Pagi harinya, Jennie membuka matanya dengan firasat yang buruk. Dia merasa gelisah bahkan dia tidak bisa menggambarkan perasaannya saat ini.
Ditatapnya Rosie yang masih berada didalam dakapannya itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
Tangannya beralih mengelus pipi Rosie namun ada yang aneh. Pipi gembul yang dielusnya terasa dingin.
"Rosie" suara seraknya berusaha membangunkan sang anak.
"Rosie, bangun Nak"
Tetap saja tidak ada sahutan bahkan tidak ada pergerakan.
Dengan linglung Jennie berganjak turun dari kasur. Ditatapnya wajah pucat sang anak dengan kaget "Rosie! Kamu kenapa Nak!? Bangun Rosie! Jangan bercanda!"
Berkali kali Jennie menekan tombol yang ada di headboard kasur Rosie sehingga sang Dokter bersama beberapa orang suster bergegas memasuki ruangan itu.
"Nyonya, silakan tunggu diluar" arah sang suster.
"Tidak!" Sentak Jennie "Aku ingin disini bersama anak aku!" Lanjutnya keras kepala.
"Nyonya" Dokter Kyle yang sudah memeriksa Rosie langsung saja menatap Jennie dengan tatapan sendu.
"Anak anda sudah kembali ke pelukan Tuhan. Meninggalkan anda didunia ini"
Deg
"Andwae! Anak aku tidak mungkin pergi!" Teriak Jennie bergegas menghampiri jasad sang anak.
"Rosie, bangun Sayang. Jangan bercanda. Ayo bangun Nak. Mommy ada disini. Hiks Rosie tidak boleh pergi. Anak Mommy tidak boleh pergi. Hiks Mommy tidak mengizinkan Rosie pergi. Bangun Nak" Jennie terus meracau dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.
Fakta ini begitu sulit untuk diterima olehnya. Baru saja dia memikirkan pelbagai rencana menarik yang akan dia lakukan bersama anaknya, namun anaknya malah pergi dan tidak akan kembali lagi.
Kenapa!
Kenapa takdir mempermainkan dirinya dengan kejam!?
"Sayang!" Limario yang baru tiba bersama Lalice sontak menghampiri sang istri.
"Dok, ada apa?" Khawatir Limario.
Dokter Kyle menggeleng lemah "Anak anda sudah meninggal"
"Hiks andwae! Dokter bohong! Hiks Rosie tidak mungkin tinggalin Lalice!" Lalice ikut menangis dengan keras.
"Hiks Lim. Aku mohon sama kamu. Tolong bangunkan Rosie. Bangunkan anak aku Lim. Hiks tadi malam saja aku sudah mengobrol sama Rosie tapi kenapa sekarang dia tinggalin aku? Hiks aku mohon Lim. Tolong kembalikan anak aku" Jennie terus memohon dengan menyatukan kedua tangannya.
Mata Limario mula memanas. Pria ini hampir saja meneteskan air matanya. Dengan lemahnya dia membawa sang istri kedalam dakapannya.
"Ikhlasin Rosie. Biarkan dia bahagia di 'rumah' Tuhan" bujuk Limario.
"Hiks andwae! Rosie!" Jennie terus memukul dadanya yang terasa sesak itu berkali kali. Semuanya adalah salahnya. Andai saja dia tidak mendorong Rosie, anaknya itu mungkin tidak akan pergi meninggalkannya.
*
Acara pemakaman akhirnya diadakan. Ahjumma Jung bersama yang lain juga turut hadir untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Rosie.
"Hiks Mama. Lalice mau Rosie. Kenapa kalian kuburin dia? Hiks bangunkan Rosie" isak Lalice didalam dakapan sang Mama.
"Lalice tidak boleh sedih. Rosie sudah bahagia disana. Lalice harus mengikhlaskan kepergian Rosie" bujuk Jisoo mengusap punggung sang anak.
Sejujurnya Jisoo juga merasa sedih diatas kepergian Rosie. Walaupun mereka tidak terlalu akrab, dia seakan bisa merasakan penderitaan yang dilalui oleh Rosie.
"Rosie" lirih Jennie. Wanita ini sudah tidak terisak namun matanya sudah benar benar sembab.
"Apa disana menyenangkan? Rosie berhak untuk bahagia jadi Rosie harus bahagia ya. Tunggu Mommy. Suatu hari nanti Mommy pasti akan menyusul Rosie. Mommy ingin Rosie tahu kalau Mommy tidak pernah menyesal atas kehadiran Rosie. Mommy sayang banget sama Rosie. Maaf karena Mommy belum bisa menjadi Mommy yang baik untuk Rosie. Andai kita ditakdirkan untuk kembali dikehidupan selanjutnya, Mommy ingin Rosie terus menjadi anak Mommy ya. Pergilah dengan tenang, bintang kecil Mommy" lirih Jennie memeluk makam Rosie seakan dirinya memeluk jasad anaknya itu.
*
Setelah seminggu kepergian Rosie, sosok Jeffri akhirnya ditahan diatas pertuduhan kekerasan yang dilakukan oleh sang anak.
Semuanya adalah berkat Limario yang membayar pengacara yang hebat untuk memastikan Jeffri mendapatkan hukuman yang berat diatas semua penderitaan yang dia berikan kepada Rosie.
Dan kini mereka semua sudah berada di pengadilan untuk melakukan persidangan.
Ternyata selama ini rumah yang ditinggali oleh Jeffri terdapat cctv yang merekam semua yang sudah Jeffri lakukan kepada Rosie.
Jennie bahkan menangis ketika melihat rekaman cctv itu. Hatinya sakit melihat anaknya yang meringkuk kesakitan dengan terus memanggilnya namun dia bahkan tidak ada disana untuk membantu sang anak.
"Mati saja lo sialan! Lo tidak pantas untuk hidup! Lo manusia yang tidak berguna! Gue menyesal karena mengenal lo! Andai saja gue membunuh lo dari awal, anak gue pasti tidak akan menderita!" Teriak Jennie dengan histeris ketika melihat sosok Jeffri yang menghampirinya dengan kedua tangan yang sudah diborgol.
"Selamat, akhirnya anak sialan itu sudah mati" smirk Jeffri.
"Brengsek!" Limario yang ikutan kesal langsung saja menonjok pria itu namun para polisi bergegas menghalangnya.
"Gue akan pastikan lo menderita!" Marah Jennie.
Bukannya merasa takut, Jeffri malah tersenyum sinis "Kita lihat saja nanti" smirknya.
Setelah itu, dia dibawa pergi oleh sosok polisi.
"Hiks brengsek!" Jennie mula terisak namun dengan sigapnya Limario membawanya kedalam dakapan.
"Akhirnya kita mendapatkan keadilan untuk Rosie. Sekarang kita hanya perlu mengikhlaskan kepergian Rosie" bisik Limario menenangkan sang istri.
Jennie memejamkan matanya dengan air mata yang sudah membasahi pipinya "Rosie, datanglah ke dalam mimpi Mommy. Mommy menunggu kedatangan Rosie"
The End✅
Seperti yang pernah aku katakan, cerita ini hanya ada beberapa chapter. Semoga kalian puas ya❤️
Dan jangan lupa dukung karya Our Treasure yang akan segera diterbitkan.
Terima kasih semuanya ❤️
SEGERA TERBIT‼️
See you soon 👋
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah ✅
FanfictionRumah bukan hanya ditinggali namun rumah adalah sumber kebahagian. Bagi Rosie, rumah adalah hal yang paling berharga. Jennie adalah 'rumah' kepada Rosie. Tapi, Rosie capek. Rosie ingin menyerah. Apa bisa Rosie pulang ke 'rumah' sebelum Rosie pulang...