chapter 2; Darah

83 12 0
                                    

Langkah kakinya telah membawa ia sampai pada hutan yang lebat, Narendra lantas berhenti dan mengambil kapaknya untuk menebang beberapa pohon kecil di sana.

"Saatnya bekerja." monolognya, lantas melakukan penebangan untuk mendapatkan beberapa kayu bakar untuk menghangatkan tubuh di malam hari nanti.

Tak terasa waktu berjalan cepat, hingga matahari pun mulai terbenam. Narendra yang menyadari hal itu lantas membersihkan peralatan yang ia gunakan lalu menaruh kayu-kayu yang telah ditebang ke dalam sebuah gerobak yang ia bawa. Tetes keringat mengalir di wajahnya, tanda bahwa dirinya telah bekerja cukup banyak hari ini.

. . .

Saat perjalanan pulang, indra pendengarannya menangkap suara di balik semak yang tak jauh dari dirinya. Narendra memiliki perasaan yang tak enak dengan hal tersebut. Lantas dengan sedikit was-was, tangannya meraih senapan yang ada pada punggungnya, lalu mendekati suara itu secara perlahan.

Matanya terbelalak kaget, Narendra tidak percaya dengan apa yang telah ia lihat. Lelaki dengan netra obsidian itu menemukan seseorang dengan pakaian compang-camping tak karuan, dengan darah yang masih mengalir di beberapa area tubuhnya. Sepertinya ia habis berkelahi dengan seseorang lalu kabur, entahlah.

Ia bertanya-tanya di dalam hatinya, haruskah ia menolong orang ini? atau lebih baik ia biarkan saja dia mati disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia bertanya-tanya di dalam hatinya, haruskah ia menolong orang ini? atau lebih baik ia biarkan saja dia mati disini.

Tetapi dia telah diajarkan oleh Awan untuk menolong orang yang kesusahan. Sama seperti dulu saat ia yang telah ditolong oleh abangnya itu. Jadi, Narendra pun memutuskan untuk menghampiri orang itu dan membantunya.

Senapannya ia taruh kembali pada tempat semula, mendekati orang itu dengan waspada, takut-takut malah orang itu akan kabur setelah melihat dirinya.

"Apakah kau tidak apa-apa?" Narendra memecah keheningan yang ada di sana, orang itu menoleh pelan, sepertinya ia tidak bisa bergerak dengan leluasa akibat luka-lukanya itu.

"Siapa kamu?! Apakah kamu salah satu prajurit yang dikirimkan oleh si brengsek itu?" jawaban yang tak ramah didapatkan oleh Narendra. Ia mengernyitkan dahinya, tak mengerti dengan apa yang dilontarkan oleh orang di depannya itu. Pemilik netra obsidian itu menarik nafasnya pelan lantas menjawab, "Aku tak tahu apa yang kamu maksud tapi aku bukan mereka. Aku sedang mencari kayu bakar dan saat perjalanan pulang, aku tak sengaja mendengar mu merintih. Kupikir ada monster atau hewan buas, tetapi aku malah menemukan orang yang sedang terluka" Narendra menjelaskan, orang itu masih menatapnya dengan curiga, namun beberapa saat kemudian badannya ambruk dan tak sadarkan diri. Kemungkinan besar akibat kehilangan banyak darah.

Narendra panik, tentu saja. Ia menaruh senapannya di samping gerobak lalu tanpa berpikir panjang ia mengangkat badan orang itu dan mengikat orang itu di punggungnya dengan kain yang memang biasanya ia bawa, tak mungkin kan Narendra menaruhnya diantara kayu-kayu keras itu?

Dan sepertinya perjalan untuk pulang hari ini akan memakan waktu yang lebih lama dari biasanya.

. . .

1 jam, sudah 1 jam setelah matahari terbenam dan tidak ada tanda-tanda bahwa Narendra menampakkan dirinya di depan rumah. Si pemilik netra emerald itu mulai gelisah, ditandai dengan ia menghentak-hentakkan kakinya pelan, kepalanya yang melihat ke kiri dan ke kanan tatkala menunggu adiknya itu pulang. Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya. Apakah adiknya itu diculik? atau ia sedang berkelahi dengan monster di hutan sehingga tidak sempat untuk meniupkan goat horn?

Baru saja ia akan menyusul adiknya itu ke hutan, nampak tak jauh dari rumah mereka, terlihat seseorang dengan gerobak sedang berjalan pelan menuju dirinya.

'Ah, sepertinya itu Narendra.'

Awan memutuskan untuk menghampiri adiknya itu, namun lama-kelamaan saat semakin dekat dengan Narendra, ia melihat bercak darah di pakaian adiknya itu. Dan sepertinya ia membawa seseorang di balik punggungnya.

Dengan cepat, ia mempercepat langkahnya guna memastikan apa yang terjadi.

"Narendra!!! Oh astaga, apa yang telah terjadi denganmu? Kau berkelahi? Darahnya banyak sekali. Kau tidak apa-apa kan? Lalu siapa yang kau bawa itu? Aduh, banyak sekali pertanyaan yang harus kamu jawab nanti. Sekarang masuk dulu ke rumah, tunggu di sana. Aku akan membawa gerobak ini ke gudang terlebih dahulu, lalu kita perlu bicara" pertanyaan bertubi-tubi itu didapatkan oleh Narendra, jujur saja ia sedikit berkeringat dingin sekarang. Takut-takut abangnya itu akan memarahinya besar-besaran nanti. Ia menganggukkan kepalanya dengan pelan, tak ingin membatah kata-kata lelaki yang lebih tua di depannya itu.

. . .

Author note

Mau kasih tau kalau umur mereka disini masih remaja gitu 15-19 tahunan. Umur mereka bakal bertambah saat ada time skip kedepannya (Akan saya beritahukan nanti).

Segini aja dulu, kalau ada krisar feel free to tell me ya 🫶 Makasih udah mampir 🫡.

Tempat Berpijak | YTMCI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang