Chapter 10

9 5 0
                                    

Happy Reading
___________________

Pagi ini Rania sudah bersiap-siap untuk kerja dan hari ini, ia akan memberi tahu yang lain untuk pulang lebih awal. Karena perkataan ayahnya kemarin.

Pikiran Rania masih saja di hantui oleh perkataan ayahnya kemarin, dirinya tak bisa menolak keputusan ayahnya sudah bulat tapi, di sisi lain ia juga belum siap untuk menikah.

Rania saat ini sedang membuatkan pesanan yang di pesan pelanggan, dirinya yang mau menghantari pesanan itu namun...

brak...
Pesanan itu tumpah begitu saja membuat Rania kaget begitupun orang yang ia tabrak barusan.

"Aww." ringis seorang cewek yang kesakitan karena kena percikan panas dari kopi yang di bawakan oleh, Rania.

Pria yang di sampingnya melihat cewek nya begitupun dengan, Rania. Ia mengepalkan tangannya erat.

"Lo punya mata nggak sih? Kalau jalan liat-liat dong! Liat gara-gara lo cewek gue kesakitan! Kerja kok nggak becus banget sih!" ujar Pria itu dengan jari telunjuk yang menunjuk ke arah Rania yang kini hanya bisa menunduk ketakutan.

"Maaf saya tidak senga-"

"Maaf-maaf! Lo lihat sendiri cewek gue kayak gini!" geram Pria itu.

Sekarang mereka menjadi titik perhatian para pelanggan, dan juga karyawan di sana.

Pria itu geram sendiri karena Rania tidak menatap wajahnya, "Kalau di ajak ngomong jangan ngelihat bawah, gue bukan di bawah ya!" ia mencengkram wajah Rania tak lupa dengan tatapan tajamnya yang membuat Rania sedikit takut dengannya.

"Aww." Rania meringgis karena cengkraman pria itu sedikit membuatnya sakit.

Rania ingat pria ini pernah berjumpa dengannya waktu itu. Rania hanya bisa meneteskan air matanya tanpa menolak apa yang lelaki itu perbuat, lagian ini juga salahnya.

"Sudah sayang kamu engga boleh kasar sama cewek, kesihan dianya. Lagian aku sudah ngga apa-apa juga, kan?" ujar ceweknya seraya menarik lembut pergelangan tangan yang mencengkram wajah, Rania.

"Kamu benaran ngga apa-apa, kan?" cewek itu mengangguk.

Pria itu menatap, Rania. "Lain kali kalau kerja tuh yang becus dikit ya." lirihnya di telinga, Rania setelahnya ia segera meninggalkan, Rania yang terdiam mematung di tempat itu.

"Rania, kamu kenapa sih? Fokus dong jangan mikirin yang aneh-aneh kamu lagi kerja, Rania!" ujarnya pada diri sendiri.

Ia merutuki kesalahannya hari ini, dan dia tidak peduli juga kalau tadi sempat di cengkram pria itu, lagian juga ini kesalahannya.

"Fokus, Rania fokus!" gumamnya.

Rania melihat sekeliling yang di mana para pelanggan dan juga karyawannya kini fokus ke arahnya, Rania sedikit terkekeh dan malu.

"Hehe maaf ya gays, sudah membuat kekacauan." cenggirnya seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Ia mengambil nampan yang jatuh tadi dengan serpihan gelas yang pecah ia kumpulkan.

"Aww." ringgisnya ketika tangannya luka karena serpihan gelas itu.

Tapi, Rania tidak peduli ia melanjutkan membersihkan apa yang ia perbuat.

Kisah Rania (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang