"Sini, gue bantuin punggungnya."
Sekembalinya aku membawa minyak zaitun, Tino langsung membalur tubuhnya dengan minyak banyak-banyak. Dia mengusapnya ke dada, perut, dan pahanya. Persis binaragawan yang mengoles minyak posing ke tubuhnya agar tampak lebih gelap, mengilap, dan otot-otot terlihat.
Aku menawarkan diri membalur punggung Tino. Dan dia anehnya enggak keberatan. Malah, ujung-ujungnya aku jadi membalur seluruh badan Tino dengan minyak zaitun. Membuatnya mengilap sebadan-badan.
"Lidya tuh nemu di mana sih Bang?" tanyaku sambil membalur punggung dan pantat Tino.
"Aplikasi. Ini panas kagak sih entarnya?"
"Enggak akan. Ini justru sehat buat kulit. Balik." Aku memutar tubuh Tino dan berjongkok di depannya. Kontol Tino yang sudah melemas ada di depan wajahku, tetapi aku langsung sibuk membalur paha Tino. "Suara si Lidya tuh aneh."
"Justru itu yang seksi," balas Tino.
"Hah? Masa?"
"Iyalah. Suaranya serak-serak seksi. Kayak tante-tante. Gue suka yang macam gitu."
"Kayak suara bencong," komentarku.
"Bangsat, lu ya! Udah belum minyakinnya?"
Nyaris seluruh tubuh Tino sudah dibalur oleh minyak. Aku tetap berdiri dan kembali meratakannya. Mengusap dadanya yang bidang dan keras. Perut kotak-kotaknya yang ramping. Lengannya yang kekar. Bahkan aku berhasil mengoles kedua ketek Tino dengan minyak.
Yes! Berhasil pegang ketek Tino!
"Kontolnya gue minyakin juga enggak nih?" tanyaku.
"Eits, eits! Kagak boleh!" Tino mendorong kepalaku, hingga aku terjatuh ke atas tempat tidurnya. "Jauh-jauh lu dari kontol gue. Dasar homo bangsat! Pelit! Banyak request!"
"Biarin! Dasar cowok yang suka suara bencong!"
"Anjing!" Tino langsung menendang mukaku.
Aku sih terbahak-bahak sambil berguling dan mencoba menghindar. Enggak tahu dia bahwa kaki adalah fetish-ku juga. Kalau itu kaki sampai mendarat di wajahku, yang ada aku tuh horny, anjir!
Panggilan kepada Lidya kembali dilakukan. Aku melorotkan celana lagi sambil mojok di atas ranjang Tino. Ternyata benar apa yang Lidya katakan. Tino tampak makin seksi ketika seluruh tubuhnya mengilap oleh minyak.
"Uuuhhh ... udah, Bang?"
"Udah, Dek. Kelihatan enggak?"
"Kelihatan, Bang. Uuuuhhh ... Bang Tino seksi banget, sih! Hmmmppphhh ...."
Dan Lidya masih dalam posisi sama. Masih ngangkang, memek dicolok-colok oleh jari yang sama, dan masih menyembunyikan wajahnya. Enggak pegal gitu dia dalam posisi yang sama? Nungging, kek. Tengkurep, kek. Kayang. Telentang. Telenlinggis. Telendongkrak. Apa kek.
"Coba Abang mainin lagi tetek Abang. Aaahhh ...."
Tino mematuhi perintah Lidya.
"Enak enggak, Baaang ....?"
"Enak banget, Dek. Licin. Aaahhh ...."
"Tuh, kan apa Adek bilang. Aaahhh ...."
"Sekarang mainin toket Adek, dong."
"Entar duluuu ... titit Abang duluuu," balas Lidya manja. "Abang coba kocok titit Abang pake minyak, Baaang."
"Jangan dong, Dek. Entar Abang keenakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
(1) Prank Personal Trainer (Reupload)
General FictionIni cerita reupload dari cerita berjudul Membalur Minyak ke Tubuh Personal Trainer yang entah kenapa mendadak hilang dari Wattpad-ku. Entah dihapus oleh Wattpad, entah hanyut di Sungai Citarum. Judulnya kuganti, ya, takutnya hilang gara-gara judul. ...