Jam istirahat kali ini lebih ramai daripada biasanya. Kebanyakan murid kebih memilih makan di kantin daripada di kelas hari ini. Mungkin karena peraturan tidak boleh makan di kelas sudah dijalankan, para murid langsung berbondong-bondong merebut meja makan mereka.
Mei dan Cindy sedang makan berdua sambil membahas ulangan yang mereka jalani tadi. Seluruh materi yang mereka pelajari tidak ada satupun ada di ulangan mereka.
"Anjir, kesel banget deh sama Bu Indah! Ngasih ulangan nggak jelas!!" Cindy menuangkan kekesalannya ke Mei. Untuk apa belajar jika materinya berbeda?
"Udah-udah. Udah kejadian jugaan. Mending kita makan aja." Mei berusaha menenangkan Cindy.
"Mei." Panggil seseorang.
Mei dan Cindy menoleh ke orang itu, Cindy histeris! Bagaimana tidak? Raja SMA Brawijaya menyamperi mereka berdua yang tengah asik menyantap makanan sorenya.
"Ngapain kesini?" Tanya Mei dingin sambil menatap mata Gibran.
Gibran menaruh bakso sapi yang ia beli tadi di sebelah Mei, ia mengambil tempat duduk di sebelah Mei. "Nggak apa-apa, gua boleh ikut makan bareng kalian?" Tanya Gibran sambil tersenyum kepada Cindy dan Mei.
Jangan tanya bagaimana keadaan Cindy hari ini. Cindy benar-benar histeris melihat Gibran berada sedekat ini dengannya. "E-eh? BOLEH DONG GIBRANNNN!!!!" Histeris Cindy.
"Hahaha, thanks ya." Gibran melempari senyuman manis ke Cindy lalu menatap makanannya.
"Cin, gua ke kelas duluan ya. Mau ngerjain tugas biologi." Mei langsung mengangkat makanannya yang belum ia santap sama sekali. Ia malas harus beradapan dengan Gibran.
"Hah? Bukannya biologi kita selalu jamkos ya karena gurunya cuti hamil?" Cindy benar-benar sepolos itu. Ia hanya mendapat tatapan tajam dari Mei.
"Kalau mau bohong tuh pinteran dikit. Sini duduk." Pinta Gibran sambil menarik lengan Mei dengan pelan.
Mei kembali terduduk disebelah Gibran. Sungguh, ia malas harus beradapan dengan Gibran lagi. Sudah cukup kesialan yang ia dapatkan dari Gibran.
"Gua kira kita udah deket karena kemarin lo ketawa puas banget pas di motor."
"Jangan kegeeran bisa? Kalau gua ketawa bukan berarti kita udah deket."
Cindy sadar bahwa Cindy lah yang menjadi nyamuk diantara mereka berdua. Cindy langsung memikirkan rencana untuk meninggalkan mereka berdua.
"Eh Mei! Gua baru inget Pak Ahmad nyuruh gua nemuin dia pas istirahat." Cindy langsung mengangkat makanannya dan langsung pergi begitu saja tanpa mendengarkan balasan Mei.
"Eh Ci—" Ucapan Mei terpotong begitu saja.
"Udah, kasih aja Cindy pergi." Gibran diam-diam berterimakasih kepada Cindy karena Cindy mampu mengerti suasana mereka.
"Lo tuh apaan sih? Jangan sokab ke gua!" Bentak Mei terhadap Gibran. Seluruh atensi mengarah kepada mereka.
Gibran yang sadar mereka sedang diperhatikan langsung menaruh jari telunjuknya di bibir Mei. Ia menyuruh Mei untuk tidak terlalu keras.
Mei yang mendapatkan perlakuan seperti itu hanya bisa membelalakkan matanya. Ia terkejut oleh perlakuan Gibran yang tiba-tiba menyerangnya. Ini adalah pertama kalinya bibirnya disentuh seperti itu.
"Diem ya, cantik."
Pipi Mei memerah, ia tidak bisa mengontrol kemaluannya. Gibran yang sadar Mei salah tingkah hanya bisa menahan tawanya—gemas.
***
Jam pulang sekolah pun tiba. Seluruh murid berhamburan ke parkiran untuk pulang. Cindy dan Mei sedang berjalan bersama di koridor untuk mengunjungi parkiran. Hari ini Mei membawa mobil, jadi tidak perlu repot-repot untuk menunggu angkotnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incendiary!
Romansa"Dia mempesona kan, Mei?" Bisik seseorang ke telinga cantik itu. Mereka menatap laki-laki indah itu bersamaan, tidak mau melepas tatapan mereka. "Buat apa ganteng kalau suka memanfaatkan orang lain?" Balasnya sambil memainkan kukunya, ia sama sekali...