Chapter 10

183 11 4
                                    

MENJAWAB tantangan dari Betty, Cindra meluangkan waktu di tengah kesibukan tugas perkuliahannya di Jurusan Desain Fesyen untuk berlatih tari modern. Sudah diputuskan, dirinya akan menggandeng Canola dan Latoya untuk menjadi timnya di kompetisi nanti, karena Nadira menolak mentah-mentah.

Aula kecil di samping asrama menjadi tempat paling nyaman untuk berlatih. Di samping konsepnya yang open space dan luas, area itu juga tidak sembarangan menjadi tempat lalu lalang publik.

Di sana Cindra berlatih sendirian sembari menunggu partner-nya. Memasuki gerakan inti, suara sepatu roda Ola mulai menggema di sepanjang lorong-lorong, disusul kemunculan Nadira yang ikut bergabung menyemangati kedua sahabatnya.

Musik berdentum keras seperti di klub.

"Ayo, Nad! Cobain gerakan kita tadi!" Ola memprovokasi ditambah dengan aksi Cindra yang bergaya ala rapper mendekati Nadira.

Di tengah momen itu, tiga orang lain hadir mendekati mereka sambil ikut bertepuk tangan menyemangati.

"Chef Jacob! Chef Arthur! Master Gio!" Ola dengan girang menyambut tiga pria itu, yang kemudian membuka waktu istirahat mereka.

Seperti piknik di tengah taman, mereka berenam duduk bersila di selasar, sambil menikmati makanan yang dibawa Jacob dan Arthur.

"Yaampun, Kak Jacob beneran beliin aku burger, kentang goreng, hot dog sama pizza? Aku kan cuma bercanda!" Ola mengharu biru.

Ketika yang lain ramai bersahutan menanggapi sikap lebay Ola, Gio justru sibuk dengan satu buah salak. Arthur yang menyadari hal itu, dengan cepat berbisik di telinga sepupunya.

"I've told you what. Kalau aku buka satu kursus mengupas salak, pasti cuma ada kamu di kelas itu," canda Arthur.

"Whatever!" gerutu Gio tak peduli olok-olok itu dan tetap khusyuk dengan salaknya. "Oh, shit!" umpatnya kemudian.

"Ternyata orang jenius juga punya kelemahan, ya," tanggap Ola yang tanpa sengaja menyadari kesibukan Gio. Ia pun mengambil salak dari tangan Gio dan membantu mengupasnya.

Terkesima dengan lincahnya jemari Ola yang sedang mengupas kulit salak helai demi helai, Gio tak mampu mengondisikan ekspresi culunnya begitu sang gadis memberikan salak yang sudah dikupas padanya sambil tersenyum.

"Kalau masih kurang, bilang ya. Nanti aku kupasin lagi."

"O. Thank's," ucap Gio setelah jeda yang cukup panjang.

"Anyway makasi ya, maaf jadi merepotkan." Cindra menyampaikan salam perkenalan pada dua pria bervisual dewa di depannya.

"Always a pleasure," sambut Arthur.

"Of course. Senang bisa berkenalan dengan salah satu Diva Verona," sanjungan Jacob jelas terlempar untuk Cindra.

Alih-alih menanggapi dengan kalimat yang sama menyanjungnya, Cindra memiliki cara sendiri untuk menanggapi pria casanova ini dengan hanya memberikan senyum tipis kasat mata.

"Meskipun enak, tapi makanan cepat saji bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dalam jangka panjang, apalagi setelah olahraga. Jadi aku membawakan buah dan yogurt." Bak dokter yang sedang bersabda, lontaran Arthur sontak membuat yang lain mengangguk-angguk setuju.

"I prefer to eat this one, Chef." Cindra langsung take action mengambil blueberry, lalu memakannya dengan lahap.

Arthur praktis membalas Cindra dengan senyuman. Setelah itu matanya beralih pada Nadira. Raut kecemasan yang tipis terbalut dalam sorot mata kelamnya. Senyum ramah perlahan tertelan, mengingat kejadian di mana dirinya dan Nadira bertemu di acara pertunjukkan Nicole.

Peridot VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang