Chapter 11

1 0 0
                                    

Happy Reading
___________________

"Lalu kalau lo nggak mau kenapa lo terima?" geram Rasya.

Kini Rasya dan Rania sedang berada di halaman belakang, mereka berdua sedang berbicara tentang perjodohan dari orang tua mereka sendiri.

"Karena saya nggak bisa menolak kemauan ayah sama ibu saya." lirih Rania seraya mennduk.

"Tinggal bilang enggak, apa susahnya sih?!" bentak Rasya. Rania kaget dan sedikit takut.

"Ma-maaf." lirihnnya pelan seraya meramas lengan bajunya.

"Kalau orang lagi ngomong th di tatap kesini bukan di tanah. Emang wajah gue ada di situ, hah?!" geramnya.

Rasya kesal karena ucapannya tidak pernah di dengar gadis di depannya. Dengan terpaksa dirinya pun mencengkram wajah gadis itu.

"Aww." ringis Rania kala lengan Rasya mencengkram wajahnya kuat hingga dirinya merasakan sakit.

Bukan kali pertama tapi kali dkedua Rasya membuatnya begini, Rania hanya menerimanya saja dia tak mengubris ataupn mengelak sedikitpun.

Rania ingin sekali meneteskan air matanya tapi, ia tahan sebisa mngkin agar tidak menangis di hadapan pria yang tidak ia kenali ini.

Rasya dibuat tertegung dengan wajah Rania yang simetris, hidung munggil, dan bulu mata yang lentik juga bibir yang berbentuk seperti love. Rasya terpana, namun sepersekiankalinya ia menggeleng dan membuang hal-hal aneh yang menimpa pikirannya.

Ia melepas cengkraman itu kasar walaupun dirinya sedikit tidak tega, "Hapus air mata lo!" Rasya menatap lain arah agar tidak bertatapan dengan gadis ini.

Yap Rania tidak bisa tahan lagi dengan air mata yang ia bendung sejak Rasya mencengkram wajahnya lebih sakit dar yang pagi tadi di buat olehnya.

Rasya tidak menyukai ketika ada seorang wanita yang menangis di hadapannya hal itu membuat dirinya lemah tapi, dirinya sangat egois jika bukan wanita yang dia inginkan maka sejak saat itulah dia menykai wanita itu.

Lalu apakah Rania akan terus menerus tersiksa saat dengan Rasya?
Atau apakah Rania akan bahagia dengannya?
Apakah Rasya bisa berubah? Atau malah tetap dengan kepribadiannya sendiri?

hayoo penasaran nih, hhh. Dijawab ya pertanyaan author ini:)

Rasya membuang nafas gusar ia pn segera memutuskan untuk masuk kedalam namun sebelum itu, "Hapus air matamu dan bersikap biasa-biasa saja di depan mereka." ucapnya dingin tampa membalikkan badannya setelahnya ia pun melanjutkan langkahnya.

Rania menuruti kemauan pria itu dirinya menyeka jejak air matanya dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakkan.

Tanpa mereka berdua sadari ternyata Refa sedari tadi mendengarkan dan melihat keduanya. Refa mengepalkan tangannya erat tak lupa nafas yang mengebu-gebu dan mata elangnya mengikuti langkah Rasya menuju ruang tamu.

Refa merogoh sakunya menggambil handphone lalu menekan nama Devan yang tertera disana lalu menelefonnya.

"Kumpulkan anak buah di markas, sekarang!" ucapnya dingin setelahnya ia segera mematikan sambungan tersebut.

Kisah Rania (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang