2 | Hitamnya Semakin Pekat

111 24 191
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Tarikan napas terdengar jelas ketika Aqila menatap lembaran kertas yang sudah ia warnai dengan penuh krayon hitam, di bagian bawah sendiri hanya ada satu bunga berwarna merah muda dengan benang sari berwarna kuning. Hanya itu yang bisa dilihat dari posisinya sekarang.

Itu adalah gambar ketika ia kelas dua SD dulu. Ia  ingat bagaimana perasaan campur aduknya dulu, ia ingat rasa sakitnya hingga yang awalnya kertas itu berisi gambar dirinya memegang tangan kedua orang tuanya langsung berganti dengan coretan krayon hitam ketika emosi sedihnya yang tiba-tiba muncul.

"Aqila! Ada Om Irwan cari kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aqila! Ada Om Irwan cari kamu." Teriakan neneknya membuyarkan perasaan sedih yang baru saja menyelimutinya. Sembari menutup pintu kamar, Aqila memasang senyuman, matanya yang tadinya redup kini melengkung bahagia.

"Om Irwan!!" teriak Aqila mendekat  lalu mencium tangan pria berkacamata itu.

Irwan adalah adik Tony yang sering berkunjung ke rumah ini.  Keluarga pria itu selalu ikut meramaikan rumah tua ini tiap kali mereka datang, karena itu Aqila tak merasa kesepian.

"Seneng banget kayaknya kamu," ujar Irwan memperhatikan gadis berkuncir dua itu yang kini duduk di sampingnya.

"Mau susah juga buat apa, Om? Hehehe," cengir gadis itu.

Irwan mengangguk setuju, memang pembawaan Aqila yang begitu ceria hingga gadis itu selalu terlihat baik-baik saja. "Kamu jadi kuliah di mana?"

Kening Aqila mengerut, matanya memicing ke atas mencoba berpikir. "Kayaknya enggak jadi deh, Om. Nenek gak ada uang lebih selain buat kulakan, uang pensiunan ditabung buat keperluan mendadak."

Kakek Aqila dulunya adalah seorang tentara dan neneknya adalah  guru, mereka sama-sama sudah pensiun. Tidak hanya bergantung dengan uang pensiunan, mereka membuka warung di depan rumah sebagai mata pencaharian mereka saat ini.

"Aqila buka les-lesan buat anak SD, udah sebar pamflet juga, ada banyak yang daftar loh Om ... liat," ujar Aqila memperlihatkan ponselnya, "banyak, kan?" lanjutnya sembari menaik-turunkan alis.

Kapan Aku Seperti Mereka? | YUQITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang