"Aduhhh, Bu Susi pasti marah nih gua telat 30 menit." Gumam perempuan berseragam SMA itu. Ia berlari menuju gerbang sekolahnya sekencang mungkin karena sekolah sudah dimulai sejak 30 menit yang lalu.
Disini lah ia sekarang— di depan gerbang. Ia berusaha untuk membujuk satpam yang menjaga gerbang sekolah itu, "paaakk, ayolah tolong bukain gerbangnyaaa. Saya udah telat banget iniii..." ia membujuk satpam itu dengan ekspresi melas, jari jemarinya memegang besi pagar itu dengan erat.
Secara tiba-tiba matanya menangkap seorang siswa yang sedang memanjat melewati tembok belakang itu. Ia langsung berlari menghampirinya dan menarik kemeja cowok itu dengan sekuat tenaga. Cowok itu terkejut dan terjatuh ke rerumputan hijau milik sekolahnya. Ia menatap perempuan itu dengan tatapan kesal dan bingung.
"Anjing! Ngapain lo tarik-tarik gua?" Tanya cowok itu yang sedang berusaha untuk berdiri sambil menepuk seragamnya dengan pelan untuk membersihkan debu-debu yang ada di bajunya itu. Perempuan itu menjawab "bantuin gua manjat tembok ini atau gua aduin lo ke BK kalau lo ngerusak properti sekolah?" Paksa perempuan itu sambil menunjuk tanaman sekolahnya yang telah rusak karena diinjak oleh cowok itu.
"Enak aja! Lo siapa emangnya nyuruh-nyuruh gua?" Cowok itu tidak terima ia disuruh seenaknya oleh perempuan yang ia tak kenal ini. "Gua? Gua Meikiana Julinea dari XII IPA 3."
Kening cowok itu mengernyit, ia tak pernah dengar nama perempuan ini. Mungkin karena ia selalu berada di dalam kelasnya dan tidak pernah keluar dari kelasnya. "Gak kenal dan buat apa gua bantuin lo? Emangnya gua dapet apa kalau bantuin lo?"
"Tugas lo gua kerjain semuanya. Dijamin nilai tugas lo 100." Tawar Mei. Lelaki itu sempat berpikir sejenak, itu adalah tawaran yang bagus baginya. Ia selalu mendapat nilai dibawah 60 sehingga ia selalu tertinggal di kelasnya. "Oke, gua bantuin lo."
Mei langsung melempar tasnya melewati tembok yang tidak terlalu tinggi itu dan langsung memijakkan kakinya di telapak tangan lelaki itu. Setelah berhasil naik, ia langsung memungut tasnya yang berada ditanah dan menunggu lelaki itu untuk menyusulnya. Setelah melihat lelaki itu lompat dari tembok itu. Mei langsung memberikan dompetnya kepada lelaki itu, "nih, buat jaminan. Nanti pas pulang temuin gua di parkiran belakang. Lo namanya siapa?" Tanya Mei.
"Gua Gibran Abraham dari kelas XII IPA 5." Jawab Gibran sambil menatap perempuan itu dengan tatapan teduh. Ia sedikit berkeringat akibat panasnya cuaca hari ini. "Oke deh. Jangan ilangin dompet gua ya Gibran," ucap Mei sambil memberikan dompetnya.
Gibran tersenyum tipis melihat tingkah Mei. "Bisa-bisanya ada yang nggak tau gua?" Pikir Gibran.
"Denger ng—" Tanya Mei terpotong, tiba-tiba mereka mendengar suara teriakan dari jauh.
"Hey! Dua murid yang didekat pohon itu! Sini!" Teriak guru BK sambil berjalan mendekati mereka. Gawat! Mereka tertangkap oleh guru konseling sekolah!
"Kalian ini ya, masih kecil udah belajar manjat tembok, belajar dari siapa kalian?! Kamu juga Gibran, setiap hari telat terus, mau jadi apa kamu?!" Gertak guru itu sambil menatap Gibran dengan marah.
"Kok saya aja sih yang dimarahin Bu? Kok Meikiana nggak dimarahin??" Cowok itu tidak terima, mengapa hanya ia sendiri yang kena gertakan guru itu.
"Ya karena Meikiana baru telat sekali. Kamu setiap hari telat!"
"Maaf Bu saya telat." Mei tidak berani menatap guru itu, ini baru pertama kalinya telat. Mei hanya menatap kebawah.
"Iya nggak apa-apa, sana balik ke kelas," ucap guru itu. Mei dan Gibran langsung meninggalkan guru itu. Tetapi Gibran ditarik kerahnya oleh Bu Susi. "Enak aja kamu Gibran! Saya cuman suruh Mei aja! Sekarang, berdiri di lapangan basket sampai bel istirahat! Nggak ada ampun buat kamu!"
"YAH IBUUUUU, IBU MAH PILIH KASIHH!!" Mei yang mendengar teriakan Gibran hanya bisa tertawa kecil.
***
Selama jam pelajaran di mulai, Mei menatap lapangan basket terus-terusan, ia tidak bisa fokus dengan pelajaran Bahasa Indonesia hari ini. Ia melihat Gibran yang sedang berperang dengan teriknya sinar matahari. Harus Mei akui bahwa hari ini cuaca lebih panas dari biasanya.
"Woi! Liatin apaan sih?" Senggol Cindy yang juga ikut memperhatikan lapangan basket. "Cieee, liatin Gibran ya?"
"Nggak! Gua bosen dengerin Pak Ahmad."
"Boong, bilang aja lo naksir sama Gibran. Lagian siapa sih yang nggak naksir sama dia? Udah kaya, ganteng, tinggi lagi! Duhh, sempurna banget cowok gua!!"
Mei hanya menghela nafas mendengarkan Cindy, lagi dan lagi Cindy berkhayal seperti itu.
Mei kembali menatap papan tulis dengan fokus. Mereka berdua sibuk menyalin apa yang ada di papan.
Selama Mei fokus di kelasnya, Gibran memperhatikan gerakan cewek itu. "Cantik." Tanpa Gibran sadari kata-kata pujian itu keluar dari mulutnya, ia langsung menepuk pelan mulutnya. "Gua ngomong apasih?!"
—
First chapter! Gimana guys? Tanggapannya dong! 🌸Jangan lupa buat follow IG aku untuk informasi update lainnya atau AU Incendiary!
KAMU SEDANG MEMBACA
Incendiary!
Romance"Dia mempesona kan, Mei?" Bisik seseorang ke telinga cantik itu. Mereka menatap laki-laki indah itu bersamaan, tidak mau melepas tatapan mereka. "Buat apa ganteng kalau suka memanfaatkan orang lain?" Balasnya sambil memainkan kukunya, ia sama sekali...