Jari manis

553 17 0
                                    

Mau bagaimana pun cara seseorang merebut mu, jika tuhan berkata aku jodohmu, dia jungkir balikpun, aku yang menang -Sakusa
───────────────────────

Pemuda bersurai abu tengah menatap pemuda bersurai hitam dengan heran, pasalnya nafas sang pemuda memburu dengan banyaknya keringat layaknya di kejar setan atau mungkinkah dia mencuri sesuatu dari warga? Sampai membuat nya seperti ini?

Dengan segera dia menepis pikiran absurdnya, seorang Sakusa? Yang notabenya anak sultan? Mencuri? Itu sungguh aneh.

"Selamat siang, ada apa?" Akhirnya pertanyaan yang membuat seorang Osamu keheranan setengah mati terlontar begitu saja.

"Hah.. hah.. maaf Tsumu dirumah?" Sakusa mencoba menetralkan nafasnya lalu kembali berdiri dengan formal.

Osamu kembali dibuat heran, bukankah tadi pagi sang kembaran sudah pamit pergi ingin menemui Sakusa, maksudnya atsumu tidak bersama Sakusa sejak pagi? Dan ini sudah malam hari.

Melihat raut wajah Osamu yang terkejut membuat sakusa peka bahwa kekasihnya itu belum juga kembali, Osamu menawarkan untuk masuk dan menunggu sebentar.

"Masuklah dulu, kita tunggu sebentar." Tawar Osamu memberi ruang untuk Sakusa masuk.

Selang beberapa menit menunggu dengan resah, Terdengar suara Atsumu dari luar, berteriak sambil membuka pintu rumah, ketika irisnya mendapati Sakusa yang sedang duduk di ruang tamu, Atsumu berlari memeluk sang kekasih dengan riang.

"Omi! Omi!"

Mendapat serangan dadakan membuat Sakusa terlonjak kaget namun dia sembunyikan dengan wajah kesal nan formalnya.

"Darimana saja?" Langsung ke intinya, Atsumu melepas pelukannya lalu ikut duduk di samping sang kekasih.

"Ah itu, aku tadi pagi kan mau kerumah Omi, terus ketemu bang Kita di jalan, dia ngajak Tsumu ke wahana! Dia bilang disana ada diskon puding, jadinya kesana deh," Jawab Atsumu menjelaskan dengan wajah polos dan suara girangnya.

"Kenapa tidak memberitahu saya?" Mun:afik jika ku katakan bahwa Sakusa tidak kesal atau mungkin cemburu?

"Karena tawaran puding, Tsumu lupa, maaf Omi," atsumu menunduk takut menatap sang kekasih yang tengah menatapnya dengan aura intimidasi.

"Lalu kenapa tidak menjawab telpon?" Sakusa memelankan suaranya namun penuh penekanan.

Pertanyaan sakusa membuat Atsumu refleks mengambil ponsel di saku Hoodie nya dan melihat lebih dari 100X telpon tidak terjawab dari Sakusa.

"Tadi malam Tsumu main game, jadi Tsumu nyalain 'mode jangan ganggu' biar ga ngeleg, Tsumu lupa matiin," Atsumu kembali menunduk.

Sakusa menghela nafas lelah dengan kelakuan lalai Atsumu, matanya melirik ke tangan Atsumu, terdapat gelang yang memeluk tangannya dengan manis.

"Sejak kapan kamu menggunakan gelang?" Sakusa mulai menebak jika itu dari Kita, bukannya posesif tapi Kita memiliki perasaan tersembunyi terhadap Atsumu, Atsumu saja yang tidak peka, bagaimana jika Atsumu malah menyukai Kita dan meninggalkannya? Itu terdengar menyedihkan.

Atsumu mengalihkan pandangannya, menatap tangan nya, lalu kembali tersenyum senang.

"Ini dikasih bang Kita, baguskan?"

Sakusa hanya mengangguk lalu memainkan ponselnya acuh, Atsumu yang merasa aura yang di keluarkan sang kekasih jelas berbeda, segara bertanya.

"Omi?"

"Hm"

Atsumu mengangguk mengerti, ini bukan pertama kalinya Sakusa cemburu dengan bang Kita, tidak tau alasannya yang pasti dia selalu cemburu jika itu menyangkut tentang Kita.

Atsumu berdiri dari duduknya, perlahan ia duduk di paha sang kekasih lalu memeluknya lehernya erat, berusaha membujuk sang kekasih dengan sikap manisnya.

"Omi marah? Maaf Omi, Tsumu lepas deh gelangnya,"

Atsumu berusaha melepas gelangnya namun tangan kekar Sakusa menghentikan kegiatannya.

"Tidak apa apa, semua orang bisa mengaitkan gelang di tanganmu, but.." Sakusa menggantung kalimat nya lalu memegang jari manis Atsumu.

"Hanya saya yang bisa mengalungkan cincin disini, mengerti?" Itu bukan pernyataan, namun perintah seakan-akan mengatakan bahwa jari itu miliknya, jika seseorang menyentuhnya dia tidak akan segan-segan mem:bunuh orang itu.

Atsumu menunduk malu, semburat merah menjalar dari pipinya sampai ke telinga, Atsumu meringkuk di leher sang kekasih guna menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah seperti tomat sambil menc:aci sang kekasih.

Sakusa hanya tersenyum tipis, sangat tipis, jika ingin melihatnya mungkin kalian butuh kaca pembesar, jauh dari tempat sang pasangan kekasih, berdiri pemuda bersurai abu menatap mereka datar dengan author yang memakan popcorn, lumayan film romans gratis.

"Gw kapan thor?" -Osamu

"Kapan-Kapan." -Author

End
See you

Oneeshot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang