Chapter 13

31 5 0
                                    

EROS menjelma menjadi sebeku-bekunya balok es saat Christ membopong Cindra turun dari panggung. Sejalan dengan itu, dentuman musik kembali mengisi atmosfer night club.

"Christ, turunin aku sekarang!" titah Cindra. Tangannya menepuk-nepuk kuat pundak Christ dan berakhir dengan kepasrahan ketika dalam hati ia mengagumi otot-otot keras yang berdenyut demi mengangkat berat tubuhnya. Rona merah di pipi tak bisa menutupi rasa malu sekaligus rasa senang yang terpaksa harus disembunyikan rapat.

Gio yang baru datang, mengartikan tatapan tajam Christ ke arahnya dan Liset. Bersama dengan itu, ia menurunkan Cindra perlahan dari gendongannya.

Liset memiliki firasat buruk akan isyarat tatapan tunangannya tadi. Dan benar saja, Gio menawarkan diri untuk mengantar Liset pulang, sementara Christ akan membawa pergi Cindra.

"Aku nggak mau pulang sama Gio!" Liset melipat tangan di dada menunjukkan pertahanan diri.

"Aku akan kembali secepatnya setelah urusanku dengan Cindra selesai," bujuk Christ yang bisa menangkap jelas hujaman kecemburuan di mata Liset untuk Cindra.

"Eh, maksudnya apa nih? Kayaknya saya nggak ada urusan sama kamu. Silakan kalau kalian mau pergi." Dengan ketus Cindra menanggapi. Tubuhnya nyaris berbalik meninggalkan tempat, tapi dengan entengnya Christ mencengkeram lengan Cindra, hingga gadis itu kembali berputar dan menabrak dada bidang Christ.

"Saya mau membahas sesuatu sama kamu, jadi kamu harus ikut saya sekarang," bisik Christ dengan intonasi yang dalam. Entah bagaimana Christ bisa menyatukan keotoriteran dengan kelembutan dalam satu ekspresi wajah dan sikapnya. Cindra yang ditatap sedemikian intim, sampai kicep tak berkutik.

Liset tahu ia tidak akan menang kali ini. Wajah Christ yang berubah lebih dingin dari Gio menunjukkan bahwa pria itu serius tak ingin berurusan dengannya. Hela napas panjang baru saja ia loloskan untuk menunjukkan rasa patuh pada sang tunangan. Namun Liset tak ingin pulang begitu saja dan terlihat kalah di depan Cindra.

Sambil berjinjit, Liset menangkup wajah Christ, lalu mendaratkan kecupan mesra di pipi pria itu. "Pokonya aku nggak akan tidur sampai kamu pulang," katanya dengan ancaman lembut.

Gio mengembuskan napas kasar. Kesabarannya sudah di ambang batas menghadapi gadis manja dan kecentilan ini. Kalau bukan karena Liset adalah tunangan sepupunya, Gio pasti tak sudi mengurusinya. Ia paling anti gadis dengan spesies seperti ini.

Melihat aksi kecup Liset, Cindra berpaling dengan cepat. Dalam hati ia mengucap sumpah serapah. Bukan untuk Liset, melainkan untuk dirinya. Mengapa ia harus terusik dengan adegan ciuman kekanak-kanakan itu?

Setelah bersusah payah memeras hati dan kesabaran, Gio akhirnya berhasil mengantar Liset pulang. Beberapa saat setelah kepergian keduanya, Christ baru menggiring Cindra keluar dari club.

Christ sengaja memilih tempat yang sunyi untuk mereka. Karena itu ia menghabiskan beberapa menit berkeliling mencari tempat strategis, hingga ia memutuskan menghentikan mobilnya di atas bukit, tempat di mana mereka bisa menikmati keindahan kelap-kelip lampu yang menghiasi kota.

"Maaf. Saya tahu kamu naik ke panggung karena kata-kata saya memprovokasi kamu. Saya hanya cemas, Eros menyuruh kamu minum, bukan berarti saya percaya kamu minum." Christ meluruskan kesalahpahaman mereka.

Komunikasi yang tak terbangun di dalam mobil, cukup meredam amarah sang gadis. Keduanya kini duduk bersisian dengan pandangan lurus ke depan.

"Saya sulit mempercayai laki-laki sejak dia berselingkuh dengan teman dekat saya," timpal Cindra setelah hening merayap cukup lama.

"Teman dekat kamu?" Christ mengernyitkan kening penasaran.

***

Para pembaca yang budiman, terima kasih sudah mampir ke cerita ini ya. Karena Peridot Vow sudah pernah dibukukan (versi lama 2018), maka untuk yang versi terbaru tidak free ya teman-teman. Jadi mohon dukung karyaku ini di Karyakarsa.com search Peridot Vow Chapter 13


Peridot VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang