◦•●◉✿Happy Reading✿◉●•◦
Setelah teman-temannya pergi, kini tinggal sepasang kekasih yang berada di ruang inap tersebut. Gavin tak henti-hentinya menatap Keinna tanpa ekspresi.
Tatapan Gavin membuat gadis itu menunduk, dirinya seolah berhadapan dengan petugas keamanan yang akan menginterogasinya. Tidak ada satu patah kata pun yang keluar, keduanya sama-sama terdiam.
Keinna menghela napas pelan, ia memberanikan diri menatap kekasihnya itu.
"Kenapa?" Gavin mengerutkan dahinya ketika mendengar pertanyaan gadisnya.
"Apa?"
Keinna mendengus. "Kenapa liat aku kaya gitu?" Gavin berdehem pelan, kemudian memperbaiki kursi yang ia duduki.
"Kayaknya kamu bahagia banget ngomong sama Natan tadi?"
Keinna semakin kesal mendengar ucapan Gavin. Ia pikir, Gavin akan menanyakan kondisinya atau bahkan bertanya soal penyebab ia masuk rumah sakit. Ternyata, dugaannya salah. Gavin hanya mengedepankan kecemburuannya terhadap Natan.
"Bisa gak sih, kamu jangan su'udzon terus sama aku?"
"Mana ada aku su'udzon, aku berkata sesuai fakta. Kamu pikir aku gak liat, kamu ketawa-ketawa sama anak sialan itu?" ujar Gavin. Ia masih tidak rela, saat melihat kedekatan Keinna dengan Natan. Apalagi, kalau sampai Keinna tau bahwa Natan lah yang mendonorkan darah untuk Keinna. Bisa-bisa Keinna akan berpaling Nanti, membayangkan saja Gavin tidak mau apalagi kalau sampai terjadi.
Keinna mengubah posisinya menjadi duduk, ia menatap Gavin dengan tatapan dingin.
"Kamu kayaknya udah gak sayang sama aku, dari pagi sampai sekarang kamu negatif thinking terus sama aku. Kamu gak ada nanyain keadaan aku, kamu gak ada khawatirin aku. Yang ada di otak kamu cuma su'udzon terus terhadap aku sama Natan."
Keinna merutuki air matanya yang tiba-tiba saja jatuh tanpa permisi, entah ada apa dengannya. Hari ini ia sensitif sekali, mendengar ucapan Gavin saja sudah membuatnya emosi.
Gavin terdiam, apalagi melihat kekasihnya itu meneteskan air mata. Membuat dirinya merasa bersalah. Lagi dan lagi dirinya membuat gadisnya itu menangis. Andai saja Keinna tau, se frustasi apa dirinya saat ia menemukan Keinna dengan kondisi mengenaskan. Gavin hanya tidak suka, Keinna berinteraksi begitu dekat dengan Natan. Cowok yang ia benci, karena secara terang-terangan mendekati miliknya.
Tangannya terulur untuk menggenggam tangan Keinna. Akan tetapi, gadis itu dengan cepat menghindari jangkauan tangan Gavin.
Keinna kecewa, hubungan yang baru beberapa hari terjalin. Kini sudah di bumbui perkelahian kecil. Dan itu di sebabkan dengan ketidak kepercayaan Gavin terhadap dirinya. Bukankah, sebuah hubungan harus di dasari dengan kepercayaan? Lantas, mengapa Gavin menyepelekan itu?
"Kei, aku cuma gak suka kamu dekat sama dia."
"Tapi cara kamu seolah nunjukin, kalau kamu gak percaya sama aku. Sebenarnya kamu serius gak sih jalanin hubungan ini?"
"Kalau kamu emang gak serius, kita akhir_“
"KEI!" Gavin meninggikan suaranya kala menghentikan ucapan Keinna. Sorot matanya menajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEINNA Untuk GAVIN
Ficção AdolescenteApa jadinya seorang badboy anak pemilik sekolah, tiba-tiba menyukai gadis sederhana yang tak sengaja bertemu dengannya di Koridor sekolah. Gavin Danendra Aditama, cowok badboy penyuka minuman haram. Banyak wanita yang berlomba-lomba untuk mendapatk...