Chap.3

26 3 0
                                    

"Mama ngga akan terganti dengan siapapun, persetan dengan ibu tiri."

Tak kuasa menahan air mata, dirinya pun menangis diselimuti dengan kesedihan yang menerpanya. Sungguh gadis yang malang.

......

Dengan hati yang berat, gadis itu duduk di depan cermin, memperhatikan gaun yang diberikan oleh ayahnya untuk pernikahan mereka.

Meskipun ia memakai senyuman di wajahnya, namun setiap lapisan gaun itu terasa sebagai simbol kehancuran bagi dirinya.

"Gaun ini bagaikan beban yang harus kutanggung, seolah menjadi lambang ketidaksetujuanku terhadap pernikahan ayah dengan wanita itu."

Dengan rasa enggan, dia melangkah ke garasi, mengambil kunci mobil, dan memacu kendaraannya menuju pernikahan sang ayah.

Dalam hatinya, ia merasa tak setuju dan sangat tidak suka pada calon ibu tirinya, menyadari bahwa kehadiran perempuan itu adalah faktor utama yang meruntuhkan keutuhan keluarganya.

Tunggu, calon ibu tiri? Dirinya bahkan tak sudi mengganggap wanita itu sebagai calon ibu tirinya.

Dihadapannya, gedung pernikahan menjulang tinggi, dan dengan langkah yang berat, ia memasuki pintu yang terbuka otomatis. Di dalamnya, suasana pernikahan penuh dengan keindahan dan kesan manis.

Matanya langsung tertuju ayahnya, tersenyum bahagia sambil menyambut tamu-tamu dengan didampingi wanita yang kini menjadi istri sahnya.

Melihat pemandangan itu, hatinya porak-poranda, air mata nyaris tumpah, namun ia segera menahan diri, menyadari bahwa momen ini adalah momen bahagia bagi ayahnya.

Bayangan indah di masa kecilnya, di mana ayahnya selalu meluangkan waktu untuk bermain dan bersenang-senang bersamanya, menghiasi pikirannya.

Dalam keheningan, ia menyadari bahwa ini adalah akhir dari babak hidupnya yang selalu penuh kasih dengan sang ayah. Meski hatinya remuk, ia berusaha menahan emosinya agar tidak menangis.

Dengan langkah berat, ia melangkah menuju altar pernikahan. Ayahnya berdiri di sana, penuh kebahagiaan.

Ia memutuskan untuk memberikan ucapan selamat pada ayahnya, meskipun dalam hatinya penuh dengan rasa kehilangan. Itu adalah langkah pertama menuju kehidupan baru, namun juga langkah terakhirnya bersama sang ayah.

"Ayah?" panggilnya dengan nada rendah.

(Baju yang dikasih oleh ayah Arel, warnanya bukan putih tapi warna buttercream)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Baju yang dikasih oleh ayah Arel, warnanya bukan putih tapi warna buttercream)

Merasa familiar dengan suara tersebut, sontak Liam menoleh ke arah sumber suara.

Di depannya, ia mendapati seorang gadis cantik yang memancarkan pesona yang begitu dikenalnya, seolah-olah ia melihat bayangan mantan istrinya dalam rona wajah dan sorot matanya.

"Arel?" tanya Liam memastikan.

Liamuel Rield, pria yang tak terduga menjadi sumber utama luka dalam perjalanan hidup Arel, adalah seorang ayah kandung dari Arelion Rield, suatu kenyataan yang pahit bagi dirinya.

Ironisnya, ia tak hanya menjadi ayah kandung dari seorang Arelion Rield, tetapi juga titik awal dari rentetan peristiwa yang membentuk lika-liku hidup.

Dalam dinamika yang rumit antara mereka, Liam menjadi figur yang memiliki peran yang kuat dalam mengubah alur kehidupan keluarga tersebut, membawa beban masa lalu dan harapan masa depan yang tak terduga.

"Arel, senang sekali kamu bisa datang," kata ayahnya, menepuk bahu Arel dengan lembut.

"Selamat atas pernikahan, Ayah," ucapnya tersenyum seraya mengulurkan tangannya. Ayahnya dengan senang hati merespons uluran tangannya, dan keduanya berjabat tangan.

Arel melihat tangan yang melingkar di lengan sang ayahnya. Liam pun memperhatikan arah pandang mata anaknya, dan dengan senyuman, ia memperkenalkan istrinya yang baru kepada Arel.

"Ayah ingin kamu bertemu dengan istri baru Ayah, Jane. Jane Eyre Rield."

"Kenalin, ini istri Ayah, seorang wanita tercantik yang pernah Ayah temui dan pertama kali bikin Ayah jatuh cinta," ujar Liam sambil menepuk pelan hangat tangan sang istrinya yang memeluk lengan Liam, sambil tersenyum penuh kebahagiaan.

"Lalu apa kabar dengan Mama?" gumam Arel yang tentunya tidak terdengar oleh kedua pasangan sah tersebut.

Arel mencoba tersenyum tulus, meskipun hatinya masih bergejolak. "Selamat, Ayah. Senang bisa hadir di hari bahagia kalian."

Jane mengangguk ramah. "Terima kasih, Arel. Kami sangat menghargai kehadiranmu."

Keduanya saling bertatap pandang, lalu tersenyum penuh cinta. Arel yang melihat itu sontak tersenyum kecut, merasakan campur aduk emosi di dalamnya.

"Bahagia banget. Tapi, kenapa hatiku merasa begitu tersakiti. Bahkan, senyum palsuku menyembunyikan pedih yang tak terlukiskan, hatiku terpecah antara kebahagiaan dan luka yang mendalam," batinnya.

Tanpa sadar, ia kembali mengenakan topengnya yang menyembunyikan kesedihannya di balik senyum manis yang palsu.

"Benar kata Ayah, dia cantik."

"Namun, keindahan itu hanya permukaan, di dalamnya tersimpan kebusukan sebagai pelakor," lanjutnya dalam hati.

Dalam diam, Arel merenungkan betapa rumitnya perasaannya. Hatinya seakan terbelah antara kebahagiaan dan kesedihan yang mendalam.

Meskipun tersenyum manis, di balik itu semua, ia merasa hampa dan terluka. Arel hanya bisa meresapi kesedihan yang semakin memenuhi hatinya.

Hatinya begitu sesak melihat interaksi ayah beserta istri baru ayahnya.

Ia pun tersenyum sedih. "Huft, gue emang belum bisa nerima kenyataan ini," gumamnya.

"Kami perlu menyapa tamu lain. Semoga kamu menikmati acara ini. Nanti kita ngobrol lebih banyak, ya?" ujar Jane dengan senyum kepada Arel.

"Maaf, kami tidak punya banyak waktu untuk mengobrol dengan mu, sangat memboroskan waktu, kami harus pamit sebentar," lanjut ayahnya.

"Baik, Ayah," jawab Arel, berusaha terdengar meyakinkan.

Setelah itu, ayah dan istri barunya pun berpamitan. Mereka melangkah menjauh, bergandengan tangan dengan senyum bahagia.

Arel menatap punggung mereka yang semakin jauh, mencoba menenangkan perasaannya yang berkecamuk.

Seorang lelaki terpaut 1 tahun diatas usianya berjalan mendekati Arel dan mengucapkan beberapa kata tepat di samping telinganya.

"Are you okay, Arelion?"

..........

TBC

Published, 1 July 2024.

ARELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang