Rin • Stage 1 • Yang Tak Pernah Sembuh

80 9 9
                                    

"Maaf.."

Suara itu terdengar familiar di telingamu. Seseorang menggenggam tanganmu erat. Dia ketakutan. Begitu ketakutan ditinggalkan olehmu. Tatkala air matanya menitik, kau tak bisa menghapusnya seperti biasanya.

Dia terus mengucap kalimat enggan untuk berpisah, tapi kau tak bisa menahan dirimu lebih lama. Kau pun sejujurnya tak ingin hal ini terjadi. Tapi apalah daya kau tak bisa melawan takdir yang sudah menunggumu di depan mata.

Makhluk bersayap terbang membelah langit berawan gelap. Dia melewati riuh kehancuran yang mengular di tanah bumi.
Bentangan sayapnya melintas berlawanan dengan kepala ular yang muncul dari kawanan awan.

Pihak manusia menyorak perang. Begitu pula pihak sebelahnya. Darah sudah mengalir sebagai sungai deras saat itu.

Lantas dimana kau memihak?
Kau tak bisa mengingatnya dengan jelas.

Tubuhmu lemas, matamu sayup. Tepat diatasmu, sosok yang menangis meneriakkan sebuah nama padamu.

"(name)!"

Cahaya biru menyala dan berkobar bagai lilin yang muncul di hadapanmu, sebelum mata sayu mu itu membawamu tenggelam dalam lautan kegelapan.
Cahaya itu adalah api jiwa berwarna biru. Dia terbang mengejar dirimu.

Tanganmu bergerak menggapainya, menangkupnya. Saat kau buka tangkupan itu, seekor burung kecil muncul, dan terbang lepas dari tanganmu. Melepas semua yang kau punya.

Ingatanmu.

Ragamu.

Jiwamu.

Kekuatanmu.

Kesadaranmu.

Menjadi cahaya-cahaya kecil yang bulat-- bersinar seperti salju yang turun di musim dingin.

Musim dingin tempatmu menemukannya terjatuh dari pohon itu.

Musim dingin tempatmu memeluknya dengan hangat di tanganmu.

Suatu musim dimana kau mengangkatnya sebagai Shikigami pertamamu.

+ + + +

Kau terbangun dari ranjangmu, nyaris terkejut dibuatnya. Mimpi itu sungguh aneh, tapi juga nyata kau rasakan. Ah, lupakan itu sekejap, kau masih punya kesibukan yang lebih penting hari ini.

Berjalan keluar kamar, seperti biasa kau dikejutkan Bachira yang menyapamu pagi-pagi. Tapi kali ini dia tak mengajakmu langsung bermain. Segaris khawatir tampak di wajahnya. Suaranya pun melembut tak seperti biasanya. Apa karena kejadian kemarin dia jadi begini?

Bachira berjalan bersampingan denganmu. Dia lebih jinak rasanya. "Hari ini aku ingin berlatih dengan master," katanya. Tumben sekali. Bibirnya melengkung saat kau mengucap itu. "Agar aku bisa melindungi master kedepannya! Aku ingin berguna untukmu, master~"

Dia mengatakan itu seperti dia ingin kau mempercayainya lebih lagi. Kau menangkap itu dan menerima keinginannya. Mungkin kau akan mengajak Isagi juga--anggaplah dia menjadi Ayakashi liar untuk melatih kerjasama Bachira dan dirimu.

Tepat sekali, Isagi muncul di ujung jalan, seperti biasa dengan pedangnya yang selalu ada di sabuknya. Kalian bertiga saling bertukar sapa, sebelum akhirnya kau menawarkan pelatihanmu dan Bachira itu padanya.

"E-eh? Kalian memilihku untuk itu?" tanya nya. Kau mengangguk. "Ayo, Isagi! Pasti bakal seru. Kau kan juga Shikigami yang kuat punya master Chigiri!--Oh iya, kenapa nggak ajak master Chigiri juga? Udah pulih juga, kan?"

[HIATUS] Seal Us, Onmyoji-sama! || Blue Lock Fan fictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang