Sejak tadi malam, Limario terus bersikap dingin kepada Jennie dan itu sudah pasti membuat Jennie merasa kesal.
Awalnya Jennie merasa kasian kepada Rosie namun gara gara rasa kesalnya kepada sang suami, dia malah melampiaskan emosinya kepada sosok Rosie yang tidak bersalah itu.
"Pel yang benar dong!" Sentak Jennie.
Ah, ternyata sekarang Rosie lagi mengepel lantai dan itu semua gara gara arahan dari Jennie.
"Kenapa Mommy meminta Rosie untuk mengepel lantai?" Tanya Lalice bingung.
"Rosie sendiri yang ingin membantu Mommy" sahut Jennie berbohong.
"Benaran?" Tanya Lalice kepada Rosie.
Bukannya menggeleng, Rosie malah mengangguk "Iya. Rosie senang karena bisa membantu Mommy" sahutnya tidak sepenuhnya berbohong.
Lalice mengangguk percaya "Mommy, Lice mau susu coklat" pintanya.
"Lalice minta Bibi Han siapin ya. Mommy harus memantau Rosie" ujar Jennie.
"Baiklah" dengan patuhnya Lalice berganjak ke dapur untuk meminta Bibi Han menyiapkan susu coklat kegemarannya.
"Heh, lanjut!" Sentak Jennie membuat Rosie buru buru mengepel lantai.
Namun tidak lama kemudian Rosie menghentikan kegiatannya itu "Mommy" panggilnya.
"Ck, apa?" Decak Jennie kesal.
"Apa Mommy tidak bisa menyayangi Rosie seperti Mommy menyayangi Lalice?" Rosie memberanikan dirinya untuk memberikan pertanyaan itu.
"Tidak bisa. Lo hanya beban untuk gue!" Balas Jenniem
Rosie tersenyum tipis "Jika Rosie adalah beban untuk Mommy, tolong izinkan Rosie pulang ke pelukan Tuhan" pintanya. Rosie fikir sekarang sudah saatnya dia menyerah bukan? Dia tidak ingin terus menjadi beban untuk sang Mommy.
"Lo jangan aneh aneh ya!" Sentak Jennie "Lagian kenapa si lo mau banget gue sayang sama lo?"
"Karena Rosie anak kan-"
"Mommy Mommy!" Lalice berlari menghampiri mereka membuat Rosie tidak melanjutkan kata katanya.
"Akhh!" Teriak Lalice yang jatuh gara gara lantai yang licin itu.
"Lalice!" Panik Jennie bergegas menghampiri sang anak "Kamu tidak apa apa?"
"Kaki Lalice sakit" adu Lalice dengan mata berkaca kaca.
Rosie ikut menghampiri Lalice "M-Maaf" lirihnya merasa bersalah.
"Sudah gue bilang, pel yang benar! Lo itu tidak becus ya!" Teriak Jennie dengan marah.
"Rosie tidak sengaja" lirih Rosie menunduk takut.
"Alasan!" Sentak Jennie mendorong Rosie sehingga Rosie ikutan jatuh.
Kebetulan sekali Rosie berada disamping tangga jadi bocah itu tidak mampu menjaga keseimbanyannya sehingga akhirnya badannya terguling guling diatas tangga menuju kelantai bawah.
"Hiks andwae Rosie!!" Teriak Lalice yang sudah terisak.
Sementara Jennie, matanya sudah melotot dan kedua tangannya sudah gementar "R-Rosie" gumamnya merasa bersalah.
"Ya ampun, Rosie!" Bibi Han yang mendengar keributan itu bergegas menghampiri Rosie.
"Rosie, bertahan ya" gumam Bibi Han yang sudah menyambar ponselnya untuk menghubungi ambulance.
Rosie yang sudah bersimbah darah itu hanya bisa tersenyum pasrah.
"Tuhan, Rosie hanya ingin bahagia. Tolong berikan kebahagiaan untuk Rosie. Sebentar juga tidak apa apa. Rosie janji Rosie akan pulang setelah Rosie merasa bahagia"
*
Limario tiba didepan ruangan UGD dengan nafas yang memburu.
"Apa yang terjadi? Kenapa Rosie bisa masuk rumah sakit!?" Paniknya.
Dengan mata yang sembab, Jennie menatap Limario "R-Rosie jatuh dari tangga"
"Bagaimana bisa?" Lirih Limario.
"Hiks semuanya salah Mommy! Lalice benci Mommy!" teriak Lalice secara tiba tiba.
Limario berjongkok menyamakan tingginya dengan sang anak "Kenapa Lalice ngomong seperti ini? Apa salah Mommy?"
"Hiks Mommy yang mendorong Rosie makanya Rosie jatuh dari tangga" dengan sesenggukan Lalice menjelaskannya.
Penjelasan dari sang anak membuat Limario tidak mampu berkata kata. Tidak pernah dia bayangkan kalau sang istri akan bertindak sejauh ini.
"Hiks maaf. Aku tidak sengaja" isak Jennie dengan tangannya yang masih gementar.
Limario menatap Jennie dengan tatapan yang sulit diartikan "Jennie, sekarang tolong jujur sama aku. Siapa nama mantan suami kamu? Selama kita menikah, kamu tidak pernah ngomong sama aku siapa mantan suami kamu"
"Hiks kenapa kamu membahasnya sekarang? Aku tidak ingin mengingati sosok brengsek itu"
"Ada satu kemungkinan yang terlintas difikiran aku saat ini"
Flashback on
"Lim, ada yang perlu kita bicara"
"Jisoo? Kamu mau bicara soal apa? Soal Lalice?"
"Bukan, aku mau bicara soal Rosie"
Dahi Limario mengernyit "Ada apa?"
Jisoo menatap Limario dengan serius "Aku curiga sama identitas Rosie"
"Maksud kamu?"
"Kalau dilihat, Rosie kelihatan persis seperti Jennie"
"Terus?" Bingung Limario.
"Kamu pernah bilang sama aku kalau Jennie pernah menikah terus punya anak bukan?" Tanya Jisoo.
"Iya tapi anaknya sudah meninggal"
"Dan aku tidak percaya soal itu"
"Maksud kamu apa si Jis? Aku bingung"
"Aku yakin Rosie adalah anak kandung Jennie"
"Mwoya!? Jangan bercanda Ji!"
"Aku serius Lim! Lalice pernah ngomong sama aku kalau Rosie selalu memeluk foto Jennie waktu malam. Kemungkinannya Rosie tahu kalau Jennie adalah Mommy kandungnya"
Limario kelihatan berfikir "Waktu pertama kali bertemu Jennie juga Rosie memanggilnya Mommy" gumamnya.
"Kamu harus segera mencari tahu soal ini. Aku membantu kamu ini bukan karena aku ingin menghancurkan hubungan kamu sama Jennie. Hanya saja aku ingin membantu Rosie karena aku tidak tega melihat perlakuan Jennie kepada Rosie"
"Bagaimana kamu tahu soal perlakuan Jennie kepada Rosie?"
"Kamu lupa kalau aku adalah orang yang peka? Dari tatapan Jennie kepada Rosie saja sudah bisa bikin aku tebak kalau Jennie tidak suka sama kehadiran Rosie. Ck, ternyata istri kamu itu bego ya. Bisa bisanya dia tidak mengenali anak kandungnya sendiri"
Flashback off
"Dan sekarang aku butuh kepastian" ujar Limario.
Jennie menatap Limario dengan sendu "Jeffri Reonald Jung. Dia mantan suami aku"
Deg
Sedikit penjelasan, Limario emang tau kalo Jennie punya mantan suami yang kejam tapi Limario ga tau siapa nama mantan suami Jennie karna Jennie ga mau ingat soal masa lalunya lagi👍
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah ✅
FanfictionRumah bukan hanya ditinggali namun rumah adalah sumber kebahagian. Bagi Rosie, rumah adalah hal yang paling berharga. Jennie adalah 'rumah' kepada Rosie. Tapi, Rosie capek. Rosie ingin menyerah. Apa bisa Rosie pulang ke 'rumah' sebelum Rosie pulang...