika dan Bardon sedang bersantai di ruang tamu saat Ali menghampiri kedua orang tuanya itu. Semenjak mengetahui lokasi keberadaan Margaret. Ali sudah memantapkan hatinya untuk pergi mencari beliau.

Jadi, hari ini dia akan meminta ijin pada kedua orangtuanya untuk menggantikan Ayahnya, Bardon untuk menangani proyek perusahaan mereka yang ada di Mediterania.

Cantika yang mendengar ini, awalnya sedikit ragu untuk membiarkan Ali pergi sendirian dan berniat untuk menemani anaknya. Tapi, Bardon dengan hati-hati menasehati Cantika untuk tidak khawatir dan membiarkan Ali pergi ke sana sendirian. Mengingat Ali sudah dewasa dan akan menjadi seorang suami dalam beberapa minggu lagi, jadi dia harus bisa mandiri.

Walau sudah diberitahu seperti itu, Cantika masih saja khawatir pada anaknya. Entahlah, hatinya tiba-tiba merasa tidak tenang saja.

"Haruskah kamu pergi sendirian? Kalau tidak mau Mama temani, bagaimana kalau kamu bawa tunanganmu saja? Mama khawatir kalau kamu pergi sendirian ke sana, Ali."

"Maaf, Mama. Kali ini, selain mengurus urusan pekerjaan, Ali juga mau mencari Ibu kandung Ali tanpa ditemani siapapun. Mengenai Sari, dia akan membantu menghandle perusahaan Ali yang ada disini saat Ali pergi ke Mediterania. Jadi, Ali gak bisa bawa dia ke sana.

"Ali janji, setelah ketemu Ibu kandung Ali, kami akan pulang bersama ke sini. Untuk sekarang, Ali mau Mama percaya dan yakin, kalau Ali akan berhasil buat bawa ibu pulang. Jadi, doakan Ali ya. Semoga saja Ali berhasil bawa ibu pulang dan kita akan tinggal bersama lagi.

"Ali gak mau kehilangan jejak Ibu. Ali takut Ibu ninggalin Ali lagi.
Jadi, Mama, Ali mohon... Ijinkan Ali buat pergi ke sana ya?"

Hati Cantika yang mendengar itu menjadi luluh dan pada akhirnya menyetujui kepergian Ali.

Cantika tahu kalau Ali pasti sudah tak sabar bertemu dengan Ibunya hingga dia memohon pada Cantika seperti ini. Dia dapat melihat mata Ali yang kini sudah memerah menahan tangis.

Menyadari gelagat Ali, tangan rampingnya memeluk tubuh tegap Ali yang kini bergetar hebat karena menahan tangis dan takut akan kehilangan Margaret lagi.

Bardon yang melihat pemandangan itu juga ikut merasa sedih. Hatinya sakit melihat bagaimana Ali menangis merindukan ibu kandungnya hampir setiap saat.

Dia yang merupakan salah satu sahabat Margaret kali ini benar-benar merasa kesal pada Ibu kandung Ali itu.

Kenapa Margaret tega mengasingkan dirinya dari Ali? Kenapa dia bisa tahan untuk tidak bertemu dan menjemput Ali yang lebih berharga dari apapun hanya demi harta?

Bardon tak habis pikir, padahal
semua orang yang mengenal Ali tahu, kalau Ali adalah tipe anak yang baik, penurut, pekerja keras dan penyayang.
Dia tahu bagaimana cara membuat orang luluh dan mencintainya. Benar-benar tipe anak yang disukai semua orang.

Itu sebabnya, Cantika dan Bardon yang tidak memiliki hubungan darah apapun dengan Ali saja bisa bangga dan sesayang ini padanya.

Namun, anehnya.
Hanya Margaret saja yang tidak menyadari betapa beruntungnya dia memiliki Ali.

Dia tidak tahu betapa Ali merindukan dirinya dan dengan setia menunggu Margaret untuk pulang dan bahkan berniat untuk mencarinya.

Sayangnya, Margaret terlalu berambisi mengejar harta dan kekayaan di dunia dengan alasan agar bisa hidup kaya raya dan memberi apapun yang Ali inginkan. Dia pikir setelah hidup seperti itu mereka akhirnya akan bahagia.

IBUNYA ALI By Rina CherryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang