Tepat satu tahun, aku kembali ke kota Industri tempat aku belajar, tempat pertama yang aku inginkan, karena ada cita-citaku didalamnya. Dalam perjalanan sekitar 1300an Kilometer melewati beberapa provinsi hingga pulau dengan segala bentuk keindahan yang aku lihat dalam perjalanan, awannya, tanahnya, jejeran rumahnya, hingga lautnya, aku menikmati perjalanan ini hingga akhirnya aku sampai dengan selamat, namun tak mendapat sambutan temu darimu, hanya pesan singkat di wa "welcome" ah aku lupa, saat ku coba membuka kembali isi chatnya ternyata sudah terhapus.
🌹🌹🌹
Sebenarnya perasaanku sudah 50:50 entah kenapa, tapi aku tetap menanti pertemuan kita, kala itu aku sudah menginjak semester 5 dan kamu semester 7 aku benar-benar tak ingin mengganggu sedikitpun, aku hanya menanti kapan luangnya kamu, dan tak pernah terlintas sedetikpun untuk mencoba memulai obrolan denganmu karena aku takut, aku telah dilupakan, dan akan sulit untuk menunggu jawabannya. Aku diam dan tetap menjalani kehidupan pada umumnya, makan, berangkat kuliah, bercengkrama dengan teman, mengerjakan tugas, bermain, berorganisasi dan masih banyak lagi.
Hingga akhirnya, aku mendapat pesan dari salah satu orang yang sebenarnya aku kenal tapi tak terlalu dekat, awal bertemu saat ada agenda membuat takjil dibulan Ramadan di tahun 2020/2021 aku tak terlalu mengingatnya. Kala itu biasa saja, karena aku mengira ya kita teman dan tim pada umumnya dalam suatu agenda. Dan kita bertemu lagi waktu itu saat agenda berbuka puasa disaat itu aku pertama kali bertemu dengan laki-laki yang ku ceritakan diawal, maaf belum sempat mempekenalkan diri, aku bingung cara mempernalkannya, mungkin diawali dengan diriku sendiri. Aku adalah wanita biasa, sebut saja namaku Jasmine karena ibuku sangat menyukai bunga hingga pilihan terakhir jatuh pada bunga "Jasmine" untuk diberikan pada namaku. Dan laki-laki yang diawal ku ceritakan sebut saja namanya Kak Agam, iya namanya sangat indah bukan? Lalu, satu lagi laki-laki yang saat ini sebut saja namanya Kak Asyraf.
Kak Asyraf mengetahui kedatanganku dan dia mulai menanyakan banyak hal tentangku, masih ku respon dengan batas wajar, hingga akhirnya bagian yang tak pernah terfikirkan dia menyatakan bahwa dia mencintaiku. Deg!! aku sangat bingung harus membalas apa? Masih kudiamkan dan renungi kalimatnya, dia mengagumiku sejak aku masih semester muda entahlah padahal selama ini aku menganggap kita berdua hanya orang biasa layaknya adik kelas dan kakak kelas namun ternyata selama itu dia menyimpan perasaannya dan mulai menyatakan disaat aku semester 5. Bagiku ini bukanlah hal yang baik, maksudku setelah menyatakan memang harus apa? pacaran? tidak, aku tidak menginginkannya, bukankah Allah sudah melarangnya? Dan janganlah mendekati zina, sungguh itu adalah suatu jalan yang buruk.
Lalu kalau tidak pacaran? mau menikah? tidak, aku masih terlalu muda kala itu, bahkan baru saja mengambil MK Metodologi Penelitian.
Entahlah... harusnya dia bisa menahan sedikit lagi saja hingga kita berdua telah selesai menyelesaikan studi dan sudah mapan, siap lahir batin, jika memang dia serius, ayo kita mulai dengan cara yang indah, islam memfasilitasinya dengan jalan "ta'aruf" jika cocok ayo kita menikah tak apa, aku bisa belajar.
Dengan menyatakan cinta seperti itu bagiku bukanlah suatu jalan yang baik. Tapi aku ingat saat Kak Agam menyampaikan "kita tidak bisa melarang orang menyukai kita, itu hak mereka, biarkan saja, namun kita perlu beri pemahaman pada mereka bahwa kita juga punya hak untuk mencintai dan mengizinkan orang yang kita cintai memiliki kita". Sejak saat itu aku sekalipun tidak membenci Kak Asyraf, aku biarkan dia mencintaiku secara menyeluruh hingga habis cintanya dan dia tak mendekatiku lagi.
🌹🌹🌹
Kak Agam, taukah kamu disaat orang lain mendekatiku aku tak pernah sedikitpun mengizinkannya melihatku, apalagi bersamaku, tapi disini aku selalu menanti untuk bisa bertemu melihatmu. Disini ditempat apapun namanya asal aku bisa melihatmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanti, Kita Bersama Ya?
RomancePertamaku, yang terindah. Kau yang pertama membuatku jatuh dan mencinta, mencintai dengan setulus itu, tidak mengizikan orang lain tinggal dihatiku, karena tempat itu adalah milikmu, seutuhnya. Kelak, aku berharap sang Cinta akan menyatukan kita dal...