BAB 7: K.U.G

439 66 316
                                    

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜

"Lo kenapa gak masuk kelas Kei?" tanya Clarissa. Saat ini mereka sedang berjalan di Koridor Sekolah.

Keinna bertemu dengan Clarissa saat bell pulang Sekolah berbunyi. "Dari kamar mandi." jawab Keinna tersenyum.

"Ke kamar mandinya lama banget ya neng, ngapain aja lo?"

"Gu_Gue."

"Pacaran Lo?"

"Ko Lo tau? Eh, maksud gue kenapa lo mikir sampai kesana?" mendengar penuturan Keinna, Clarissa menghentikan langkahnya. Dia menatap Keinna mengintimidasi.

"Hayo... ngaku, pacaran sama siapa lo? Sampe bolos mata pelajaran Pak Bambang." Keinna memutar bola matanya malas.

"Apa sih Sa." ucap Keinna tersenyum tipis mengingat moment di lorong Sekolah tadi, bersama Gavin. Dia melangkahkan kakinya yang diikuti oleh Clarissa.

"Lo nggak mau bareng gue Kei?" tanya Clarissa saat mereka sudah berada di gerbang Sekolah. Keinna menggelengkan kepalanya sebagai jawabannya.

"Yaudah, Gue duluan ya." pamit Clarissa lalu meninggalkan Keinna disana. Keinna tersenyum lalu melambaikan tangannya pada Clarissa.
Keinna tidak berniat menolak ajakan Clarissa, tapi dia sudah berjanji untuk pulang bersama Gavin. Bahkan cowok itu mungkin sudah berada di halte menunggunya.

Keinna berjalan kaki untuk menemui Gavin. Namun, dia menghentikan langkahnya saat merasa  ada yang mengikutinya. Keinna menoleh kebelakang. Namun, tak ada orang satu pun.
Saat kembali melangkah, dia merasakan hal yang sama. Dia kembali menoleh, lagi-lagi tidak ada orang. Keinna Bergidik takut, kemudian mempercepat langkahnya.

Sesampainya di halte, Keinna mengatur nafasnya. Gavin yang melihatnya pun menghampiri gadis itu.

"Kenapa lari? Habis di kejar siapa?" tanya Gavin sembari melihat kebelakang Keinna, namun tak ada orang. Lantas, apa yang membuat Keinna ngos-ngosan seperti ini? Keinna menggeleng sebagai jawabannya.

"Ya udah ayo, jadi pulang nggak nih?"

"Jadi dong, eh! tapi tunggu. jalan-jalan dulu sebelum ke tempat kerja Lo."

"Apa-apaan Lo, yang ada gue di pecat karena telat."

"Tenang aja Kei, Lo nggak akan di pecat. Percaya sama gue."

"Nggak, gue gak mau."

"Kei, ayolah." Gavin memegang lengan Keinna. Namun, langsung di hempas oleh gadis itu.

"Jangan maksa deh Vin. Ntar kalo gue di pecat yang biayain hidup gue siapa? Lo mah enak tinggal minta, langsung ada uangnya."

"Kan ada gue yang biayain lo nanti."

"Duit dari mana? bokap Lo?" ucap Keinna mendengus kesel. Apa-apaan si Gavin, sok-sok'an mau biayain hidupnya, kebutuhannya saja masih ditanggung orang tuanya.

"Heh! Jangan salah ya, gini-gini gue punya penghasilan sendiri." ujar Gavin tak terima.

"Dari mana? Balapan?" pertanyaan Keinna membuat Gavin tak bisa mengelak, dia terdiam melihat raut wajah Keinna.

"Jadi nganter gue gak nih?"

"Jadi dong." Gavin beranjak mengambil helm lalu memakaikan pada Keinna.
Setelah Gavin memakai helmnya dia menaiki motornya yang di ikuti oleh Keinna kemudian mereka meninggalkan tempat itu.

Di tempat yang tak jauh dari mereka, tampak ada orang yang sedang mengawasi mereka, dia mengeluarkan ponselnya kemudian menelpon seseorang.

"Hallo tuan."

KEINNA Untuk GAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang