Saat ini Randy sedang duduk di ruang tengah rumah Chika. Di depannya terdapat Mama, Papa dan Abangnya Chika. Tidak ada bahasan yang berat, hanya bercakap—cakap menanyakan kabar dan kesibukan masing—masing, lebih tepatnya mereka yang bertanya kepada Randy. Tidak lupa juga meminta maaf atas perbuatan Kevin yang sudah menghajar Randy dengan seenaknya.
"Maaf ya Ran, Kevin ini memang kurang ajar sekali main pukul—pukul saja." ujar Mama Chika dengan tangan yang sibuk memukul lengan anaknya.
"Iya ngga masalah kok tante, lagian Kevin cuma kebawa emosi aja karna khawatir sama Chika." jawab Randy.
"Tetap saja, harusnya dia ngga mukul kamu kaya gini.. lihat itu muka ganteng kamu jadi memar." cetus Papa Chika menatap Kevin dengan sengit.
"Huftt.. Yang anak kalian aku apa Randy sih? Aku kan udah minta maaf, dia juga udah maafin aku." ujar Kevin dengan muka melasnya. "Aduh! Mah udah sakit banget." Tangannya mengelus lengan yang sakit akibat pukulan dan cubitan sang Mama.
"Rasain! Bisa kamu ngomong kaya gitu?! Kalo Chika tahu—" ucapan Mama Chika terpotong.
"Kalo aku apa ma?" Chika yang baru keluar dari kamarnya menyaut karna namanya disebut, masih belum sadar jika di sana ada orang lain selain keluarganya.
"Ini dek, abang kamu mukulin Randy sampe babak belur!" adu Mamanya ke Chika.
Chika terbelalak, baru sadar jika di sana ada Randy yang tersenyum kecil ke arahnya. Jangan lupa kan luka memar yang menghiasi wajahnya itu, sukses membuat Chika panik dan khawatir sampai melupakan kesedihan yang di sebabkan oleh Randy sendiri. "Kak Ran! Muka kamu!" seru Chika mendekati Randy, tangannya mengelus pipi Randy yang memar dengan lembut.
Randy tersenyum kecil melihat reaksi Chika yang terlihat begitu khawatir padanya. Mata Chika terlihat mulai berkaca—kaca, siap menumpahkan tangis yang tentu tidak ingin dia lihat. Randy menyentuh tangan Chika yang ada di pipinya, "Aku baik-baik aja Chik." ujar Randy berusaha meyakinkan Chika.
"Ta..tapi memarnya parah—hiks.."
"Engga, bentar lagi juga udah hilang kok memarnya. Jangan nangis ya Chik, aku ngga suka lihat kamu nangis." jawab Randy lembut, tangan kanannya menghapus air mata Chika dengan telaten. Gimana Chika ngga jatuh hati sih?!
"Hiks.. aku boleh peluk kamu ngga kak?" tanya Chika dengan suara paraunya.
Randy bimbang, mengalihkan pandangan ke arah Kevin dan orang tua Chika untuk meminta izin memeluk Chika. Mereka mengangguk memberi izin tanpa suara, membuat Randy dengan kikuk membuka tangannya lebar—lebar untuk merengkuh Chika.
"Hiks.. hiks.. kak Ran, maafin aku ya pasti abang mukulin kamu karna aku." ujar Chika di sela isakannya.
Randy mengelus kepala Chika teratur, menyalurkan rasa hangat yang menjalar di dada gadis itu. "Gapapa, kamu ngga salah apa—apa kok. Aku yang harusnya minta maaf, maaf karna tanpa aku sadari aku ternyata nyakitin kamu ya? maaf ya.. aku terlalu ngga peka sampai ngga sadar kalo aku jahat ke kamu." jawab Randy.
Tidak ada balasan dari Chika, yang terdengar hanya tangisan yang entah apa alasan pastinya. Karna khawatir Randy babak belur, atau karna cintanya yang tak akan pernah terbalas? Yang dia tahu, rasa sakit yang dia tangisi sekarang sungguh menyiksa. Dan biarkan seperti ini dulu. Menumpahkan tangis dan kesedihan di dalam dekapan sang empu yang menjadi alasannya menangis.
✨✨✨
Gracia sedang tidak baik—baik saja, atasannya di JKT48 baru saja memanggilnya terkait hubungannya dan Randy yang mulai di ketahui oleh akun tubir.
"Ini apa Gre?" tanya JOT menaruh amplop di atas meja. Gracia meraihnya, melihat apa yang ada di dalam amplop tersebut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.