"Jeffri Reonald Jung. Dia mantan suami aku"
Deg
Limario membeku. Jawaban dari Jennie sukses membuat dirinya merasa bodoh karena tidak menyadari semuanya dari awal.
"Bibi, tolong jaga Lalice sama Rosie. Aku sama Jennie punya urusan" tanpa mendengar sahutan sang Bibi, Limario langsung menggandeng Jennie pergi dari sana.
"Kita mau kemana Hon?" Bingung Jennie
"Bertemu sama masa lalu kamu" dingin Limario.
"Aku tidak mau!" Tolak Jennie.
"Aku tidak menerima bantahan!" Tegas Limario yang terus memaksa Jennie.
*
Kini keduanya sudah tiba didepan rumah Jeffri. Mereka bisa berada disana juga gara gara Limario yang terus mendesak Jennie agar Jennie memberitahunya alamat rumah Jeffri.
"Kamu harus tahu kebenaran" ujar Limario.
Jennie menatap rumah yang pernah ditinggalinya itu dengan tatapan sendu. Rasa sakit, benci dan marah kembali menghampirinya.
"Ayo keluar" ajak Limario.
Dengan terpaksanya Jennie berganjak keluar dari mobil dan berdiri disamping sang suami yang sudah menekan bell mansion.
Namun tetap saja tidak ada tanda tanda kalau gerbang rumah bakalan dibuka.
"Sepertinya dia tidak ada disini" gumam Limario mengusap wajahnya dengan kasar.
"J-Jennie?"
Mereka menatap kearah sosok yang memanggil Jennie itu.
"Ahjumma Jung!" Kaget Jennie.
Ahjumma Jung langsung saja memeluk Jennie dengan erat "Akhirnya kamu kembali Nak. Ahjumma sudah lama menunggu kedatangan kamu"
Jennie membalas pelukan Ahjumma Jung tidak kalah eratnya "Hiks maafin Jennie karena sudah lama tidak kesini. Hiks Jennie rindu banget sama Ahjumma" isak Jennie.
Ahjumma melepaskan pelukan itu lalu dia menangkup kedua pipi Jennie "Ahjumma bersyukur karena kamu kembali tapi kamu terlambat"
Dahi Jennie mengernyit "Terlambat? Apa maksud Ahjumma?"
"Selama ini anak kamu masih hidup Jen"
Deg
"T-tidak mungkin" gumam Jennie.
"Selama ini Jeffri terus saja memukul anak kamu. Anak kamu dijadikan samsak oleh Jeffri. Anak kamu sering dicambuk dan dipukul dengan kejam. Ahjumma bahkan tidak sanggup melihat anak yang berusia 6 tahun harus menerima penderitaan itu" Ahjumma Jung sudah meneteskan air matanya ketika menceritakannya.
Hati Jennie berdenyut nyeri. Anaknya! Anak yang dilahirkan olehnya yang baru saja berusia 6 tahun itu ternyata menderita dan dia sebagai seorang ibu bahkan tidak ada disana untuk menjadi sosok pelindung kepada anaknya.
"Hiks dimana anak aku?" Isak Jennie.
"Anak kamu sudah kabur Jen. Dia sudah tidak sanggup menahan semuanya lagi"
"Apa Ahjumma ada photonya?"
"Sebentar" Ahjumma Jung berganjak memasuki rumahnya.
Tidak lama kemudian, dia kembali dengan membawa satu photo dan menyerahkan kepada Jennie.
Deg
"Namanya Rosie Skyler Jung" ujar Ahjumma Jung.
Namun Jennie sudah membeku. Tangannya yang memegang photo Rosie bahkan sudah gementar.
Dia hampir saja oleng namun Limario dengan sigap menahannya.
"Hiks tidak mungkin" isak Jennie.
"Ternyata Rosie anak kandung kamu Jen" lirih Limario merasa bersalah karena tidak menyadarinya dari awal.
"Terima kasih Ahjumma. Saya sama Jennie pulang duluan" pamit Limario memutuskan untuk membawa Jennie pergi dari sana.
*
Tanpa mempedulikan sang suami yang ketinggalan dibelakang, Jennie terus berlari menghampiri ruang inap Rosie yang sudah diberitahu oleh Bibi Han.
Brakk!
Dibukanya pintu ruangan itu dengan kasar dan terlihatlah sosok Rosie yang terbaring tidak sadarkan dirinya diatas kasur dengan pelbagai kabel yang menempel dibadannya serta kepalanya yang diperban.
Langkah Jennie terasa berat. Pandangannya memburam gara gara air mata yang sudah hampir mengalir keluar.
"Rosie" lirihnya menghampiri Rosie. Dipegangnya tangan mungil anaknya itu "Hiks maafin Mommy. Tolong bangun Sayang. Hiks Mommy mohon, jangan tinggalin Mommy lagi" isaknya mengecup punggung tangan sang anak berkali kali.
"Bi, bagaimana kondisi Rosie?" Limario yang baru saja tiba langsung bertanya kepada Bibi Han.
"Kondisinya kritis. Dokter ingin bertemu sama Tuan Lim sama Nyonya Jennie" ujar Bibi Han.
Limario mengusap wajahnya dengan kasar "Aku akan keruangan Dokter" pamitnya berganjak tanpa Jennie karena dia tahu Jennie pasti tidak ingin berganjak pergi meninggalkan sang anak.
"Mommy" panggil Lalice menghampiri Jennie "Mommy jangan marahin Rosie lagi. Rosie tidak nakal. Setiap malam, Rosie selalu memeluk photo Mommy sebelum Rosie tidur. Rosie bilang sama Lalice kalau dia sayang sama Mommy" ujarnya membuat isakan Jennie semakin keras.
"Hiks Rosie, maafin Mommy. Hiks Mommy tidak sengaja Nak. Mommy tidak bermaksud untuk mendorong kamu. Hiks maafin Mommy" isaknya dengan keras.
Sementara itu didalam ruangan Dokter, terlihatlah Limario yang kelihatan tegang.
"Bagaimana kondisi anak saya Dok?"
Dokter Kyle menghela nafasnya dengan kasar "Bisa saya tahu Rosie terjatuh dari tangga lantai berapa?"
"Pembantu saya bilang Rosie jatuh dari tangga lantai 2 Dok"
Dokter Kyle menggeleng lemah "Terjadi pendarahan didalam kepala Rosie. Untuk sekarang kondisinya kritis"
"Ya Tuhan" Limario mengusap wajahnya dengan kasar "Apa anak saya akan sembuh Dok?"
"Cukup sulit untuk ditebak. Semuanya takdir dari Tuhan. Untuk sekarang kita hanya mampu berdoa untuk kesembuhan Rosie" jelas sang Dokter dengan sendu.
Baby Chaengie yang sudah berganti judul menjadi Our Treasure bakalan diterbitkan nih. Aaaa deg degan banget 😭 Tolong berikan dukungan kalian ya. Nanti kalau sudah bisa pre order, aku bakalan update. Semoga kalian mau beli ya😭❤️
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah ✅
FanfictionRumah bukan hanya ditinggali namun rumah adalah sumber kebahagian. Bagi Rosie, rumah adalah hal yang paling berharga. Jennie adalah 'rumah' kepada Rosie. Tapi, Rosie capek. Rosie ingin menyerah. Apa bisa Rosie pulang ke 'rumah' sebelum Rosie pulang...