Chapter 12

33 7 0
                                    

KELUAR dari lapangan tenis tanpa diketahui dua sahabatnya, Cindra sengaja membuntuti Eros seperti hendak menerkamnya dari belakang. Sesampainya mereka di koridor, Cindra terus memanggil sang mantan, sampai pria itu menghentikan langkahnya.

"Mulai sekarang jangan bawa Nadira dalam urusan kita. Aku juga minta kamu berhenti mencampuri urusanku," ancam Cindra dengan suara sedingin es.

Eros berbalik, lantas berjalan maju mendekati Cindra dengan senyum mencemooh. Sekali menggerakkan lengan, ia berhasil menarik pinggang Cindra ke arahnya. Dihimpitnya gadis itu kuat-kuat, seolah dirinya adalah gunung yang sulit dipindahkan.

"Gara-gara Arthur, aku diskors mulai besok. Sekarang kamu mau sok mengancam aku?" Eros mengertakkan gigi.

"Oh, bagus kalo gitu. Perlu kamu inget ya, ini semua terjadi karena ulah kamu sendiri. Tindakan kamu dan teman-teman kamu ke Nadira, itu udah keterlaluan! Harusnya nggak cuma skors sih, tapi mesti di D.O juga," tukas Cindra.

Kemarahan seseorang bisa terpicu karena ada orang lain yang membeberkan fakta tentang dirinya. Dan Eros berhasil terpancing emosi, karena Cindra mengatakan fakta yang tak bisa pria itu terima.

Tanpa tedeng aling-aling, bibir Eros terbuka. Dengan gemetar disertai napas bergemuruh, ia berusaha menangkup bibir Cindra bak vacuum cleaner yang siap menyedot apapun di dekatnya.

Ciuman pemaksaan terjadi. Dan buruknya, adegan itu disaksikan oleh Christ dan Gio yang tak sengaja melintas.

============

KELUAR dari lapangan tenis tanpa diketahui dua sahabatnya, Cindra sengaja membuntuti Eros seperti hendak menerkamnya dari belakang. Sesampainya mereka di koridor, Cindra terus memanggil sang mantan, sampai pria itu menghentikan langkahnya.

"Mulai sekarang jangan bawa Nadira dalam urusan kita. Aku juga minta kamu berhenti mencampuri urusanku," ancam Cindra dengan suara sedingin es.

Eros berbalik, lantas berjalan maju mendekati Cindra dengan senyum mencemooh. Sekali menggerakkan lengan, ia berhasil menarik pinggang Cindra ke arahnya. Dihimpitnya gadis itu kuat-kuat, seolah dirinya adalah gunung yang sulit dipindahkan.

"Gara-gara Arthur, aku diskors mulai besok. Sekarang kamu mau sok mengancam aku?" Eros mengertakkan gigi.

"Oh, bagus kalo gitu. Perlu kamu inget ya, ini semua terjadi karena ulah kamu sendiri. Tindakan kamu dan teman-teman kamu ke Nadira, itu udah keterlaluan! Harusnya nggak cuma skors sih, tapi mesti di D.O juga," tukas Cindra.

Kemarahan seseorang bisa terpicu karena ada orang lain yang membeberkan fakta tentang dirinya. Dan Eros berhasil terpancing emosi, karena Cindra mengatakan fakta yang tak bisa pria itu terima.

Tanpa tedeng aling-aling, bibir Eros terbuka. Dengan gemetar disertai napas bergemuruh, ia berusaha menangkup bibir Cindra bak vacuum cleaner yang siap menyedot apapun di dekatnya.

Ciuman pemaksaan terjadi. Dan buruknya, adegan itu disaksikan oleh Christ dan Gio yang tak sengaja melintas.

"Mau pinjam kacamataku?" Melihat rahang Christ yang mengetat murka, Gio sengaja mengetukkan kacamata hitamnya di bahu sang sepupu.

Ketika Christ hendak maju, secara mengejutkan tubuh Eros berputar di udara dan akhirnya tergelepar di atas lantai. Cindra yang mengantongi ilmu bela diri, menunjukkan gerak refleksnya dalam keadaan bahaya, meski sedikit terlambat.

Bangkit dari atas tubuh Eros, mata besar Cindra justru terpaut dengan mata Christ yang berdiri tak jauh darinya. Cindra sontak membeku, begitupun sang pria.

Demi melenyapkan ketegangan, Gio bertepuk tangan untuk aksi tersebut.

Cindra mengibaskan rambut demi membuang rasa malu, kemudian melangkah dengan berat melewati dua penonton tak diundang.

"Cepat kejar!"

Alih-alih mengabulkan titah Gio, Christ yang sempat ragu akhirnya tersenyum masam dan kembali melanjutkan langkahnya yang berlawanan dengan Cindra.

"Jealous?" Puas meledek, Gio tertawa berderai.

Selama itu, Christ diam menatap takjub Gio. Sudah berabad-abad ia tidak mendengar sepupunya itu tertawa. Situasi ini pun menggelitik Christ untuk membalas.

"Nggak biasanya juga, mukamu seceria ini. Kayaknya, permainan tenis tadi, cukup menghibur," ucap Christ sengaja berhenti dengan tangan bersedekap.

Senyum Gio seketika lenyap. Wajahnya kembali pada default awal, ketus dan tak manusiawi. "Ehm, aku nggak akan datang ke sana kalau bukan karena permintaan Arthur."

"Jadi bukan karena perempuan yang punya gelang peridot itu?" goda Christ.

Gio menengok dengan cepat. Ada kerutan di antara kedua alisnya yang perlahan pudar.

"Kita sama-sama tahu tentang Cindra, Nadira, dan Ola yang memakai perhiasan peridot vow." Christ melanjutkan.

"Gimana soal Cindra? Kamu udah tanyakan, gimana cara dia dapetin perhiasan itu?" tanya Gio sembari berjalan di sebelah Christ.

Sang pebiola menggelengkan kepala samar. "Aku masih menunggu waktu yang tepat."

"Heh, aku nggak bisa bayangin reaksi Tante Renata nanti, kalau dia tahu soal tiga perempuan itu." Gio menyeringai jahil.

"Hanya ada dua kemungkinan. Salah satunya palsu, atau memang ada dua set perhiasan yang sengaja dibuat," papar Christ tenang.

"Asli atau nggak, sama aja. Kita akan tetap bertunangan dengan perempuan yang punya peridot vow keluarga kita. Tapi satu hal yang pasti, kalung Cleo harus yang asli. Aku nggak mau menikah dengan perempuan selain Cleo," terang Gio bersungguh-sungguh.

"Jangan terlalu yakin, karena kenyataan bisa jadi sebaliknya," tutur Christ agar Gio tak berekspetasi tinggi.

Pria yang dituturi kembali terkekeh. "Anyway, cewek barusan kelihatannya jauh lebih baik buat kamu daripada Liset. Namanya Cindra, kan? So, berharap aja peridot Cindra yang asli. Cepat atau lambat, kamu harus move on dari Aurora."

Nasihat Gio sukses menahan langkah Christ. Ditambah lagi, sepupunya itu dengan sengaja mengucapkan nama cinta pertamanya yang sudah meninggal.

Sadar telah membuat Christ mengingat masa lalu yang kelam, tanpa rasa bersalah Gio terus berjalan meninggalkan sepupunya seraya melambaikan tangan.

Christ masih diam memandang punggung Gio hingga lenyap. Napas berat baru saja berembus. Ia tahu Gio tidak bermaksud membuatnya sedih, melainkan mengingatkannya untuk menerima masa lalu dan meninggalkannya di belakang, hingga ia tak perlu merasakan apapun ketika seseorang kembali mengungkitnya.

***

Para pembaca yang budiman, terima kasih sudah mampir ke cerita ini ya. Karena Peridot Vow sudah pernah dibukukan (versi lama 2018), maka untuk yang versi terbaru tidak free ya teman-teman. Jadi mohon dukung karyaku ini di Karyakarsa.com search Peridot Vow Chapter 12

Peridot VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang