Lima

5.2K 151 26
                                    


Hidupku berubah total sih setelahnya dan selama-lamanya. Pagi-pagi terbangun di kamar Tino, harusnya aku mandi dan pergi ke kampus buat bimbingan skripsi. Tapi aku malah nge-Whatsapp Dosen Pembimbing dan bilang, Pak, maaf, saya dapat tragedi dan kejadian luar biasa semalam. Hari ini saya belum bisa ikutan bimbingan skripsi. Mohon infonya untuk reschedule. Mohon maaf banget, Pak.

Tragedinya adalah straight yang jadi cinta matiku di-prank bencong bernama Lidya.

Kejadian luar biasanya adalah straight itu ngentot bool-ku.

Enggak bohong kan, Bro?

Aku terbangun di samping Tino yang masih molor dengan lelap. Posisinya agak ke pinggir, dengan kedua tangan terulur melewati kepala, dan ada mukaku tepat di atas salah satu keteknya.

Lihat nih, bangun tidur aja berasa bangun tidur di surga.

Ini kejadian super luar biasa, Bro.

Kuciumin ketek Tino yang baunya enak itu. Terus aku sadar Tino juga enggak pake celana jadi aku langsung sepong kontolnya yang kebetulan sedang Pagi Kayu. Tapi aku baru ngeh semalam habis nge-crot ini kontol kagak dibersihin dulu, langsung pada cuddle-an dua-duanya. Jadi kontol Tino baunya rada-rada aneh campuran zaitun, pejuh, dan ... enggak usah dibahas.

Pfuh! Pfuh!

Aku ludah-ludahin ke atas lantai. Aku cuddle-an lagi aja sepanjang pagi.

Kuisap nenen Tino. Kuendus ketek Tino. Kuisap lagi nenennya. Kuendus lagi ketek Tino. Kuisap—

"ANJING!" Tino terbangun dan langsung ngegeplak kepalaku. "Homo bangsat!"

"Jangan kasar-kasar, Mas," kataku dengan dramatis sambil memegang pipi. Padahal yang digeplak ubun-ubun. "Aku masih istrimu!"

"Lu lagi ngapain, anjing?!" Tino buru-buru merapatkan tangannya, menyilangkan tangan di depan dada seakan-akan melindungi lengannya sendiri. Dia endus-endus bagian keteknya. "Lu apain ketek gue?"

Aku tersenyum lebar seperti The Cheshire Cat di kisah Alice in Ngondekland. "Fetish aku ketek. Hehe."

"What the fuck?!" Tino buru-buru menjauh kayak jijik. "Kagak ada yang lain, Bro?"

"Ada. Kontol uncut juga fetish-ku," kataku, mencoba meremas kontol Tino yang memang uncut. Namun Tino buru-buru menepis tanganku dan menutupnya dengan satu tangan. Aku nyengir bete. Kemudian aku mengulurkan tanganku ke puting Tino. "Nenen juga fetish-ku—"

"Enggak, enggak, enggak!" Tino langsung melompat turun dari atas tempat tidur dan berlagak membersihkan debu dari badannya. Badannya bergidik. "Homo gila, lu!"

"Gapapa. Yang penting aku udah digauli kamu, Mas!" Aku menjulurkan lidah dan bangkit untuk duduk di atas tempat tidur Tino. Aku bersandar ke dinding, memeluk lututku, sambil memainkan kontolku yang ngaceng keras. Ini mah kerasnya karena pagi-pagi berinteraksi dengan Tino sang personal trainer ganteng yang telanjang bulat—bukan karena morning wood.

"Semua homo emang kayak gini, ya?!" Tino mendengus sambil mengambil handuk dan melilit panggulnya secara penuh.

"Enggak." Aku berpikir keras. "Si Enzo itu kayaknya homo yang sopan santun ramah tamah rajin menabung dan bersahaja."

"Enzo?!"

"Yang di depan sana, di lantai bawah. Kamarnya sebelahan ama Mas Kevin yang bakal pindah ke Surabaya."

Tino memelotot. "Dia ... dia homo?"

"Bukan cuma homo. Dia Putri Solo juga kayaknya. Lemah lembut banget orangnya. Ngewe sama dia kayaknya mesti luluran dulu pake Mustika Ratu."

(1) Prank Personal Trainer (Reupload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang