◦•●◉✿Happy Reading✿◉●•◦
Di Koridor rumah sakit, Damian berjalan mengikuti seseorang yang ia curigai. Setelah memanggil Dokter, Damian akan kembali ke ruangan tempat Keinna di rawat. Akan tetapi, pemuda itu berhenti melangkah ketika melihat orang yang mencurigakan sedang mengintip di balik pintu ruang rawat Keinna.
Bagaimana tidak, orang itu memakai pakaian serba hitam. Topi warna hitam, masker hitam, serta kecamata berwarna hitam. Sehingga Damian tidak bisa mengenali orang itu. Keberadaan Damian ternyata di ketahui oleh orang misterius itu, sehingga orang itu pergi dengan terburu-buru. Damian pun mengikuti orang itu. Namun sialnya, ia kehilangan jejak saat ia berada di parkiran rumah sakit.
"Siapa orang misterius itu? Apa dia salah satu pembunuh orang tua Keinna?" Damian bermonolog sembari mengedarkan pandangannya.
"Gue harus kasih tau Gavin." Damian berlari ke dalam rumah sakit menuju ruang rawat Keinna.
Setelah sampai, Damian membuka pintu ruang rawat Keinna. Hal itu membuat orang yang berada di dalam menoleh kearahnya.
"Dari mana lo?" tanya Gavin setelah Damian duduk di sofa. Lelaki itu hanya diam, matanya fokus menatap mantan kekasihnya.
Melihat Damian hanya diam saja, Devano menghampiri pemuda itu. "Kenapa lo? di tanyain tuh." Pemuda itu hanya menghela nafas kasar kemudian melihat ke arah Gavin yang berdiri di dekat tempat tidur Keinna.
"Ada yang perlu gue omongin sama lo, Vin. Ini penting." Gavin mengernyit bingung. Tatapannya beralih pada Devano, untuk bertanya. Namun, Devano hanya mengedikkan bahunya tanda tidak tau."
"Mau ngomong apa?"
"Gak di sini, di luar! Van lo juga ikut gue." Ketiga orang yang namanya tidak di sebut itu saling menatap satu sama lain.
"Hal penting apa, yang akan kalian bicarakan?" Kali ini Clarissa yang bertanya, Ia menatap Damian dengan tatapan bingung. Entah apa yang akan Damian bicarakan, sehingga hanya Gavin dan Devano saja yang bisa tau.
"Ini masalah laki-laki, cewek cewek diem aja."
"Berarti gue juga bisa tau dong, apa yang akan kalian bicarakan?" nimbrung Natan yang merasa di abaikan.
"Lo diem! Lo tuh nggak di ajak." ujar Gavin Dan Damian kompak. setelah itu mereka tersenyum miring menatap remeh kearah Natan.
"Vin, jangan gitu ih." tegur Keinna.
"Belain aja terus." Gavin melangkahkan kakinya keluar ruangan Keinna yang di susul oleh kedua temannya.
Ketiganya menuju kafe terdekat untuk membicarakan hal penting yang Damian sampaikan tadi.
Sesampainya di sana, mereka memilih tempat yang paling pojok. "Pesen minum atau makanan dulu gih, mendadak laper gue ngeliat tuh cowok." titah Gavin pada Damian, Cowok itu menurut. Ia meninggalkan Gavin dan Devano untuk membeli makanan untuk mereka.
Usai memesan makanan, mereka makan tanpa sekata patah pun. Sepertinya mereka kelaparan saat menunggu Keinna siuman.
"Hal penting apa yang mau lo sampein?" tanya Gavin sembari mengusap bibirnya dengan tisu."Tadi, gue liat orang mencurigakan di depan kamar inap cewek lo." Mendengar hal itu, Gavin langsung menatap Damian.
"Orang mencurigakan?" Damian mengangguk mengiyakan pertanyaan sahabatnya.
"Iya, Vin. Dia pake pakaian serba hitam. Gue curiga, tuh orang mau nyakitin Keinna." Gavin tampak diam mendengar penuturan Damian.
"Tapi, gue rasa ini orang yang sama Vin." Damian dan Gavin menoleh ke arah Devano.
"Orang yang sama?" Devano mengangguk mengiyakan pertanyaan Gavin.
"Orang yang sama, yang bunuh orang tuanya Keinna."
"Berarti sekarang, cewek lo dalam bahaya Bos." Gavin terdiam, ia masih memikirkan apa yang kedua sahabatnya ucapkan.
"Terus, kita harus apa?" Devano bertanya sembari menatap kedua Sahabatnya secara bergantian.
"Gue punya tugas buat kalian."
"Tugas apa?"
"Damian, lo harus jaga Keinna saat gue gak ada di dekat dia. Lo paham kan?" Damian mengangguk, tanda paham dengan ucapan Ketuanya itu.
Bukan tanpa sebab, Gavin memilih Damian untuk menjaga Keinna, karena Damian memiliki kemampuan bela diri di atas rata-rata. Tapi, kalau bertarung dengan Gavin. mungkin Damian akan kalah.
Tatapan Gavin beralih pada Devano. "Dan lo Van, Lo bantuin gue cari tau siapa orang itu." Devano mengangguk.
___________________
Di ruang rawat Keinna. Tampak Clarissa sudah menguap, ia merasa mengantuk saat ini. Tatapannya beralih pada lelaki yang duduk di kursi yang ada di sisi ranjang Keinna.
Malam semakin larut, Dan Gavin belum kembali. entah kemana perginya cowok itu. Clarissa menatap Natan dengan cemas, Ia tidak mau Gavin melihat Natan berbicara begitu akrab dengan Keinna. bisa-bisa, Gavin akan mengamuk nantinya.
Bagaimana tidak, saat ini kedua orang itu tertawa bahagia. Entah apa yang mereka bicarakan, sehingga melupakan Clarissa yang berada di ruangan yang sama dengan mereka.
Keinna melirik Clarissa, lalu kembali menatap Natan.
"Nat, lo balik gih. Ajak Clarissa pulang bareng lo." ujar Keinna tersenyum hangat.
"Tapi lo sendirian Kei, gue gak mau ninggalin lo tanpa ada yang jagain lo disini." Natan berbicara sembari memegang tangan Keinna.
"Gue gak papa, Nat. Paling bentar lagi Gavin kesini, jadi lo gak usah khawatir."
"Lagian, cowok lo kemana sih? Bukannya jagain pacarnya malah keluyuran tuh anak." Keinna hanya tersenyum menanggapi gerutu Natan.
Tak lama pintu ruangan di buka. Terlihat ketiga cowok tampan sedang memasuki ruangan itu. Cowok yang berpenampilan brandal dengan paras yang membuat siapa saja yang melihatnya akan terkagum-kagum. Mereka Anggota inti Tiger, yang tak lain adalah Gavin, Devano dan Damian.
Gavin segera menghampiri kekasihnya dengan menggeser tubuh Natan yang duduk di kursi dekat ranjang Keinna.
Sementara Damian dan Devano memilih duduk di kursi sofa, dimana Clarissa berada disana.
"Ngapain lo deketin cewek gue?" Keinna mendadak kesal dengan tingkah Gavin.
"Vin udah, jangan buat ulah lagi." ujar Keinna menggenggam pergelangan tangan kekasihnya.
"Cabut lo dari sini." usir Gavin sembari duduk di sisi ranjang Keinna.
"Tanpa lo suruh, juga gue bakal pergi dari sini. Gue di sini juga buat jagain Keinna karena yang katanya pacar gak tau keluyuran dimana." Tatapan tajam Gavin seolah menusuk ulu hati Natan.
Namun, tatapan itu tak indahkan oleh Natan. Natan memilih beranjak dari tempat duduknya menghampiri Clarissa.
"Sa, mau pulang bareng nggak?" tanya Natan mengambil jaketnya yang tergeletak di sofa.
"Nggak!" Bukan Clarissa yang menjawab, melainkan Damian yang menjawab.
Semua yang berada di ruangan itu menoleh pada Damian. Clarissa menatap mantan kekasihnya itu dengan sinis.
"Kok lo yang jawab sih?"
"Ya gue lah, orang yang ngnter lo balik itu gue."
"Dih, siapa juga yang mau di anter sama lo."
Ayo Nat, kita pulang."Clarissa beranjak pergi, kemudian menggandeng lengan Natan dengan mesra. Hal itu membuat Damian merasa kesel.
"Udalah Bro... Lupain aja. lagian lo sih, udah di kasih berlian malah milih kerikil. Nyesel kan lo?"
Damian tak menjawab penuturan Devano, ia lebih memilih meninggalkan ruangan itu dengan raut wajah yang tidak bersahabat.
_____________
KAMU SEDANG MEMBACA
KEINNA Untuk GAVIN
Fiksi RemajaApa jadinya seorang badboy anak pemilik sekolah, tiba-tiba menyukai gadis sederhana yang tak sengaja bertemu dengannya di Koridor sekolah. Gavin Danendra Aditama, cowok badboy penyuka minuman haram. Banyak wanita yang berlomba-lomba untuk mendapatk...