Nagi & Reo • STAGE 1 • Anjing Penjaga dan Toko Serba Ada

57 9 11
                                    

Hari sudah berganti tapi kondisi Chigiri masih belum membaik. Kau semakin khawatir, kegundahanmu terus memuncak. Apakah masih ada harapan... atau tidak?

Rasa berat itu terlukis jelas di wajahmu. Hal yang nampak jelas itulah yang membuat Isagi selalu ada di sisi mu. Dia tau, bukan hanya masternya yang kini dalam kondisi tidak baik, tapi kau pun juga, setelah hari itu.

"Ocha?" tanyanya saat membawa segelas ocha padamu. Kau tak lagi mengangguk seperti biasanya. Tatapmu tertuju pada hutan belantara yang selalu gemerisik ditiup angin, membawa aroma yang melegakan dada--tapi kali ini tak berefek sama sekali padamu.

Isagi meletakkan gelas ocha disampingmu. Dia duduk bersebelahan denganmu tanpa sepatah kata apapun lagi. Menemanimu adalah hal terkecil yang bisa dia lakukan saat ini.

Suasana begitu aneh saat sunyi dan sepi begini. Para Kappa tak mengecipakkan air kolamnya, mereka rela tak menimbulkan satu suara pun demi pemulihan masternya.
Dan Bachira tak ramai ataupun bermain bola di halaman seperti biasanya. Bukan berarti dia tak mau bermain.

"Master?" tanya Bachira yang datang padamu. Suaranya terdengar kecil, raut wajahnya melambangkan kesedihan yang tak mampu kau utarakan. "Mau main bentar?" Bola itu dibawanya. Dia berniat untuk mengusir rasa sesak darimu, tapi dia tak berani berkata lebih dari kalimat itu karena takut semakin memperburuk suasananya.

Kau tak menjawab, hanya menoleh, lalu duduk menekuk lutut lagi sambil melihat tanah. "Master," panggilnya lagi, kini duduk di sisi yang berlawanan dengan Isagi.

Nafasmu serak. Bibirmu bergumam. "Ini salahku." Kau bisa merasakan hati mu mulai goyah. Sengatan hangat mengambang di matamu dan kau tak bisa lagi menghentikan itu jika sudah muncul.

Dua Shikigami di samping mu langsung menenangkanmu. Pundakmu mulai gemetar. Tangis mu tak bersuara, tapi mereka bisa mendengar kencangnya rasa sakit yang mengalir di pipimu itu, jatuh membasahi tanah seperti hujan di musim kemarau.

Suara bak gemuruh juga terdengar, tapi tidak dari langit. Itu Monsta. Dia ada di dekatmu dengan melengkungkan senyumnya kearah berlawanan. Dari gemuruh miliknya, kau bisa memahami kalau dia pun merasakan 'hujan' yang jatuh dari lensamu.

Semua yang ada di sampingmu kini berteduh di payung rasa yang sama sepertimu. Kondisi yang sama sepertimu. Kau tak sendirian. Kau memiliki teman.

Tak lama kemudian, tapak kaki terdengar. Anri muncul dari suatu lorong dengan wajah cemas dan itu membuat kalian semua menoleh padanya. "Boleh aku minta tolong kalian?" tanyanya, kembali dia lanjutkan. "Luka yang diterima master bukan luka biasa. Ini bekas serangan Ayakashi tingkat Daishu*. Sihir ku tak mampu untuk menyembuhkannya. Obat racikan biasanya pun tak berefek padanya. Takutnya obat penawarnya hanya bisa ditemukan di dunia Ayakashi."
*Tingkatan Ayakashi, nanti akan dibahas di bagian paling bawah.

"Daishu?!" ujar Isagi tak percaya. "Itu bukannya tingkat kuat banget, ya, Isagi?" timpa Bachira. Isagi mengangguk. "Hanya beda 2 tingkatan saja dengan Daishoku*, tingkatan tertinggi."

"Waah.. kalau aku dan kamu dimana?" tanya Bachira sambil terkagum.

"Kita tepat dibawah Daishu--namanya Shoshu*. Tingkat keempat dari dua belas."

"Kuat juga dong berarti?"

"Hmm, anggapannya tingkat awal dari label kuat dalam dunia Ayakashi sih."

Bachira mengangguk-angguk pada penjelasan Isagi sambil menyentuh dagunya. Dia baru mengetahui sampai sedetail itu.

Kau menyeka air matamu. Kakimu bangkit seketika. "Aku akan pergi." Jawabanmu itu membuat semua pasang mata tertuju padamu. "Dimana pun itu, aku akan mendapatkan obat untuk master!"

[HIATUS] Seal Us, Onmyoji-sama! || Blue Lock Fan fictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang