Happy Reading^^
Langit dimalam hari disana tampak berawan dan mendung, hanya sebuah lampu putih yang sedikit redup menerangi halaman dari rumah tujuh elemental bersaudara.
Dikursi yang berada dihalaman rumah tersebut terdapat dua orang yang sedang menikmati langit mendung pada malam itu, sedangkan disamping kursi tersebut terdapat dua buah kardus berukuran sedang dengan barang barang usang didalam nya.
Hening, tidak ada yang memulai pembicaraan. Kedua orang itu sibuk memandangi langit tanpa peduli udara dingin yang mulai berhembus menembus permukaan kulit mereka.
"Tadi itu siapa?" Setelah sekian lama keheningan melanda, akhirnya Blaze membuka suara membuat Taufan menoleh.
"Hm?...namanya beliung, katanya dia tinggal dirumah yang kita lewatin siang tadi pas mau kesini" Ujar Taufan menjelaskan.
"Aku kira rumah itu ga berpenghuni loh, ternyata ada orang yang tinggal disana"
Wajar jika Blaze mengira rumah itu tak berpenghuni, karena dari luar saja rumah itu sudah cukup banyak kerusakan seperti kaca rumah yang retak atau pecah, pagar besi yang berkarat, pintu kayu yang terlihat sudah rapuh, dan batu bata yang sudah berlumut.
"Aku juga ngira gitu awalnya, rasanya aku ga percaya deh kalau ada orang yang tinggal dirumah seperti itu" Blaze mengangguk mendengar pernyataan dari Taufan. "Yasudah kalau gitu, mending kita masuk. Diluar dingin, apalagi yang kamu cuman make baju tanpa lengan, apa ga masuk angin?" Ujar Taufan dibuat bercanda agar suasananya tidak terlalu tegang, Blaze mendengus sebal ketika ia sadar bahwa taufan seperti sedang menyindir dirinya.
"Yasudah ayo" Blaze dan Taufan pun bangkit dari duduknya, dan berjalan santai menuju pintu masuk kerumah mereka.
Saat lengan Taufan hendak menggapai gagang pintu, pintu terbuka menampakan Beliung dan saudara nya yang lain berdiri di sana. Taufan dan Blaze menepi dan membiarkan Beliung keluar dan disusul oleh saudaranya yang lain.
"Beliung mau pulang ya?" Mendengar pertanyaan dari Taufan, Beliung pun mengangguk. "Kamu ga takut, jalan nya gelap loh" Sambung Taufan.
"Tenang aja, aku udah sering kok. Lagi pula aku bawa senter" Beliung tersenyum seraya menunjukan senter yang digenggamnya, lalu ia berbalik dan mulai berjalan.
"Hati hati sesat dijalan yaa" Blaze berseru seraya melambaikan tangan nya.
"Jangan teriak bisa ga, dia belum jauh kok" Ujar Ice yang kesal dengan kelakuan kakaknya itu.
"sorry ice, aku kebablasan hehe" Blaze terkekeh sedangkan Ice merotasi bola matanya dengan malas.
"Sampai nanti beliung" Gempa melambaikan tangannya.
"Udah gih, pada masuk sana terus tidur" Ujar Gempa memerintah, saudara saudaranya mengangguk dan mulai masuk kedalam rumah sesuai perintah dari Gempa.
Saat semua sudah masuk, tersisa Gempa dan Solar yang masih berdiri di ambang pintu.
"Kenapa solar?" Tanya Gempa dan Solar pun menoleh.
" Hehehe, gapapa kok kak" Ia kembali menatap keluar, dan dia terkejut bahwa Beliung sudah tidak kelihatan, 'Bukannya pintu gerbang masih lumayan jauh ya' Itu lah dipikirkan solar untuk sekarang ini, secara kan halaman dari rumah tujuh elemental bersaudara itu sangat luas dan tentunya gerbang keluar juga jauh.
"Kok udah ga keliatan aja sih, cepet banget dia ngilang" Solar mengernyit heran, Gempa mengikuti sorot mata Solar yang menyorot keluar rumah.
"Positif thinking aja, mungkin dia lari, makanya cepet" ucap Gempa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Save or Death [ Hiatus ]
HorrorUtama kan membaca deskripsi! [Boboiboy Fanfiction] [ Hiatus ] *New Sinopsis* . . . Siapa sangka, jika pindah rumah adalah awal dari bencana bagi para Elemental. Mereka selalu diteror oleh nasib sial yang tiada henti. Lalu bagaimana mereka bertahan...