Chapter 11

140 12 9
                                    

KELUAR dari asrama pria tanpa tertangkap basah adalah keajaiban. Tapi bagi Cindra, hal paling ajaib adalah aksi saling peluk antara dirinya dan Christ. Setelah itu keberuntungan terus mengalir, dimulai dari kesuksesannya datang di sepuluh detik terakhir sebelum namanya dipanggil, dan kalung peridotnya yang sempat terlepas, namun tanpa sengaja seorang gadis memungut kalung itu untuknya.

Di tempat paling ujung, Christ melihat penampilan Cindra dengan gayanya yang tenang. Semakin menyelam dalam kebisingan, semakin Christ terperangkap dalam dunia Cindra yang penuh energi.

Mengakhiri aksinya dengan sempurna, Cindra turun dari depan panggung. Tepuk tangan dan ucapan selamat membanjiri sang Diva Verona. Di tengah antusiasme itu, seorang gadis berparas cantik bak barbie hidup, sedang menatap Cindra sinis.

"Liset!" Terlalu bising, seorang teman di sampingnya menegur dengan setengah berteriak.

Gadis yang dipanggil namanya itu sontak menoleh. "Kak Nicole."

Hampir satu jam Nicole dan Liset berkeliling Verona dan akhirnya tersangkut di venue teramai malam itu. Sebelum Cindra naik ke panggung, Liset menyadari sebuah benda berkilau jatuh di dekatnya.

"Kalungku?" Setelah mencari-cari, Liset berhasil memungut perhiasan yang memancarkan sinar kehijauan itu. Namun ia terkejut saat Cindra mengambil kalung peridot dari tangannya dan mengucapkan terima kasih.

Liset panik lantas meraba lehernya. Ternyata kalungnya masih terpasang sempurna. Lalu ... itu tadi apa?

Permainan lampu warna-warni yang membentuk pola alias moonflower tidak hanya membuat Cindra terlihat seperti The Real Superstar, tapi kalung peridot di dadanya juga membuatnya makin bersinar.

Melalui screen utama, Christ berdiri dengan mata terbeliak. Ia nyaris tak berkedip melihat kalung Peridot Cindra. Berapa kalipun diamati, Christ yakin kalung Cindra sama seperti milik ibunya.

"Bagaimana perempuan itu bisa punya—"

Kalimat selanjutnya tertahan di ujung lidah. Rasa terkejut sekaligus takjub membuatnya ternganga cukup lama. Christ bahkan sempat mundur selangkah demi menahan tubuhnya yang sedikit limbung.

Satu pertanyaan besar tentang perhiasan peridot Cindra mencuat, setelah sebelumnya Christ mendengar cerita dari Arthur dan Gio, bahwa kedua pria itu menemukan Nadira dan Ola memiliki cincin dan gelang peridot yang sama. Dan sekarang, Christ menemukan kalung peridot dimiliki oleh Cindra, yang mana gadis itu berpeluang menjadi tunangannya.

Konsentrasi Christ terpecah setelah mendapat telepon dari si pembuat perhiasan, Renata Mardian. Sungguh momen kebetulan yang unik.

Christ meninggalkan keramaian dan mencari sudut lain yang cukup hening untuk menjawab telepon ibunya.

"Dua hari yang lalu Liset berangkat dari London," terang Renata di seberang. "Mama minta dia tinggal selama beberapa bulan di Verona untuk melihat perkembangan kelas bakat di sana. Mama yakin kehadirannya akan sangat membantu. Tolong jaga dia sampai mama datang dan mengumumkan pertunangan kalian secara resmi, ya!"

Christ menarik napas berat. Pertanyaan mengenai kemungkinan adanya plagiat perhiasan peridot, terpaksa tertahan karena situasi tidak mendukung. "Iya Ma," ucapnya mengakhiri percakapan dengan Renata Mardian.

Di situasi lain, Liset memberitahu Nicole tentang gadis yang memiliki kalung yang sama dengannya.

"Aku yakin betul, Kak. Kalung cewek itu persis kayak kalungku." Liset masih getol.

"Tempat ini gelap, Liset. Sebaiknya kamu pastikan kalau kalian ketemu lagi. Gimana?" Nicole masih menanggapi dengan tenang.

Liset memilin-milin liontin peridotnya dengan cemas. Terpaksa, untuk malam ini ia harus menahan rasa penasarannya. Lagipula, ia juga kehilangan jejak Cindra. Padahal, tak jauh dari tempat di mana kedua gadis itu pergi, Cindra berlari kecil melintasi mereka secara berlawanan menuju ke arah Christ.

Peridot VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang