chapter 7; Tidak sadarkan diri

52 7 0
                                    

Setelah satu jam perjalanan, riuk pikuk pun terdengar oleh indra pendengaran kedua pemuda itu saat pertama kali sampai di kota. Jujur saja, ini adalah pertama kalinya dari beberapa tahun belakang semenjak Narendra menginjakkan kakinya di tempat yang padat penduduknya. Ia masih tak terbiasa dengan bisingnya tempat ini jika boleh jujur.

Narendra meraih tangan kecil milik pemuda di sampingnya itu. Febfeb sedikit kaget, ia mendongak, terlihat wajah yang menampakkan kebingungan, "Aku takut kamu akan tersesat dengan badanmu yang kecil itu. Daripada nanti kamu hilang dan aku perlu mencari mu lagi, mending seperti ini." Seakan tau dengan pertanyaan yang akan diucapkan oleh yang lebih muda, Narendra menjawab terlebih dahulu. Febfeb yang telah mendengar ucapannya itu hanya mengangguk pasrah, tetapi bukan salahnya kan kalau ia belum cukup tinggi sekarang? Ia hanya kekurangan gizi, lagipula dirinya pun masih dalam masa pertumbuhan, jadi beberapa tahun ke depan dapat dipastikan ia akan lebih tinggi dari sekarang.

Tangan Narendra meraih peta yang telah diberikan oleh Awan, mencari tempat yang dimaksud oleh si pemilik netra emerald itu. Awalnya ia sedikit bingung dengan tata letak dimana tempat itu berada, namun ketika melihat salah satu bangunan dengan nama 'Evanescent' Narendra tau bahwa ia telah sampai di tempat yang ingin ia tuju.

Kenop pintu diputar pelan, mereka memasuki tempat tersebut. Netranya melihat seseorang di depan sana, lantas langkah kakinya membawa ia menghampiri orang tersebut.

"Permisi, saya membawa surat ijin untuk kakak saya Awan karena beliau tidak dapat melakukan misi pada hari ini dikarenakan sakit," sambil berbicara, tangannya yang luwes itu merogoh tas yang ia bawa untuk mengambil secarik kertas, kemudian kertas itu ia berikan kepada orang tersebut.

Yang diajak bicara mengangguk pelan, lalu mengambil kertas tersebut, "Titipkan salamku kepadanya, semoga lekas membaik." Pria dengan iris biru itu berujar, "Baik, terima kasih atas waktunya." Kemudian kedua pemuda itu pergi dari sana.

Setelah keluar dari tempat tersebut, mereka pun langsung pergi untuk membeli obat untuk Awan.

. . .

Langit jingga mulai tercipta, menandakan hari sudah menjelang sore. Mereka baru saja sampai di tempat tinggal. Namun dari luar tak terlihat ada yang meninggalnya, sunyi, sama sekali tidak ada suara. Buru-buru kedua pemuda itu masuk.

Saat pintu rumah itu terbuka, mereka disambut dengan Awan yang telah tak sadarkan diri, tergeletak di ruang tengah dengan banyak darah di sekitarnya.

Si pemilik netra orange dan iris obsidian itu jelas saja panik, raut wajah mereka memucat, seluruh tubuhnya bergetar, lantas segera menghampiri Awan.

"BANG, BANGUN! B-bang tolong bangun, jangan tinggalin aku sendiri bang" Narendra meneteskan air matanya, menggoyang-goyangkan badan Awan, berharap pria itu lekas membuka matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"BANG, BANGUN! B-bang tolong bangun, jangan tinggalin aku sendiri bang" Narendra meneteskan air matanya, menggoyang-goyangkan badan Awan, berharap pria itu lekas membuka matanya. Namun tak ada respon darinya. Wajah Awan benar-benar pucat pasi, nampaknya sudah kehilangan banyak darah.

Narendra segera memeriksa tubuh Awan, tetapi tidak menemukan luka sama sekali, jadi darimana darah-darah ini berasal?

. . .


Author Note:

Halo semua~ maaf updatean-nya lebih pendek dari biasanya, karena saya lagi write block 🥹 Gatau bakal sampai kapan, tapi semoga ga lama-lama banget. Untuk ilustrasinya bakal saya tambahin kalau ada waktu yap! Ditunggu aja 🫡🫶 Makasih buat kalian yang selalu nungguin update!

Tempat Berpijak | YTMCI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang