Chapter 9

496 41 0
                                    

Untuk pertama kalinya Li Lianhua menginjakkan kaki di kamar Fang Duobing. Menahan rasa penasaran mengapa kamar Tuan Muda itu tersembunyi  jauh didalam manor. Ia menunggu di luar pintu sebab Guan Hemeng melarangnya masuk. Pikirannya masih kalut meliat pemuda yang aktif itu terbujur tak berdaya.

Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang ia lewatkan? Apa yang disembunyikan darinya?

"Tuan Li" He Xiaohui muncul mendekatinya.

"Madam He. Bagaimana keadaan anda?" Ujar Li Lianhua menunduk hormat.

"Aku baik. Bagaimana dengan Xiaobao?"

Li Lianhua kembali menatap pintu yang masih tertutup itu. "Guan-xiong masih belum keluar...."

He Xiaohui memberikan senyum lemah. "Tuan Li apa bersedia menemaniku untuk secangkir teh?" Pria itu nampak ragu namun mengangguk dan mengikui He Xiaohui.

Li er yang bersama Guan Hemeng tidak kuasa menahan air matanya ketika mengelap jejak darah di wajah Tuan Mudanya. Sejak tadi Fang Duobing memuntahkan banyak darah.

Perlahan kedua matanya terbuka menampilkan iris sayu. Napasnya masih terputus.

"Li... Lianhua"

Guan Hemeng meraba kembali pergelangan tangannya. "Kau ceroboh sekali Tuan Muda Fang sudah kukatakan untuk tidak membebani tubuhmu".

Pemuda itu menarik lengannya. "Li Lianhua...dia..sudah tahu?"

Li Lianhua menatap pantulannya di gelas teh. Sedari tadi keduanya hanya terdiam. He Xiaohui nampaknya masih larut dalam pikirannya.

"Tuan Li"

Pria itu mendongak.

"Tuan Li tahu bukan kalau Xiaobao kami itu sangat rapuh?" Ujar He Xiaohui dengan nada bergetar.

Li Lianhua mengangguk, "Dia...pernah bercerita padaku bahwa ia menerima banyak pengobatan agar bisa berdiri kembali."

"Benar. Ia sangat bersemangat dulu hingga akupun tidak bisa melarangnya." He Xiaohui tersenyum kecil.

"Tuan Li"

"Ya Madam"

Wanita itu berkaca-kaca menatapnya. "Terima kasih sudah menjadi alasan Xiaobao kami bertahan sejauh ini."

Li Lianhua tidak mampu berkata.

'Jadi benar rupanya' batinnya. Ia menatap jemarinya dimana masih bisa ia rasakan bagaimana lemahnya denyut nadi Fang Duobing dalam genggamannya.

Tanpa ia sadari air matanya ikut jatuh ke atas telapak tangannya.

.

"Maafkan aku Tuan Li" Guan Hemeng menunduk. "Tuan Fang yang melarangku untuk memberitahu kondisinya".

Di Feisheng menahan tubuh temannya yang limbung.

"Sejak...kapan?" Lirihnya.

"Empat bulan yang lalu"

Apa? Empat bulan yang lalu? Saat ia berbahagia sebab racun Bicha pada tubuhnya dapat disembuhkan. Jadi saat itu....

"A-Fei...kau tahu?"

Teman lamanya itu hanya diam. Diam jugalah jawaban.

Li Lianhua menutup pintu kamar itu dengan perlahan. Guan Hemeng mengabarinya tadi bahwa ia sudah bisa mengunjunginya. Kakinya terasa lemas saat berjalan mendekati ranjang besar itu. Ia tidak berani menatap wajah Tuan Muda Fang itu dan hanya terpaku pada tangan kurus yang berada di samping selimut. Ia meraihnya dengan perlahan dan menarutkan jemarinya. Hatinya dongkol mengetahui tangan itu terasa lebih kecil darinya.

Mengapa ia tidak mengetahuinya? Mengapa hal ini luput dari perhatiannya? Apakah ia sudah tersihir oleh senyuman pemuda ini? Sekarang ia paham bagaimana perasaan Fang Duobing dahulu saat ia menyembunyikan kesakitannya dan membiarkan pemuda itu dalam gelap. Ternyata sesakit ini.

"Fang Xiaobao...maafkan aku" lirihnya. Bulir-bulir airmatanya berjatuhan diatas tangan pemuda itu. Ia memberanikan diri menatap wajah Fang Duobing yang tertidur. Lagi-lagi hatinya berdenyut sakit. Wajah pias itu seakan menelan tawa dan senyum yang biasa terpatri di wajah pemuda itu. Bibir pusat itu menggantikan ocehan dan omelan yang biasa ia lontarkan padanya. Baru pula ia sadari Fang Duobing telah kehilangan pipi gemuknya.

Li Lianhua merasa kalut sudah lebih dari tiga hari Fang Duobing belum sadar dan selama itu pula ia tidak pernah absen mengunjungi kamar pemuda itu. Tianji Hall sedang sibuk untuk mengadili Xiao Zijin yang menyerahkan diri untuk mengakui dosanya atas penyerangan dan percobaan pembunuhan. Tentu saja nama Kaisar tidak mampu ia ucapkan saat dirinya ditatap dengan dingin oleh Kaisar yang duduk di singgasananya. Seolah berucap bahwa hidupnya dan orang yang ia sayangi akan lenyap begitu saja.

Hal ini tentunya membuat geram Li Lianhua yang nyaris membongkar penyamarannya saat siding digelar oleh Balai Baichuan namun Di Feisheng menahannya dan ia kembali duduk ditempatnya. Putusan sidang menyatakan bahwa Xiao Zijin akan dihukum dalam penjara selamanya dan ia akan dilucuti dari gelarnya sebagai Ketua Sigu Sect. Para penonton sidang mencemooh dan melemparinya dengan batu. Merasa sektenya dahulu sudah tidak mampu lagi untuk bertahan Li Lianhua berpikir untuk meminta mereka membubarkan diri.

Li Lianhua berlari di koridor Tianji Hall setelah mendapati kabar bahwa Fang Duobing sudah siuman. Ia membuka pintu dan mendapati pemuda itu tengah meringkuk membelakanginya. Suara batuk yang menyakitkan lolos dari mulutnya.

"Fang Xiaobao..." ia mengelus pelan punggung ringkih itu berharap bisa mengurangi sakitnya. Ketika ia hendak membantu pemuda itu untuk bersandar pemuda itu menepisnya dan itu membuatnya tertegun. Pemuda itu lebih memilih Guan Hemeng yang membantunya bersandar membuat Li Lianhua mundur selangkah. Noda-noda merah berjatuhan menodai hanfu putih yang ia kenakan. Pria itu menahan napasnya melihat wajah Fang Duobing yang berlumuran darah. Nampaknya ia masih lemas dan tidak mampu bersandar terlalu lama terbukti dari tubuhnya yang oleng ke samping. Dengan sigap Li lianhua menangkapnya.

"Fang Xiaobao..."

"Li Lianhua...pergilah...wanita itu.. Qiao Wanmian lebih membutuhkanmu" ucap Fang Duobing dengan susah payah.

Di Feisheng yang sedari tadi hanya diam bersandar di dinding menggelengkan kepala. 'Sepertinya bocah ini salah paham' batinnya.

"Apa maksudmu Xiaobao? Kau lebih penting sekarang"

Pemuda itu menggeleng dan mendorongnya. "Kalian ...pasangan yang serasi..aku melihat kalian berciuman.."

"Ah"

Li Lianhua paham sekarang. Ia merutuki kebodohannya mengajak Qiao Wanmian berbicara di area Tainji Hall. Tentu saja siapapun yang melihatnya dapat salah paham.

"Xiaobao dengar-"

Matanya membesar melihat Fang Duobing kembali memuntahkan darah dan limbung. Guan Hemeng menahannya dan menekan pergelangan tangannya.

"Maafkan aku Tuan Li sekarang kondisi Tuang Fang masih belum stabil kuharap anda tidak membebani pikirannya dulu"

Li Lianhua kehilangan kata-katanya. Membiarkan DI Feisheng menyeretnya keluar sembari Guan Hemeng memberikan pengobatan untuk Fang Duobing.

"A-Fei.."

"Inilah yang aku takutkan. Li Lianhua kau tahu seberapa mudah anak itu salah paham dan kau masih belum menyelesaikan urusanmu dengan baik".

Fang Duobing kembali membuka matanya dan mendapati Di Feisheng menungguinya.

"A-Fei.."

"Huh sudah sadar rupanya" ia meletakkan pot kecil yang dipegangnya di atas meja disamping ranjang. Pemuda itu nampak terkejut Pria itu dapat melihatnya.

"A-Fei kau bisa melihatnya?"

Di Feisheng mengangguk.

Fang Duobing beralih dan memejamkan matanya. "Biksu itu memberinya padaku. Bunga itu...memiliki tujuh kelopak."

Mendengarnya Di Feisheng menatap nyalang pot bungan itu.

"Tinggal 3. Fang Duobing Kau-!"

Fang Duobing membuka matanya dan menatap pria itu.

"A-Fei waktuku tidak banyak lagi"

Time Out (Indonesian ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang