Part 4

1K 93 4
                                    

"Dayana. Nama lu cantik deh. Artinya apa?" pertanyaan random dari mana ini. Kaivan tiba-tiba menanyakan pertanyaan random tidak jelas padaku yang sedang membaca novel kesukaanku.

"Apasih, random banget. Kenapa nanya-nanya?" ucapku tanpa melepaskan pandanganku dari novel yang sedang kubaca.

"Nggak adil aja, lu tau arti nama gue tapi gue nggak tau arti nama lu"

Aku menghembuskan nafas pelan sebelum akhirnya menatap Kaivan di hadapanku.

"Gue nggak begitu inget, Kai. Kalau nggak salah artinya seorang putri(?)"

Seingatku sih ibu kayaknya pernah bilang artinya itu, tapi nggak tahu deh soalnya udah cukup lama. Tapi yang jelas menurutku nama Dayana itu sendiri udah cantik dan nggak banyak orang punya nama yang sama denganku. Jadi aku seneng-seneng aja sih.

Kalau Kaivan sendiri, dia emang sering membawa-bawa arti namanya setiap ada kesempatan. Dia bilang arti nama Kaivan itu Tampan. Ngerti kan kenapa dia selalu bawa-bawa nama itu di tiap kesempatan?

Ya meskipun arti namanya nggak salah, emang sih dia tampan, cakep, keren, fansnya(?) juga lumayan banyak. Tapi sepertinya tampan yang dimaksud tidak seperti harapan ibunya. Ibunya berharap anaknya itu tampan baik dari segi wajah, sikap, perkataan, dan perbuatan. Namun, nyatanya yang berlaku hanya wajahnya. Sisanya patut dipertanyakan.

Kaivan mengangguk-angguk entah apa yang ada di pikirannya.

"Boleh juga" gumamnya kecil.

"Apanya?" tanyaku.

"Nggak, bukan apa-apa" balasnya.

Tiba-tiba ia mengalihkan pembicaraan ke topik lain. Emang sih Kai tuh pembicaraannya suka random, jadi udah nggak aneh lah buatku.

"Btw lu mau ikut gue main basket nggak?" Kaivan tiba-tiba memberi pertanyaan yang lebih aneh lagi. Sudah jelas dia tahu aku nggak bisa main basket, masih pula dia mengajakku.

"Nggak. Kan tau gue nggak bisa main basket, Kai"

"Latihan makanya"

"Nggak deh, stamina gue lemah, gue udah terlalu capek karena udah mengeluarkan semua tenaga gue buat mikir sama nugas" Aku akhirnya menutup novelku karena Kaivan terus-terusan mengajakku berbicara.

"Kalau nggak, nonton aja. Kan bisa"

"Nggak ah. Nggak menarik"

"Seriusan? Nanti Ash dateng loh" Kaivan menatapku sambil menunggu responku setelah mengatakan itu.

Mendengar itu, hatiku sedikit tergoda. Antara percaya dan tidak percaya. Masa sih, Ash yang itu ikutan main basket? Iya, Ashtara presma kampus, orang sibuk yang pengikutnya ada dimana-mana itu.

"Lu bohong kan? Nggak mungkin kak Ash yang sibuk itu tiba-tiba main basket sama kalian"

"Yaudah kalau nggak percaya" Kaivan kemudian berjalan pergi meninggalkanku begitu saja.

"Kaivann, tunggu. Gue ikut kalau gitu. Jam berapa nanti?" Aku menahan tangan Kaivan sebelum dia benar-benar pergi.

Kaivan ini, dia benar-benar mengenalku. Aku curiga sebenarnya dia berbohong ketika membawa-bawa nama Ashtara. Tapi sebagian dari diriku yang lain ingin mempercayainya. Lagian ya, kak Ash itu sulit sekali ditemui. Siapa tahu nanti beneran bisa ketemu.

Kak Ash itu hmm dia itu keren. Satu-satunya kating yang menarik perhatianku ya dia itu. Bukan hanya perhatian milikku saja yang diambil olehnya, tapi banyak wanita juga jatuh dalam pesonanya. Kak Ash itu tampannya tidak manusiawi, tapi kita semua di kampus ini tahu kalau dia baik, suka menolong, berwibawa, dan tentunya memiliki segudang prestasi.

DAYANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang