Awan yang telah melakukan perjalanan selama 2 jam itu pun akhirnya sampai pada tempat yang ingin dia tuju. Ia disambut dengan bangunan bernama Evanescent yang beberapa hari lalu Narendra dan Febfeb datangi— lebih tepatnya tempat ia 'bekerja'. Tangannya meraih kenop pintu, lantas membukanya, melihat orang di depannya itu mereka bertukar pandang lantas menganggukkan kepalanya masing-masing.
Langkah kakinya ia bawa menuju lantai bawah tanah tempat itu. Mengambil salah satu buku yang terpampang di rak, dan membuka sebuah jalan rahasia. Tak banyak orang yang tau tempat tersebut tentu saja, hanya orang-orang yang terpilih lah yang dapat memasukinya.
Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya Awan sampai pada ruangan yang ia tuju. Ruangan itu terlihat sedikit berantakan, dengan banyak berkas-berkas yang berhamburan di beberapa tempat. Yah sepertinya akibat sang pemilik ruangan ini sedikit stress akibat banyak pekerjaan yang menumpuk karena Awan tinggali beberapa hari belakangan.
Surai biru tua yang lumayan berantakan dengan sebuah tanduk biru muda yang memancarkan sinar terlihat di depannya, masih tertidur, sepertinya. Mungkin akibat beberapa malam ini lembur, entahlah, Awan juga kurang tau pasti. Tangannya ia bawa untuk menggoyang-goyangkan badan orang tersebut agar dirinya bangun, badannya bergerak tak nyaman, lalu sang pemilik tanduk itu pun menatap sosok yang membangunkan tidur lelapnya.
Sosok tersebut terdiam sebentar, ia belum begitu sadar sepenuhnya akibat tiba-tiba saja dibangunkan oleh Awan.
"Ah- oh kau rupanya, Awan. Sudah baikan?" Pria itu membenarkan posisi duduknya, menyandarkan punggung di kursi yang ia duduki. Netra berwarna topaz itu menatap pemilik sang mata emerald. Si lawan bicara menganggukkan kepalanya, "Maaf, sedikit lama dari yang kukira, Noya. Penyakitku yang 'itu' kembali lagi, padahal sudah lebih dari 2 abad yang lalu sejak terakhir kali aku merasakannya akibat orang itu pergi. Dan yang kemarin itu benar-benar parah, aku bahkan tidak bisa apa-apa." Awan menjelaskannya dengan perlahan, tangannya sedikit bergetar karena membahas orang itu, ia benar-benar tidak ingin mengingatnya.
Sang lawan bicara pun membelalakkan matanya, bingung, bagaimana bisa hal tersebut kembali lagi? padahal sudah 200 tahun berlalu, ia pikir penyakit yang diderita oleh Awan itu sudah musnah saat 2 abad lalu. Ini benar-benar aneh, pasti ada sesuatu yang memicunya.
"Hah?! Bagaimana bisa? Bisa gawat jika penyakitmu itu kambuh lagi di waktu yang dekat. Terakhir kali saja kau benar-benar sekarat dan tidak sadarkan diri selama 17 tahun. Jangan-jangan mereka telah kembali?!" Suara panik terdengar dari mulut Noya, ia mengacak rambutnya frustasi, benar-benar gawat jika mereka kembali sekarang, apalagi orang itu.
"Lalu bagaimana keadaanmu saat itu?"
"Aku memuntahkan banyak darah, seperti ada sesuatu menggerogoti bagian dalam tubuhku, dan kepalaku rasanya ingin meledak saat itu juga. Namun sepertinya ini hanya permulaan dari tahap satunya, karena dulu saat tahap satu tidak separah ini."
Si pemilik mata topaz itu pun menarik napas berat, ia lalu berdiri dan mencari sesuatu pada rak-rak di dekatnya.
5 menit berlalu. Akhirnya Noya menemukan sebuah botol berisikan cairan berwarna ungu yang telah ia cari, lantas memberikannya kepada Awan.
"Minumlah ini seminggu sekali, mungkin ini akan mengurangi keadaan yang lebih buruk di tahap kedua nanti. Jika benar-benar tidak berpengaruh, suruhlah adikmu itu kesini seperti tempo hari untuk memberitahukan ku. Aku akan segera kesana saat hal itu terjadi."
Awan tersenyum tipis, "Terima kasih Noya karena sudah membantuku selama ini. Aku tidak tahu harus bagaimana jika tidak mengenalmu. Maaf banyak merepotkan mu."
"Tak masalah, yang terpenting aku berharap kamu dapat keluar dari belenggumu itu suatu saat nanti."
. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempat Berpijak | YTMCI
FanfictionTentang mereka yang menemukan tempat untuk bernaung. Akankah kedamaian yang mereka rasakan hingga saat ini dapat mereka pertahankan? Note: > Cerita ini mengambil setting berbeda dengan rp brutal legend (Alternative Universe) > Cerita ini akan memili...