Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari ini kediaman keluarga Murata dibuat khawatir. Fuma jatuh sakit karena kemarin pulang dirinya kehujanan. Padahal, dia bawa mobil tapi kenapa bisa basa kuyup? Kan aneh kalo tiba-tiba atap mobil lepas terus Fuma kehujanan? Gak masuk akal.
"Mamah, kak Fuma sakitnya parah gak sih?" Tanya Harua yang duduk disamping Fuma yang berbaring di ranjang. Mamahnya sibuk mengompres sang kakak. Baru kali ini lagi Fuma jatuh sakit, padahal dia juga biasanya kebal sama hujan.
Fuma ngerasa kedinginan terus dari semalam padahal dia udah pakai beberapa selimut bahkan punya adiknya juga dia pake buat tidur. Dia demam. Sampai sekarang pun dia masih ngerasa kedinginan.
"Enggak kok, Rua. Kakak mu cuman demam aja." Jawab mamahnya yang duduk di samping ranjang sang anak. "Mah... Fuma tuh udah gede... Jangan di temenin gini dong... Malu sama Harua..." Lirih Fuma. Sempat-sempatnya dia memikirkan rasa malu dengan adiknya. kan niat mamahnya itu baik mau menemani anaknya ini sampai sembuh. Mamahnya juga khawatir lho sama Fuma.
"Kenapa harus malu sama aku sih kak? Emangnya kalo ada aku kenapa?" Tanya Harua dengan nada tidak suka. "Kakak tau nanti kamu ledekin kakak yang kalo lagi sakit dan manja sama mamah!" Balas Fuma.
"Tapi itu kenyataannya kak!" Tukas Harua. Harua tidak salah juga sih, memang kenyataannya seperti itu. Jarang-jarang lagi Harua liat kakaknya manja sama mamah, apalagi kalau lagi sakit. Momen seperti itu tidak boleh dilewatkan bagi Harua.
Fuma langsung mendelik ke arah Harua. Dia juga baru kali ini liat adiknya julid sama dia.
Tiba-tiba Fuma jadi ingat dengan kejadian semalam. Hanya kejadian biasa tapi sukses bikin Fuma senyum-senyum sendiri. Pokoknya kalau Fuma ingat-ingat lagi tuh, kalau bisa sih Fuma minta lebih. Beneran deh, Fuma gak akan pernah mau ninggalin jodohnya itu dan bakalan selalu jagain jodohnya itu sampai dia halalin.
Harua dan mamahnya pun jadi ikut bingung liat Fuma yang senyum-senyum sendiri. Jujur ngeri sih. Harua takut kakaknya itu kerasukan sesuatu sedangkan mamahnya berfikiran bahwa Fuma itu udah mulai gila karena efek kehujanan kemarin malam yang mungkin aja bikin otak Fuma kegeser sedikit.
"Kenapa senyum-senyum gitu, Fuma?" Tanya mamahnya. "Ah, enggak... Lucu aja gitu pas kemarin malam, mah..." Jawab Fuma sedikit tertawa kecil. "Ih! Kirain Harua, kak Fuma kerasukan sesuatu!" Kesal Harua sambil mukulin bantal kecil ke dada Fuma. "Mikirin apaan sih kak?" Lanjutnya sambil bertanya sambil berkacak pinggang.
"Tau deh. Anak kecil gak usah tau!" Jawab Fuma. "Aduh, anak mamah ada apa sih? Ayo cerita." Bujuk mamahnya. "Ah nanti aja deh mah, masih ada Harua..." Balas Fuma sambil menoleh pada Harua yang masih berkacak pinggang.