chapter 4; Tangis

57 8 0
                                    

Pemuda itu menatap Awan dengan seksama, lantas ia melontarkan pernyataan, "Kau pasti salah satu dari mereka! Biarkan aku pergi dari sini! Kau tidak akan mendapatkan apa yang kau mau dengan mengurungku!"

Awan kaget, tentu saja. Tak menyangka bocah sekecil ini dapat melontarkan kalimat seperti itu. Ia mencoba untuk mendekati pemuda itu, namun yang didekati memundurkan dirinya secara teratur, nampak masih was-was dengan dirinya.

. . .

Awan POV

Aku terdiam sejenak, memikirkan apa yang harus katakan dengan hati-hati. Takutnya nanti ia semakin menuduhku kalau aku adalah bagian mereka. Lagipula, siapa yang bocah ini maksud dengan mereka? Apa yang mereka incar dari bocah sekecil ini.

"Kamu harus tenang terlebih dahulu. Aku bahkan tidak tau siapa yang kamu maksud dengan 'mereka' ini. Mari kita bicara pelan-pelan di ruang tengah." Ajakku pelan. Walau nampaknya ia masih sedikit ragu, tapi dia tetap mengikuti ku dari belakang menuju ruang tengah.

Aku menyuruhnya untuk duduk dengan tenang, dan menungguku sebentar untuk menyajikan secangkir teh. Namun sepertinya karena dia masih belum percaya denganku karena ia takut aku memberinya racun di dalam teh tersebut, jadi dia memutuskan untuk pergi bersama denganku ke dapur.

Tak sampai 10 menit setelah aku meracik teh sembari diperhatikan oleh si pemuda dengan netra orange itu, aku mengajaknya kembali menuju ruang tengah.

"Minumlah terlebih dahulu, ini tidak ada racunnya kok. Kamu sendiri juga melihatnya kan tadi, aku tidak memberikan sesuatu yang aneh di dalam tehmu."

Ia hanya diam, tak membalas ucapan ku. Namun tangannya yang kecil itu meraih cangkir teh yang telah ku buat. Dirinya menyeduh teh tersebut secara perlahan agar tidak terlalu panas saat diminum.

Setelah kulihat ia telah selesai minum teh, aku mulai menjelaskan apa yang terjadi tadi malam, kurang lebih dengan yang sudah diceritakan oleh Narendra. Sebenarnya aku berpikir lebih baik Narendra saja yang menjelaskannya kepada pemuda di depanku ini. Namun adikku yang satu itu bukanlah sosok yang bisa dibangunkan pagi-pagi.

Ia terdiam setelah mendengarkan penjelasan ku. Nampaknya ia sedang berpikir, entahlah, aku juga tidak ingin terlalu memusingkannya untuk sekarang.

. . .

Author POV

Pemuda itu tiba-tiba saja meneteskan air mata, terisak pelan, nampak lega karena mereka bukanlah orang yang telah mengincarnya. Awan yang melihat itu mendekatinya, lalu duduk di sebelah si pemilik helai coklat itu. Merengkuhnya ke dalam sebuah pelukan hangat, membiarkannya melepaskan semua emosi yang tengah ia rasakan itu. Meskipun Awan tidak tau apa yang telah menimpa pemuda itu, namun ia telah lega karena sekarang ia baik-baik saja.

"Tak apa, menangislah, keluarkan semuanya. Kau sudah aman di sini denganku. Tidak akan ada yang menyakitimu lagi, aku janji."

. . .

Saat sudah terasa tidak ada pergerakan lagi di dalam rengkuhannya, Awan mencoba untuk melepaskan pelukannya itu secara perlahan, ia menundukkan kepalanya dan melihat bahwa si pemuda telah tertidur pulas di pelukannya. Mungkin ia masih kelelahan dengan kejadian semalam dan masih memerlukan banyak istirahat. Lagipula luka-lukanya belum begitu kering, jadi wajar saja jika hal ini terjadi.

Suara terdengar dari kamar Narendra, menandakan si pemilik kamar itu sudah terbangun dari tidurnya.

"Selamat pagi, bang." sapanya, Narendra pun menghampiri Awan di ruang tengah yang tak jauh dari kamarnya itu

"Pagi ren, masih capek?"

"Udah gak begitu sih, bang. Masih agak pegal sedikit cuma gapapa. Terus bocah ini kenapa sama abang?" Narendra bertanya keheranan.

"Tadi aku telah menjelaskan apa yang sudah terjadi semalam ke dia, lalu ia tiba-tiba saja menangis dan berakhir ketiduran di pelukanku." Jelas Awan. Narendra yang mendengar hal tersebut hanya mengangguk-angguk saja, sedikit lega karena abangnya tidak diteriaki oleh bocah itu— yah Narendra tidak tau saja bahwa sebenarnya Awan sudah diteriaki tadi pagi oleh si pemilik netra orange itu. Namun itu cerita di lain hari.

. . .

Tempat Berpijak | YTMCI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang