Masih sama

18 16 13
                                    

Dia masih sama, tidak ada yang berubah dari dia dan selama ini apakah kamu baik baik saja? -Viteaayudia

°🌻°

"Hai apa kaba?"

Perlu di garis bawahi bahwa basa basi boleh kan? Boleh lah nego dikit mapuluh mah kata sekarang.

Perpisahan yang memisahkan mereka dengan takdir yang mempertemukan mereka kembali. Ya walaupun agak amnesia dikit banget ya kadang kan orang juga lupa.

Sapaan Ari tidak terbalaskan rupanya, sedang apa Vita apakah hanya angin lalu untuk Vita?

"Lo sehat kan, vit?" Tanya Ari lagi, sembari mengambil kursi yang berada di sebelah bangku Vita. Cape berdiri trus.

Hening, dua pertanyaan yang tak kunjung terbalaskan. Sakit rasanya. Ari pun mengeluarkan jurusnya yaitu tatapan maut, siapa tahu dia salting mungkin sampai salto.

Satu menit, dua menit dan menit berikutnya tetap sama tidak ada jawaban. Tatapan mautnya tidak akan mengubah nasib rupanya. Meskipun seperti itu Ari tetap memandang sang pujaan hati yang tengah asik membaca buku, tenang, aman, tentram dan damai bahkan sampai bisikan bisikan dari warganet yang sirik akan kemesraan mereka, tidak terdengar inilah mengapa Vita istimewa.

Ya iya lah orang mereka berbisik dengan suara hati bukan suara mulut.

Vita menghentikan kegiatan membaca buku dan menatap Ari sekarang.

"Ngapain? Kelas lo bukan disini, kembali ke kelas lo bentar lagi pembelajaran akan di mulai. Seperti yang lo lihat aja gue sehat kalau gue ga sehat gue ga akan berangkat sekolah."

Senang nya dalam hati, mendengar suara Vita kiw.
Seakan jantung ini berhenti sejenak sebegitukah laki laki bucin? Ga tau gue cewe.

"Bener kata Vita, bentar lagi ibu guru juga masuk ke kelas. Lo gak kasihan sama gue yang dari tadi berdiri sedangkan lo duduk pake kursi gue tanpa permisi langsung trobos duduk di situ?" Ucap sang pemilik kursi yang di ambil oleh Ari tanpa meminta ijin.

"Lo kelas XIPA 3 kan, Ari Agastan Devanka. Lo itu ga cocok di kelas ini lebih baik pergi deh dari sini!" Kali ini bukan sang pemilik kursi namun siswi yang duduk di belakang Vita.

Ari tersa terusik oleh suara itu, siapa dia? Lagi pula Ari cuma sekedar menyapa Vita tidak lebih.

Ari berpindah posisi duduk, menghadap ke belakang menatap tajam kepada sumber suara tersebut. Sembari melihat nametag yang terpasang rapi di bagian kanan Delaney Edrea. Oh dia rupanya, anak pengusaha kaya yang bekerja sama dengan ayahnya. Tidak heran dia berani kepada Ari.

"Oh lo ternyata?" Ucap Ari dengan muka datar.

Dela menatap balik Ari, untuk apa dia takut namanya manusia sama sama makan nasi bukan?

"Lebih baik lo pergi dari sini, atau lo akan berdiri di lapangan!"

"Siapa lo ngatur ngatur gue?"

"Gue cuma bilang, lagi pula emang kelas lo bukan di sini kan?" Tegas Dela.

"Anak donatur mah bebas." Balas Ari.

Singkat, padat dan fakta. Bagi Ari anak donatur di sekolah itu bebas. Bahkan dari kecil saja ayahnya selalu menyumbangkan donasi dimana Ari bersekolah.

"Kenapa diem, kurang kata kata lo?" Ejek Ari.

"Ri kembali kekelas lo, bentar lagi bapak ibu guru masuk ke kelas buat perwalian. Lo siswa baru jangan buat orar ri!" Ucap Vita.

"Ga ada yang berani sama gue Vit." Balas Ari.

"Seengaknya lo dengerin apa yang orang katakan." Bujuk Vita.

"Kenapa harus gue dengerin vit?"

"Kan lo punya telinga, "

"Kenapa lo buka suara sekarang, yang gue butuhkan itu tadi. Gue hanya sekedar nanyain kabar lo aja, sesusah itu buat nanyain kabar lo Vit?" Ucapan Ari kali ini memang menambah kekurangan kata kata lagi, pintar sekali dia berbicara.

Kelas menjadi riuh,ini masih pagi dan awal peserta didik baru mengenal lingkungan sekolah namain Ari sudah membuat onar.

"Bikin story wa ah.. terus kirim grup kelas sebelah biar rame iya ga?"

"Yah pangeran telah memiliki putri."

"Turu ges turu dia bukan milikmu!"

"Cape ngejar fiksi, giliran ngejar nyata udah dimiliki."

"Pindah dimensi aja lah besok, cape di sini."

Brak!!

Gebrakan meja sontak membuat mereka terdiam semua, dan tanpa mereka menyadari bahwa ada ibu guru yang sudah masuk ke kelas .

"Ari Babi!" Bentak Vita.

"Kenapa ini ribut ribut?!" Tanya ibu guru yang masuk ke kelas dengan heran.

"Ibu?!" Kaget mereka.

Sontak semua siswa duduk di tempat duduk masing masing, kursi yang semula berjejer di samping Vita kembali ketempat sang pemilik. Tertinggal dua siswa yang masih berdiri.

"Kalian berdua kedepan!" Perintah guru tersebut

Mau tidak mau mereka berdua maju kedepan. Melihat Vita dengan tatapan penyesalan menyebut babi dengan tidak sengaja, sedangkan Ari dengan tenang tenang saja tanpa salah bersalah.

°🌻°

"Elu si, gue jadi ikut di hukum kan!" Omel Vita sembari hormat kepada sang saka merah putih di tengah lapangan.

"Sekali kali berdiri di samping gue selama tiga jam, udah lama kan ga berdiri di samping gue?" Ucap Ari.

"Tiga jam lo pikir waktu yang singkat enggak ri, belum nanti pulang sekolah buang sampah ke pembuangan sampah Ari!?"

"Lebih baik tiga jam daripada tiga tahun lebih."

"Lo emang ga berubah ya dari dulu. Kambing lo ri kambing!!"

Ari hanya membalas dengan senyuman. Biarkan ini menjadi memori yang sedikit indah dan sedikit menyedihkan bagi mereka.

°🌻°

Nah kelanjutan nya gimana nih?

Yuk ikuti keseruannya di time memories

Jangan lupa vote dan tingalkan komen ya di sini

See you!!

Time MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang