Sejak kejadian itu, Jennie mula bersikap acuh kepada Rosie bahkan dia seakan menganggap Rosie tidak wujud.
Seperti saat ini, Jennie lagi bersantai diruang tamu mansion bersama Lalice yang bermanja dengannya.
"Gemesin banget si anak Mommy ini" Jennie mencubit pipi Lalice dengan gemes sehingga bocah itu tertawa geli.
"Hihi, Lalice sayang Mommy" ujar Lalice mencium pipi gembul sang Mommy.
"Mommy juga sayang anak Mommy ini" balas Jennie beralih mencium pipi sang anak.
Sementara Rosie hanya mampu menatap pemadangan itu dengan mata yang memanas. Seharusnya dia yang berada disana. Seharusnya dia yang bermanja dengan sang Mommy. Seharusnya dia yang disayangi oleh sang Mommy.
Tapi Rosie sadar sekarang bukan waktunya untuk dirinya bahagia. Mungkin suatu hari nanti Tuhan akan memberikan kebahagiaan yang sebenar untuk dirinya.
Tidak apa apa. Rosie akan terus menunggu kebahagiaan itu tiba.
"Rosie, ayo gabung" ajak Lalice yang menyadari keberadaan Rosie.
Rosie menampilkan senyuman palsunya lalu ikut berganjak duduk disofa. Dia menatap Jennie namun Jennie tidak mempedulikannya.
Ah, diabaikan oleh Mommy sendiri itu rasanya cukup menyakitkan.
"Mommy, Lalice mau ice cream" pinta Lalice.
"Sebentar ya" Jennie mengusap kepala Lalice sebelum berganjak ke dapur.
"Lalice lupa ngomong sama Mommy kalau Lalice mau ice cream rasa coklat" keluh Lalice.
"Biar Rosie ngomong sama Mommy" ujar Rosie.
"Tidak merepotkan?" Tanya Lalice.
Rosie menggeleng "Tidak" langkah kakinya langsung menyusul Jennie kedapur.
"Mommy" panggilnya sedikit takut.
Namun Jennie terus saja mengabaikannya.
Rosie menghela nafasnya dengan kasar. Dia mengumpulkan keberaniannya untuk menghampiri Jennie "Mommy" panggilnya memegang baju sang Mommy.
"Jangan sentuh gue!" Sentak Jennie mendorong Rosie dengan kasar.
"Mommy" lirih Rosie dengan matanya yang berkaca kaca.
"Seharusnya lo bersyukur karena gue tidak mengusir lo dari sini!" Marah Jennie.
Mendengar teriakan sang Mommy, Lalice bergegas kedapur "Kenapa Mommy marahin Rosie?"
"Karena dia nakal" sahut Jennie.
"Mommy, semuanya salah Lalice. Jangan marahin Rosie" ujar Lalice membantu Rosie bangkit.
"Lalice, jangan belain dia" tegur Jennie memberikan ice cream yang diinginkan kepada sang anak "Ini, Lalice makan diruang tamu ya. Mommy mau bicara sama Rosie sebentar"
Dengan polosnya Lalice mengambil ice cream itu lalu berganjak keruang tamu dan kembali fokus menonton kartun dengan memakan ice cream itu.
Sementara Jennie, dia sudah menarik Rosie dengan kasar untuk menuju kekamar.
"Heh!" Jennie mendorong Rosie dengan kasar.
"Kenapa lo harus muncul dihidup gue!? Dimana orang tua lo!? Apa orang tua lo membuang lo? Ah, itu pasti gara gara lo anak yang tidak diinginkan!"
Rosie mula terisak kecil. Kata kata Jennie cukup melukai hatinya "Hiks maaf karena sudah muncul dihidup Mommy" isaknya.
"Pergilah bocah!" Usir Jennie.
"Hiks Rosie mau bersama Mommy" isak Rosie.
"Lo itu hanya beban disini! Pergilah dan jangan pernah kembali!"
Dengan air mata yang terus mengalir, Rosie menatap Jennie dengan sendu "Kata orang, rumah itu adalah tempat yang hangat. Rumah bisa melindungi kita dan-" Rosie menjeda kata katanya. Dia menatap Jennie yang membuang pandangannya itu.
"Mommy adalah 'rumah' kepada Rosie. Kalau Mommy mengusir Rosie, itu artinya Rosie tidak punya 'rumah' bukan?" Lanjut Rosie.
Jennie berdecih "Gue tidak akan pernah menjadi 'rumah' untuk lo"
Setelah itu, dia berganjak keluar dari kamar dan tidak lupa juga dia mengunci pintu kamar dari luar.
"Mommy!" Teriak Rosie mengetuk pintu kamar berkali kali "Hiks andwae! Buka pintu ini Mommy!" Teriaknya.
Jennie yang berdiri didepan pintu itu hanya bisa terdiam. Dia memegang dadanya yang tiba tiba terasa nyeri "Rasa apa ini? Kenapa gue merasa tidak tega?" Gumamnya dengan mata berkaca kaca.
"Mommy" panggilan dari Lalice membuat Jennie tersadar.
Dengan segera Jennie berganjak pergi dari sana untuk menghampiri Lalice "Iya sayang?"
"Dimana Rosie?" Bingung Lalice.
"Rosie lagi tidur dikamar. Lalice jangan gangguin dia ya. Nanti malam juga Lalice tidur dikamar Mommy saja. Mommy mau peluk Lalice sampai pagi" ujar Jennie menoel hidung sang anak.
Tanpa rasa curiga, Lalice mengangguk "Baiklah Mommy!"
*
Disisi lain, terlihatlah Limario yang sudah duduk dibangku didepan seorang pria.
"Siapa lo dan kenapa lo mau ketemu sama gue?"
Limario memasang wajah datarnya "Lo Jeffri Reonald Jung bukan?"
"Kenapa lo mencari gue?" Tanya Jeffri tanpa basa basi.
"Gue hanya mau lo menjauh dari Rosie" ujar Limario.
"Rosie!? Lo ketemu sama dia? Dimana dia!? Dimana anak gue!?"
"Anak?" Limario berdecih "Kalau dia anak lo, lo tidak mungkin menyakiti dia!"
"Kembalikan Rosie, dia anak gue!" Sentak Jeffri.
Namun Limario menggeleng "Rosie sudah bahagia bersama gue. Mendingan lo jangan pernah ketemu sama Rosie lagi! Manusia kejam seperti lo tidak pantas untuk menjadi seorang Ayah!"
"Jangan ikut campur urusan gue sialan!" Marah Jeffri.
Limario bangkit dengan santai "Ingat, gue tidak akan biarin lo menyakiti Rosie lagi!" Tegasnya sebelum berganjak pergi dari sana.
"Arghhh! Awas saja lo bocah!" Gumam Jeffri dengan nafas yang memburu.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah ✅
FanfictionRumah bukan hanya ditinggali namun rumah adalah sumber kebahagian. Bagi Rosie, rumah adalah hal yang paling berharga. Jennie adalah 'rumah' kepada Rosie. Tapi, Rosie capek. Rosie ingin menyerah. Apa bisa Rosie pulang ke 'rumah' sebelum Rosie pulang...