Valentine

636 16 2
                                    

Jika aku tidak bisa bersamamu, maka orang lain pun tidak akan pernah bisa bersamamu-Sakusa
────────────────────────

Hari valentine biasanya sangat dikenal dengan hari dimana orang orang akan menyatakan perasaannya terhadap sang kekasih, gebetan, atau sekedar untuk menunjukkkan rasa kasih sayang terhadap sesama sahabat.

Biasanya akan menggunakan coklat, terutama untuk para remaja remaja yang sedang kesemsem, sama halnya dengan pemuda bersurai blonde, sedari tadi dia menggenggam kotak persegi berbalut pita merah.

Pemuda itu terus menatap pemuda yang sedari tadi pusing menatap tumpukan coklat dari siswi-siswi, ada juga dari boti-boti yang naksir dengan ketua osis germaphobia itu.

"Kasih aja, di terima kok tu coklat, ya kalo perasaan lu, gw bantu doa aje dari belakang," sebuah tepukan kecil menyadarkan pemuda itu dari pemikiran ovtnya, bukannya mengurangi beban Atsumu, ucapannya membuat Atsumu semakin gugup.

"Nambah ovt gue bangsat," atsumu berujar menatap sang sahabat dengan seribu dendam terdalam.

"Awokawokawok, lagian yang naksir dia banyak, kasih aja sih," kenma tersenyum meyakinkan, walaupun laknat temannya ini selalu membantu Atsumu jika menyangkut Sakusa.

Masih dengan acara meyakinkan Atsumu, tiba-tiba sebuah jitakan mendarat mulus di dahi pria bersurai puding itu, sang empu meringis menatap pelaku yang tersenyum remeh menatapnya.

"Lo gak ngasih gw coklat cok?" Tanya Osamu menggoda sang best friend, katanya.

"Nih," setelah pertanyaan osamu, dia mendapat satu butir permen dari kenma, tak lupa senyuman tidak berdosa dari kenma, CEO kok kere.

Atsumu menghela nafas lelah melihat kedua orang disampingnya ini, kakinya berjalan dengan lemas menuju belakang sekolah, manik coklatnya menatap tajam kotak yang di tangan nya, masih bimbang apakah dirinya akan memberikannya kepada Sakusa?

"Rasanya tidak buruk perasaan, aku juga sudah mencobanya, ini enak, tapi kenapa aku ragu memberikan nya, gimana kalo dia gak suka?!!" Atsumu terus bergumam, membuat argumen-argumen aneh, yang membuat pikirannya semakin takut.

"Miya? Apa yang kau lakukan disini?" Suara yang familiar membuat Atsumu terjungkal kaget, dengan cepat tangan nya menyembunyikan coklat itu di balik tubuh kecilnya, wajahnya memerah gugup dengan beberapa keringat, Atsumu menatap ke arah lain menghindari tatapan Sakusa.

"OMI! kau mengagetkanku!" Atsumu berteriak kesal menatap sang pelaku, Sakusa hanya menatapnya tanpa ekspresi, matanya sedikit mengintip coklat di balik tubuh Atsumu.

"Apa itu coklat? Untuk siapa?" Sakusa bertanya dengan aura penuh intimidasi, tangannya menggenggam sesuatu di balik celananya, matanya menatap tajam coklat di tangan atsumu.

"Y-ya.. itu.. a-aku, i-ini.. ini.. i-ini untuk.. untuk orang yang tsumu suka! Tentu! Emangnya Omi! Gak suka sama orang," Atsumu mencoba mencari alasan bagus meskipun suaranya terbata-bata.

"Siapa bilang? Saya punya orang yang di sukai," Sakusa tersenyum meremehkan, tangan nya sudah siap dengan pisau lipatnya.

"Jadi? Siapa yang kamu suka? Ingin saya bantu?" Sakusa menatap atsumu yang langsung tiba tiba gugup sambil berkeringat dingin, matanya menerawang untuk menghentikan kegugupan nya.

"Um.. Omi.." tangan mungil atsumu perlahan menjulurkan kotak yang sedari tadi dia genggam dengan sedikit gemetar.

"Kamu ingin saya yang memberikannya?" Tanya Sakusa heran menatap sang lawan bicara.

"B-bukan itu- anu.. Ini- ini untukmu.." Jelas Atsumu mengecilkan suara nya saat di akhir kalimat, walaupun dapat di dengar oleh Sakusa.

Sakusa diam, pisau lipatnya ia masukkan lagi ke dalam saku celana, wajahnya tersenyum senang menerima coklat Atsumu.

"Kalau begitu kita pacaran kan?" Tanya Sakusa dengan riang menatap Atsumu sambil tersenyum tipis di balik maskernya.

Wajah Atsumu memerah, apa dia baru saja di ajak berpacaran oleh orang yang dia suka? Perlahan Atsumu mengangguk pelan, Sakusa tersenyum memeluk Atsumu dengan erat seakan tak ada hari esok.

Ketakutan Sakusa sudah sirna, Atsumu adalah miliknya, dan akan menjadi miliknya, tidak boleh ada yang menyentuhnya, walau seujung kuku, ahh bukankah Sakusa tidak perlu meminta bantuan dukun? Dan yang paling bagus adalah, Sakusa bisa memotret Atsumu dalam keadaan apapun, Atsumu miliknya, dia tidak perlu memeluk guling yang di tempel foto Atsumu, dia bisa memeluk Atsumu nya secara nyata, tidur bersama, atau melakukan hubungan badan? Bagaimana wajah Atsumu? Kenapa Tuhan menciptakan manusia se-perfect Atsumu??! Sakusa bisa gila dibuatnya.

End
Babayyy bentar lagi hari valentine, cieee yang ayang nya gepeng:)

Oneeshot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang