Tujuh

3.6K 138 35
                                    


Kabar buruk, kalau sudah dihadapi secara nyata, rasanya dua kali lipat lebih mengerikan.

Mungkin tiga kali lipat. Atau sejuta kali lipat.

Selama beberapa hari sejak prank dari bencong bernama Lidya itu, aku tahu Tino sudah stres. Dia seperti dihantui debt collector, yang mungkin muncul kapan pun sambil membawa golok, lalu membacoknya. Setiap kali pikirannya berkelana ke adegan di-prank itu, Tino akan melamun dan ketakutan. Pernah satu kali menggigil.

Dia ganteng, gagah, manly, kekar, dan segala atribut maskulinitas yang ada di dunia ini, tetapi hatinya rapuh, lugu, dan lembut. Mengetahui dirinya dipermainkan oleh seorang waria benar-benar menghancurkan hatinya. Berkali-kali dia mempertanyakan, apakah kejadian ini merupakan karma karena dia sering melakukan seks bebas dengan cewek-cewek? Apakah ini kutukannya karena seringkali menggauli perempuan, tapi tak menjadikan mereka pacar?

Hari Minggu kemarin Tino tetiba pergi ke gereja untuk memohon pengampunan. Namun dia malah masuk ke sebuah gereja Kristen Karismatik, yang beribadah dengan fun seperti menyanyi dan menari, sehingga Tino malah makin stres. Niat hati mendapat ketenangan, tetapi lokasi beribadahnya ingar bingar oleh suara sound system.

Tino hanyalah lelaki normal. Lelaki baik hati. Yang ingin hidup damai-damai saja, tidak perlu viral, tidak perlu jadi yang terganteng, tidak perlu jadi pemimpin. Dia menikmati dunia kecilnya yang terbatas. Tinggal di Kosan Hamid, pulang pergi ke tempat gym, menjadi klien dari member yang ingin meng-improve kualitas hidup mereka lewat work out, lalu bersenang-senang dengan perempuan yang juga mau sama dia. Mungkin suatu hari dia akan menikah, punya anak, direpotkan dengan cicilan rumah, atau menyekolahkan anak. Sesederhana itu. Enggak neko-neko.

Bayangkan ketika dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, videonya telanjang, ngocok kontolnya, tersebar bebas di internet. Ketika kami melihat video itu di layar ..., retweet-nya sudah mencapai 2.6 K. Sudah 2.600 akun Twitter mencuit ulang video tersebut.

Videonya hanya satu menit. Di bagian yang menarik. Kalau mau lebih lengkap, harus gabung jadi member di grup itu.

Apa yang kulakukan ketika kami melihat thumbnail itu? Aku langsung merebut ponsel di tangan Tino dan melompat turun dari tempat tidur. Aku menjauh ke pojokan, bergabung sesegera mungkin ke grup Telegram itu, supaya aku bisa mengakses nomor pemilik Telegram. Jariku sampai gemetar karena aku melakukan semuanya dengan cepat. Kepalaku berisi segala kata-kata yang ingin kutujukan ke bencong sialan itu.

Sambil menunggu aku di-approve oleh pemilik akun Telegram itu, aku mengirim reply di twit tersebut.

Ini temanku, orang baik, kena tipu bencong di video ini. Boleh tolong di-take down?

Tentu aku juga mengirim DM ke akun Twitter tersebut, menyatakan hal yang sama. Tapi apa yang terjadi?

Aku diblok oleh akun tersebut.

Seperti dugaanku.

Malah, reply dari tweet-ku itu, dari para homo-homo lapar di Twitter, enggak ada yang men-support-ku.

Halah ngocok aja lu ga usah byk bacot! Suka juga kan?

Salah sendiri VCS. Udah tau org2 bisa ngerekam.

Lah, temen lu yg salah, kok kita yg rugi?

Jgn sering2 ngancurin kesenengan org lain mas. Ga baik. Wkwkwk. Ksh tau temennya jgn vcs klo gamau kayak gini.

Paling jg lu ngmong gtu smbl coli lihatin video ini.

Aku benar-benar murka dan nafsu ingin mencincang homo-homo laknat ini. Bukannya support ketika korban prank-nya minta video di-take down, eh malah mereka balik menyerang pihak korban

(1) Prank Personal Trainer (Reupload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang