Ia memejamkan matanya dan terus berharap akan ada seseorang yang datang keruangannya. Jujur rasanya ia ingin teriak minta tolong, tapi entah kenapa bibirnya kelu tidak dapat berbicara.
"T-tante siapa??" tanya Rakha dengan susah payah sembari bergetar ketakutan. Tangannya refleks mencengkram selimut dengan kuat guna melampiaskan rasa takutnya.
"Kamu ga perlu tahu siapa saya." ucapnya sembari menyeringai.
"Yang perlu kamu tahu itu kamu bakal mati sebentar lagi hahaha." lanjutnya.
Dengan perlahan, wanita tersebut terus berjalan mendekat dengan pisau lipat di genggamannya.
Rakha semakin bergetar ketakutan.
"T-tante m-mau ngapain??"
"Mau sedikit bermain dengan kamu sayang. Bolehkan?" ucapnya sembari tersenyum lebar.
Rakha yang paham maksud dari kata 'main' itu sontak menggeleng cepat.
"J-jangan tante, aku mohon jangan lakuin itu."
"Ga sakit kok hahahaha..."
Rakha menghindar saat pisau itu mulai mendekat ke arah lehernya.
"A-aku mohon jangan tante hiks hiks hiks j-jangan lakuin itu. Aku akan lakuin apapun keinginan tante tapi jangan bunuh aku hiks hiks."
"Ck. Cengeng banget sih jadi cowok."
"Hiks hiks Rakha mohon tante."
"Sampai kamu nangis darah sekalipun saya ga akan pernah berhenti sebelum kamu mati dan keluarga kamu menderita."
"T-tante boleh sakitin aku boleh bunuh aku tapi aku mohon jangan buat keluarga aku menderita hiks hiks."
"Tawaran yang menarik, tapi tanpa saya buat mereka menderita sekalipun, mereka akan tetap menderita dan kacau karena kehilangan bungsu kesayangan mereka hahahaha...."
"Hiks hiks k-kenapa tante ngelakuin ini, apa salah Rakha?!"
Wanita itu langsung menjambak rambut Rakha dengan kuat yang membuatnya sontak mendongak dan meringis sakit.
"Akhh."
"Kamu ga salah, tapi keluarga kamu yang salah hahaha. Tapi karena kamu itu bungsu kesayangan mereka jadi aku akan balas semua perbuatan mereka melalui kamu."
"K-kenapa harus aku, aku ga tau apa-apa. Apa yang mereka lakuin ke tante?"
"Mereka udah buat keluarga saya menderita jadi saya akan balas semua itu."
"Gila! Tante balas dendam sama orang yang ga tau apa-apa tentang masalah itu?"
"Gila?? HAHAHA KALIAN YANG BUAT SAYA JADI BEGINI!! KARENA KALIAN SAYA KEHILANGAN SUAMI DAN ANAK SAYA! SAYA MENDERITA KARENA KALIAN!!!" teriak wanita tersebut dengan wajah memerah padam.
Kebetulan ruang rawat Rakha kedap suara yang membuat wanita itu bebas berteriak tanpa takut ada orang yang mendengar teriakannya.
"Saya balas dendam ke kamu karena saya tahu kamu kelemahan mereka hahaha..."
"T-tan-"
Jleb
Matanya sontak melotot kala merasa sebuah benda tajam menikam perutnya sebelum ia menyelesaikan ucapannya.
Rakha menunduk melihat darah yang merembes keluar dari baju pasien yang ia kenakan.
Mulutnya meringis pelan.
"T-tante benar-benar gila akhh..."
"Saya memang gila hahaha."
"AKHHH!!" teriak Rakha kala wanita itu mencabut pisau tersebut dari perutnya yang membuat darah mengalir dengan derasnya.
"Hahahaha sebentar lagi kamu akan mati hahaha."
"Shhh tante orang paling ga waras yang Rakha temui."
"Terserah kamu mau bilang apa yang pasti saya pengen kamu cepat-cepat enyah dari sini."
"S-stop tan, R-rakha minta maaf atas perbuatan keluarga aku ke kalian. R-rakha mohon maafin kami."
"Hahaha ga semudah itu buat minta maaf, saya ga puas sebelum salah satu dari kalian mati." ucapnya menyeringai.
"A-aku harus gimana, ya Allah sakit banget. R-rakha udah ga kuat. Abang....maaf maafin Rakha kalau selama ini cuma nyusahin kalian." ucapnya dalam hati.
Tanpa sadar air matanya menetes.
"Ck. baru segitu aja udah nangis, lemah."
"T-tante, aku mohon berhenti."
"Sshhh s-sakit.."
"Belum selesai sayang. Masih ada tahap selanjutnya." ucap wanita tersebut sembari mengarahkan pisau tersebut ke dadanya.
Sontak Rakha langsung menahan pisau tersebut dengan tenaga yang masih ia miliki. Darah mulai menetes di sela-sela jarinya kala pisau itu terus berusaha untuk menikam dadanya. Matanya mulai sayu.
Jleb
Pisau itu berhasil menikam dadanya kala tangannya mulai lemah karena darah yang terus keluar dari telapak tangannya ditambah darah yang mengalir deras dari perutnya membuat tenaganya makin melemah. Ia sekarang pasrah dengan keadaannya.
Wanita itu terus menekan pisaunya dengan kuat. Lalu dengan cepat mencabutnya dari sana membuat Rakha sontak berteriak kesakitan.
"ARRGGGHHHH!!!!!"
"Hahaha selamat tidur panjang anak manis." ucapnya sembari tersenyum kemenangan lalu melangkah pergi meninggalkan Rakha dengan kondisi mengenaskan.
"S-sakit banget ya Allah, R-rakha udah ga kuat. Sshhh s-sakittt..." Air matanya menetes dengan sendirinya kala tubuhnya terasa begitu sakit.
"A-abang m-maaf R-rakha nyerah." lirihnya dan perlahan kegelapan menghampirinya.
Cklek
"Astaghfirullah!" ucap seorang suster yang baru saja masuk ke ruangan tersebut.
"DOK!! DOKTER!! TOLONG DOK!!!"
Mendengar teriakan itu membuat beberapa suster dan dokter langsung menghampiri ruangan tersebut dan sontak melotot kaget melihat pemandangan di depannya.
Salah satu dokter yang menjadi dokter pribadi keluarga Rakha sontak mendekat dan mencoba memanggil pasien pribadinya itu.
"Rakh Rakha kamu denger ucapan saya?" tanya dokter tersebut sembari menepuk pipinya berkali-kali.
"Semuanya tolong siapin ruang operasi sekarang juga, sus tolong hubungi keluarga pasien." ujar salah satu dokter dengan cekatan.
"Saya mohon kamu bertahan Rakha."
***
DegJantung mereka rasanya ingin jatuh dari tempatnya kala mendengar kabar dari rumah sakit mengenai keadaan si bungsu saat ini. Mereka menyesal karena tidak ada satupun yang menjaga sang adek, yang membuat mereka kecolongan sekarang.
"B-bang ayo ke rumah sakit." ucap Fateh dengan bergetar.
"A-ayo."
Tidak peduli bagaimana tampilan mereka sekarang, yang jadi prioritas utama mereka adalah si bungsu. Mereka langsung menuju ke rumah sakit hanya dengan membawa handphone dan dompet saja.
Tidak memakan banyak waktu buat mereka sampai disana. Mereka langsung berlari menuju ruang operasi dimana sang adek tengah berjuang antara hidup dan mati disana.
2 jam berlalu belum ada tanda-tanda operasi itu selesai. Sampai 5 menit kemudian semua lampu penerangan mati yang menandakan bahwa operasi telah selesai. Sontak mereka berdiri kala salah satu dokter yang merupakan dokter pribadi keluarganya keluar.
"Bagaimana keadaan adek kita dok?"
~Tbc~
Udah up nih guys
Maaf ya kalau lama nunggunya:)30-01-24

KAMU SEDANG MEMBACA
THE WILLIAM'S
Teen Fiction"Abang!!" Suatu kebahagiaan bagi mereka berenam karena berhasil mengerjai adeknya. The William's? Ya mereka 7 bersaudara dari keluarga William yang setiap harinya berantem mulu kerjaannya. Dengan segala tingkah mereka, keunikan mereka, persaudaraan...