Part 6

941 71 5
                                    

Hari ini hari minggu, senang rasanya tidak perlu keluar dari rumah dan bisa bersantai-santai di dalam kamar. Semua tugas juga sudah aku kerjakan (ada yang belum sih tapi deadlinenya masih lama) sehingga aku bebas hari ini. Saatnya menikmati hari liburku.

Aku mengambil laptopku dan menonton sebuah drama dari negeri gingseng yang sedang sangat populer. Tidak lupa aku mengambil camilanku dan menempatkan diriku mencari posisi yang paling nyaman.

Aku melanjutkan series yang belum sempat aku selesaikan karena minggu lalu sedang sibuk-sibuknya.

Aku membuka camilanku, mengambil isinya satu demi satu, memasukkannya ke mulutku, dan merasakan rasa micin kesukaan banyak orang di dalamnya.

Aku sedang serius menonton drama, namun tepat ketika sang pemeran utama pria dan wanita itu saling mendekatkan wajahnya beradegan romantis yang membuat aku tersipu malu, tiba-tiba ibuku berteriak padaku dari luar kamar.

"DAYANAAA" Teriaknya memanggilku. Entah kenapa ibu selalu memanggilku dengan teriakan dahsyatnya. Memangnya tidak bisa gitu pelan-pelan dan lemah lembut pada anak satu-satunya ini.

"IYAA??" balasku dengan berteriak juga. Bukan maksud tidak sopan, tapi memang harus berteriak karena ibu pasti tidak akan dengar.

Namun, setelah beberapa saat, masih juga tidak ada jawaban.

"KENAPA BU??" teriakku sekali lagi. Namun, masih juga tidak ada balasan dari ibu.

Aku pun akhirnya terpaksa berdiri dari kasurku dan berjalan ke arah pintu, membukanya dan kembali berbicara.

"Ada apa bu? Kenapa manggil-manggil Dayana?"

Lagi-lagi ibu tidak menjawab. Aku mengedarkan pandanganku mencari ibuku, tetapi ia tidak terlihat.

"BU, DIMANAA? KENAPA MANGGIL DAYANA" teriakku lagi.

Tak lama aku melihat ibu berjalan masuk dari pintu luar.

"Dayana, sini. Kamu nih ibu panggilin dari tadi nggak dijawab. Gimana sih?" Ibu mengomel padaku.

Sedangkan aku menatapnya speechless. Aku sedari tadi sudah membalas sambil berteriak menanggapi ibu tapi malah tidak dibalas olehnya.

"Kenapa sih bu, Dayana dari tadi udah ngerespon loh. Lagian, ibu aja dari luar manggilnya gimana mau denger suara Dayana"

"Justru itu, kamu harusnya sebagai anak itu pengertian. Kamu dong yang nyamperin ibu kalau lagi di luar. Masa harus ibu yang masuk ke dalem"

'Lah mana bisa gitu?' yang tentu saja hanya aku ucapkan dalam hati.

Aku menghembuskan nafas pelan mendengar perkataan ibu. Jadi disini aku yang salah kah? Nanti kalau aku bales perkataannya, kita malah bertengkar jadi panjang urusannya.

"Yaudah, Dayana yang salah. Jadi, kenapa manggil-manggil Dayana tadi?" tanyaku.

"Nggak jadi. Ibu udah nggak mood. Tadi ibu mau nyuruh kamu ambilin alat menanam ibu, eh kamunya malah nggak nanggepin" ucapannya sambil berlalu pergi mengambil alatnya sendiri dan kembali pergi ke luar untuk mengurusi tanaman-tanaman di halaman.

LOHH. Kok jadi ngambek.

Yaudah lah kalau gitu, meski kegiatan menonton dramaku terganggu, aku mau kembali ke kamar lagi untuk meneruskannya.

Namun, baru saja aku mau kembali ke kamar, ibu kembali memanggilku.

"DAYANA" teriaknya dari luar.

"APA?" jawabku. Aku melangkahkan kakiku ke arah luar, jaga-jaga daripada nanti ibu nggak mendengarku dan kembali mengomel padaku.

DAYANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang