15. Putus

137 6 0
                                        

Mobil yang di kendarai Randy sudah sampai tepat di depan kantor JKT48. Di dalam mobilnya, Randy berharap bisa bertemu Gracia di sana. Ada beberapa kendaraan yang terparkir di halaman depan kantor, membuat Randy sedikit gugup untuk turun dan men-jemput Chika. Tiba-tiba ada mobil lain yang melewati mobil Randy untuk masuk ke halaman kantor, terlihat Feni teman satu generasi Gracia yang baru saja keluar dari mobil itu.

Randy dengan cepat keluar mobil untuk menghampiri gadis berambut silver itu. "Feni!" serunya, perlahan tapi pasti, langkah kakinya mendekat.

"Randy??" dahinya mengernyit bingung, "Kenapa Ran?" sambungnya.

"Fen, lo tahu Gracia dimana?" tanya Randy to the point.

"Ma-maksud lo?"

"Gue ngga tahu Fen, Gracia ngehindarin gue. Gue hubungin ngga bisa, gue temuin ngga mau ketemu, gue bingung, karna sebelumnya kita ngga ada masalah sama sekali." jelas Randy dengan muka yang begitu frustasi.

Melihat bagaimana frustasinya Randy membuat Feni iba. "Lo ikut gue aja ke dalam. Di sana ada Gracia." ujar Feni. Membuat mata sendu Randy sedikit berbinar.

"Yang bener?! makasih banget Fen!" seru Randy terlihat begitu senang.

"Iya, yaudah ayo!" Feni memimpin Randy untuk mengikutinya ke dalam.

Randy mengikuti setiap langkah Feni, berharap bisa cepat bertemu Gracia.

"Itu Gracia!" tunjuk Feni, "Gre, ada yang mau ketemu!" serunya.

"Sia--pa.." Mata Gracia membola melihat siapa yang ada di belakang Feni. "Fen?!" seru Gracia kesal.

"Apa? Aku cuma mau bantuin dia karna kayanya kamu udah keterlaluan." ujar Feni, lalu pergi meninggalkan Randy dan Gracia yang kebetulan hanya ada mereka bedua yang ada di ruangan itu.

"Cia.." lirih Randy yang sekarang sudah berhadapan langsung dengan Gracia. Jarak mereka bahkan ngga sampai satu meter.

"Kamu ngapain ke sini?" tanya Gracia datar, terkesan tidak suka melihat Randy.

"Aku-aku.. kangen kamu."

"Kangen? kamu bisa chat atau telpon aku kan?! ngga harus nyamperin aku ke sini, ini bisa bahaya buat karir aku kalo sampai fans tau!" jawab Gracia, tidak sadar nada suaranya sedikit meninggi.

Randy tersenyum getir mendapat respon seperti ini dari kekasihnya. "Kamu kalo udah lost feeling mending bilang aja dari sekarang, ngga harus bikin aku feeling lonely dan bersikap seolah-olah aku yang salah." ujar Randy.

"Maksud kamu apa?!"

"Maksud aku? Kamu tanya maksud aku apa?" Randy terkekeh, merasa lucu dan sakit di saat yang sama. "Harusnya aku yang nanya. Maksud kamu giniin aku apa? Kalo ada masalah bilang, kalo aku bikin kamu sakit hati atau apa pun itu bilang ke aku, bukan kaya gini."

"Apaan sih? Udah ngelantur kamu, mending kamu pulang aja sekarang, dari pada tambah kemana-mana, dan bikin keributan ngga jelas!" ujar Gracia, memalingkan wajahnya enggan menatap Randy.

"Hahahaha.. lucu kamu ge, segitu ngga pentingnya ya aku di mata kamu?"

Gracia bungkam, enggan menjawab perkataan yang Randy lontarkan.

"Aku emang cinta sama kamu ge, tapi bukan berarti kamu bisa ngeperlakuin aku kaya gini." ujar Randy, ekspresinya tidak dapat di baca. Membuat tangan Gracia yang dari awal terkepal mulai bergetar takut, Gracia takut dengan apa yang akan di ucapkan Randy selanjutnya.

"Aku berharap banyak saat Chika ngehubungin aku buat nge-jemput dia di kantor ini karna aku pikir kamu mungkin ada di sini. Aku berharap aku bisa ketemu kamu, aku berharap bisa meluk kamu dan ngaduin betapa kangennya aku karna kamu berubah tanpa sebab.. Aku kayanya terlalu naif ya? Aku mikir kamu akan ngelakuin hal yang sama dan ngejelasin alasan kamu berubah. Tapi mungkin emang dasarnya terlalu berharap itu ngga baik, makanya aku ngerasa sakit sendiri." Randy mendongak, tangannya mengusap matanya menghentikan sesuatu yang akan tumpah dari pelupuk matanya.

YOU ARE MY SUNSHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang