Suasana mobil yang di kendarai Randy sekarang cuma di isi oleh isak tangis Chika yang mati-matian gadis itu tahan. Jujur saja, Randy bingung harus bagaimana sekarang, Chika terlihat sangat ketakutan tangannya masih terlihat gemetar. Randy menepikan mobilnya di jalan yang lumayan sepi. Dengan ragu Randy mengusap pelan tangan gemetar gadis itu. "Chika, it's okay nangis aja, jangan di tahan, keluarin semuanya kalau itu bisa bikin kamu lega." ujar Randy tangannya menggenggam tangan Chika sesekali mengelusnya memberi ketenangan.
Suara tangis yang Chika tahan akhirnya luruh juga. Gadis itu menangis tersedu-sedu, batu besar dalam kerongkongannya rasanya hilang entah kemana, menyisahkan suara tangis yang bisa di dengar mereka berdua. "Hiks.. mama Chika takut ma." ujar Chika di sela isakannya.
20 menit terlewati, suara tangisan Chika sudah berhenti, menyisahkan isakan—isakan kecil. Merasa Chika sudah lebih baik, Randy menarik tangannya dari atas tangan Chika. "Sudah jauh lebih baik?" tanya Randy pelan.
"Iya, makasih ya.." lirih Chika menundukan wajahnya. "Sama-sama Chika, udah tugas aku buat bantuin sesama manusia." jawab Randy.
"Sekarang aku antar pulang ya? Bisa tunjukin alamat kamu?" tanya Randy yang di balas gelengan kepala oleh Chika. "Kenapa? aku ngga boleh tau rumah kamu?" tanya Randy lagi.
"Bu—bukan, aku ngga mau pulang.."
"Nanti keluarga kamu khawatir, lagi pula kamu mau kemana kalo ngga pulang?"
"Tolong.. aku ngga mau pulang, aku takut mereka lihat keadaan aku yang kacau ini, mereka bakal tambah khawatir, aku ngga mau bikin mereka khawatir." Chika menatap wajah Randy memohon.
"Terus kamu mau kemana? ini udah malam Chika."
"Aku.. aku ngga tau mau kemana, tapi aku juga ngga mau pulang hiks.."
Randy ngusap wajahnya frustasi, mau ngga mau dia harus membawa Chika ke suatu tempat yang aman untuk malam ini.
✨✨✨
"Ayo masuk!" ajak Randy yang sudah membuka pintu di depannya. Chika mengikuti Randy mengekor di belakangnya. "Kamu bisa tidur di sini buat malam ini." ujar Randy.
"Ini apart siapa?" tanya Chika bingung, matanya masih menyelusuri setiap sudut ruangan yang mereka pijaki.
"Ini apart aku, kamu bisa tidur di sini dengan aman." balas Randy.
Chika menatap Randy ragu, mereka bahkan baru bertemu tadi, agak ngga masuk akal kalo dia nginap di tempat tinggal orang yang nolongin dia sekarang. Melihat gerak gerik Chika, Randy paham dengan isi pikiran sang gadis. "Ekhm.. kamu ngga usah khawatir, kamu aman di sini, aku pulang ke rumah, engga tidur di sini sama kamu."
Mendengar perkataan Randy membuat Chika tersentak, merasa tidak enak. "Maaf bukan kaya gitu maksud—"
"Udah gapapa, kamu istirahat aja di kamar yang ada di sana. Aku mau pulang dulu Chika, besok aku ke sini lagi antar kamu pulang." Belum sempat menjawab, Randy lebih dulu hilang di balik pintu apart—nya.
✨✨✨
Untung saja Vanessa adiknya sudah di jemput duluan oleh sang papa karna Randy mengabari kalau dirinya ngga bisa menjemputnya, tentu saja dengan iming—iming sepatu baru yang di inginkan sang adik.
Jalanan lumayan senggang sekarang, ngga butuh waktu lama buat dia tiba di rumahnya. Menghempaskan tubuh yang sebelumnya sudah dia bersihkan, Randy membuka hpnya untuk memberi pesan kepada sang kekasih yang baru ia temui beberapa jam yang lalu.