Chapter 2

40 25 64
                                    

Happy Reading
__________________

Jangan pernah jadi orang yang punya ketergantungan emosional pada siapapun. Mau tak mau kita harus belajar hidup mandiri, berpegang teguh pada prinsip, dan tahu apa yang menjadi prioritas dalam mencapai tujuan.

_Rania Putri Anaya_


Kini jam sudah menunjukkan setengah empat, itu tandanya Saskia harus menemani Rania ke caffe milik tantenya sendiri. Di pertengahan jalan mereka saling mengobrol bahkan juga tertawa.

Rania, Rania sangat pandai dirimu menyembunyikan sesuatu dengan senyuman mu sendiri. Sangat beruntung sesiapapun yang akan mendapati dirinya. Rania sangat bangga dengan dirinya sendiri tak pernah membenci dirinya sekalipun itu.

Saskia yang sedang menyetir mobil kini menatapnya serius, "Nia, emangnya kamu benaran mau kerja di caffe tante aku?"

Rania mengangguk. "Iya emangnya kenapa?" tanya nya dengan sibuk meminum susu milku.

"Enggak sih. Aku kurang yakin aja gitu." Saskia sangat khawatir dengan sahabatnya karena sahabatnya belum pernah bekerja dan ini adalah kali pertamanya bekerja di tempat tantenya.

"Yakin aja, Kia. Kamu tahu? Aku begini karena aku ingin mencapai cita-citaku untuk kuliah dan juga sukses,"

"Tapi Nia, kamu tahu? Sukses itu bukan harus kuliah juga, kan bisa tuh kerja." ujar Saskia.

"Tapi, Aku tuh pengen punya gelar S1! Aku nggak mau mengubur dalam-dalam impianku karena aku ingin bercita-cita menjadi orang yang sukses juga bisa bahagiain orang tua." ucapnya seraya meneteskan air mata.

Saskia sangat bersalah tapi tindakan temannya sangatlah membuatnya bingung. "Maaf, Rania aku salah," katanya.

Rania menganguk kepalanya seraya tersenyum, "Enggak apa-apa ko."

Saskia sangat kesihan dengan, Rania dirinya sangat ingin membantu sahabatnya tapi, Rania menolak dia tak ingin Saskia mengeluarkan uang hanya karena dirinya. Ingat Rania adalah tipe orang yang tak ingin di kasihani.

Bukan hanya itu mami Saskia, juga ingin membantu Rania tapi dirinya sangat memaksa agar mereka tidak membantunya. Dia hanya ingin dirinyalah yang bersusah payah tanpa bantuan orang lain karena ia nggak ingin menyusahkan orang lain.

Cukup hanya dialah yang merasakannya. Rania adalah gadis yang serba bisa dengan sendirinya. Walaupun sudah banyak yang ingin menolongnya.

Kini mereka pun tiba di caffe milik tante Saskia. Rania menatap caffe itu tanpa berkedip sedikitpun "Besar banget maana mewah lagi." ia ternganga menatap caffe itu.

"Nia!!" teriak Saskia membuat Rania kicep dan kaget.

"Kamu kenapa bengong segala sih? Di panggil dari tadi juga." kata Saskia kesal.

Rania cengegesan seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Hehe, sorry Aku nggak tau." ucapnya.

"Ini benaran caffe tante kamu?" tanya Rania menatap caffe itu.

Saskia melihat caffe tantenya, "Iya emangnya kenapa? Ada yang salah?"

"Enggak. Masalahnya ini gede banget loh."

Kisah Rania (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang