10. Kala yang Pengertian

20.7K 1.9K 96
                                    

Tolong vote untuk menghargai tulisanku

****

Saat di rumah orang tuanya, Khanza selalu masak untuk makan siang bila dia tidak sedang bekerja, tetapi di rumah Tristan gadis itu hanya ditugaskan untuk menjaga Kala karena tugas rumah lainnya telah dikerjakan semua. Tidak terkecuali masak makanan untuk makan siang yang dilakukan oleh Bi Fatimah.

Dan begitu Kala tidur siang, kebosanan langsung menghampiri Khanza. Ia sudah mencoba mengalihkannya dengan bermain sosial media, namun itu tidak juga berhasil. Alhasil, ia tertidur di atas sofa. Hal itu hanya berlangsung beberapa saat karena tidak lama kemudian, bel rumah ditekan tiba-tiba. Otomatis Khanza terjaga. Ia pun bergegas membuka pintu untuk menyambut seorang pria berpakaian hitam di depan pintu rumah Tristan.

“Siapa, ya?” tanya Khanza dengan kening berkerut.

Pria paruh baya berpakaian hitam itu langsung tersenyum lebar. “Saya Theo asistennya Tuan Agam. Non ini siapa, ya?”

Khanza tersenyum canggung. “Saya babysitternya Kala.”

Pria itu mengangguk mengerti. Ia benar-benar tidak terkejut lagi karena setiap kali ke sini yang menyambutnya selalu babysitter Kala yang baru. Penyebabnya pasti karena babysitter yang lama tidak cocok untuk Kala.

“Silakan masuk, Pak Theo.” Khanza sedikit bergeser dari depan pintu agar pria bernama Theo itu bisa masuk.

Selanjutnya, Theo duduk di atas sofa, tepat di hadapan Khanza. Hanya meja kaca di tengah-tengah yang membatasi mereka.

“Pak Theo mau minum apa?”

“Nggak usah repot-repot, Non, saya ke sini cuma sebentar kok. Saya cuma mau menyampaikan hal yang tadi lupa disampaikan oleh Tuan Agam ke Den Tristan.” Lalu Theo mengeluarkan dua lembar brosur dan formulir dari tas hitam yang ia bawa. “Karena sekarang Den Kala sudah berusia empat tahun satu bulan, Tuan Agam meminta agar Den Kala segera didaftarkan ke sekolah TK dan cabang olahraga bela diri untuk anak-anak, agar waktu besar nanti Den Kala bisa melindungi diri dari perundungan yang kemungkinan terjadi.”

Khanza terdiam, dia memandangi brosur yang berisi informasi tentang tempat latihan bela diri untuk anak-anak, serta brosur yang berisi informasi tentang salah satu Taman Kanak-kanak yang begitu terkenal di ibu kota.

“Nanti kalau Den Tristan udah pulang, tolong sampaikan ya, Non.”

“Iya, Pak.”

“Kalau gitu saya pamit dulu. Titip salam buat Den Kala dan Den Tristan.”

“Iya, Pak.” Khanza mengangguk lalu mengiringi kepergian Theo hingga di depan pintu. 

Dan setelah Theo benar-benar pergi dari sana, Khanza kembali duduk di sofa untuk melihat-lihat kembali formulir dan brosur yang pria itu bawa. Kurang lebih sepuluh menit Khanza duduk sendirian sampai akhirnya, ia menyadari jika Kala yang baru bangun datang mendekatinya.

“Papa dah puyang?” tanya anak itu setelah ia naik ke pangkuan Khanza.

“Belum. Kan masih di kantor,” jawab Khanza sembari mengusap-usap rambut Kala yang tidur di pangkuannya. Seharusnya Kala bisa menerima jawaban itu karena Papanya memang sangat sering meninggalkannya bekerja, tetapi entah kenapa, setiap bangun tidur ia selalu ingin melihat Papanya.

Anak Mantan (A Lovely Thing Called Hope) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang