Setelah Limario berangkat bekerja, hanya tinggal Rosie bersama Jennie dimansion. Bocah itu terus saja mengikuti Jennie sehingga wanita itu merasa risih.
"Berhenti ngikutin gue!" Sentak Jennie.
"Mommy" panggil Rosie.
"Hanya Lalice yang berhak memanggil gue Mommy. Lo bukan anak gue!" marah Jennie.
Rosie menatap Jennie dengan mata berkaca kaca "Ternyata Daddy benar, Mommy sudah membuang Rosie" batinnya.
"Apa salah Rosie?" Tanya Rosie pada akhirnya.
"Salah lo itu karena muncul dihidup gue!" Balas Jennie.
"Tapi Mommy-"
"Berhenti memanggil gue Mommy!" Potong Jennie membuat Rosie tersentak kaget.
Mata Rosie berkaca kaca "Hiks Mommy, maafin Rosie" isaknya.
Jennie mendengus "Berisik!" Sentaknya membuat Rosie mati matian berusaha menahan isakannya.
Baru saja Jennie ingin berganjak pergi, Rosie memegang bajunya "Mommy" panggilnya.
"Apa yang lo lakukan Rosie!?!" Marah Jennie mendorong Rosie dengan kasar.
"M-Maaf" lirih Rosie ketakutan.
Jennie menghela nafasnya dengan kasar sebelum berganjak pergi meninggalkan Rosie yang kembali terisak kecil.
"Tuhan, Rosie hanya ingin bahagia" gumam Rosie menggigit bibir bawahnya.
*
Disisi lain, terlihatlah sosok Jeffri yang baru saja terbangun dari tidurnya. Kepalanya merasa pusing efek dari mabuknya.
"Rosie, ambilin gue minum!" Teriak Jeffri.
Namun tidak ada sahutan membuat dirinya kesal "Yakk sialan!" Marahnya.
Dengan emosi, dia berganjak keluar dari kamar dan mencari keberadaan Rosie "Rosie!"
Tetap saja tidak ada sahutan membuat badannya menegang "Apa dia kabur?"
Seperti orang kesetanan, Jeffri langsung berlari keluar dari mansion untuk mencari keberadaan anaknya itu.
"Rosie!!"
"Jeffri-ssi, ada apa?" Ahjumma Jung yang mendengar keributan langsung menghampiri Jeffri.
"Dimana Rosie!?" Tanya Jeffri marah.
"Ahjumma tidak tahu. Rosie tidak datang kerumah Ahjumma" sahut Ahjumma Jung.
"Arghh sial!" Umpat Jeffri dengan marah.
"Apa Rosie kabur?" Tanya Ahjumma Jung khawatir.
Jeffri hanya berdecak sebal sebelum berganjak kembali memasuki mansionnya.
Ahjumma Jung pula merasa semakin khawatir namun tidak dapat dipungkiri kalau dia merasa sedikit senang karena Rosie bisa kabur dari sosok Jeffri yang kejam.
"Rosie, Ahjumma akan terus mendoakan kebahagiaan kamu dimanapun kamu berada" gumam sang Ahjumma.
Kembali ke mansion, terlihatlah sosok Jennie yang hanya bersantai disofa diruang tamu. Dia hanya sibuk memainkan ponselnya tanpa mempedulikan Rosie yang terus menatapnya itu.
"M-Mommy" panggil Rosie takut takut.
Jennie berdecak kesal. Dia sudah capek memperingati bocah itu agar tidak memanggilnya Mommy namun bocah itu tetap saja keras kepala.
"Lo mau apa lagi si!?"
"Kenapa Mommy benci Rosie?" Tanya Rosie memberanikan dirinya.
"Memangnya membenci seseorang itu membutuhkan alasan? Ck, gue memang tidak ada alasan untuk membenci lo tapi tetap saja gue muak melihat lo!"
Rosie hanya tersenyum miris. Kata orang, rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan membina rasa kekeluargaan. Rumah adalah tempat berlindung dan tersimpan kebahagiaan di dalam nya. Rumah juga adalah tempat dimana kita harus merasa aman dan nyaman.
Tapi kenapa Rosie tidak bisa merasakan semua itu bahkan setelah dia tinggal bersama sang Mommy? Apa dia memang tidak layak bahagia?
"Kenapa diam? Mau nangis?" Sinis Jennie diakhir.
Rosie menggeleng dan tersenyum tulus "Rosie akan bertahan sehingga Mommy menerima kehadiran Rosie"
"Gue tidak akan pernah menerima lo!" Sentak Jennie mendorong Rosie sehingga bocah itu terjatuh.
"Jennie!" Limario yang baru memasuki mansion langsung menghampiri keduanya.
"H-Honey" kaget Jennie.
Limario membantu Rosie bangkit "Kamu tidak apa apa?"
Rosie mengangguk "Rosie tidak apa apa kok"
"Mendingan sekarang Rosie istirahat dikamar ya" ujar Limario.
Tanpa membantah, Rosie berganjak kekamarnya meninggalkan Limario yang sudah menatap Jennie dengan serius.
"Apa yang kamu lakukan Jennie?"
Jennie berdecak "Aku tidak melakukan apa apa. Dia saja yang lemah"
"Rosie masih kecil, jangan menghukum dia seperti ini Jen" nasihat Limario.
"Dia berhak untuk mendapatkan itu! Dia tidak pantas untuk berada disini. Mungkin saja dia anak yang dibuang sama keluarganya jadi kenapa kita yang harus repot repot mengurusnya!?"
"Cukup Jennie!" Sentak Limario membuat Jennie terdiam.
Dia menghela nafasnya dengan kasar "Rosie hanya menginginkan kasih sayang seorang Mommy. Apa itu cukup sulit untuk kamu memberikan kasih sayang kamu? Tidak ada salahnya kamu menganggap Rosie seperti anak kamu sendiri bukan!?"
"Aku tidak bisa menerima orang baru dihidup aku! Cukup aku menderita dulu dan aku tidak ingin menderita lagi!" Balas Jennie dengan mata berkaca kaca.
"Tapi Rosie tidak bersalah Jen. Dia tidak ada kaitan sama masa lalu kamu"
"Dia mengingatkan aku kepada si brengsek yang sudah menghancurkan hidup aku! Si brengsek yang sudah membunuh anak kandung aku!" Tekan Jennie yang sudah terisak kecil.
Limario mengusap wajahnya dengan kasar. Merasa tidak tega, dia akhirnya membawa Jennie kedalam dakapannya "Baiklah. Aku tidak akan memaksa kamu untuk menerima Rosie tapi tolong jangan menyakiti dia. Dia tidak bersalah" bujuknya.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah ✅
FanfictionRumah bukan hanya ditinggali namun rumah adalah sumber kebahagian. Bagi Rosie, rumah adalah hal yang paling berharga. Jennie adalah 'rumah' kepada Rosie. Tapi, Rosie capek. Rosie ingin menyerah. Apa bisa Rosie pulang ke 'rumah' sebelum Rosie pulang...