4. Babysitter Baru

19.3K 774 100
                                    

“Caya cendili telus,” gumam Kala karena ia sudah tidak menemukan Papanya lagi di rumah. Anak itu masih memakai piama kuning bermotif spongebob ketika melangkah ke ruang tamu. Ia pikir dirinya bakal mendapati Bi Fatimah yang datang setiap pagi untuk membuat sarapan, ternyata Kala tidak mendapati siapa pun di rumahnya.

Anak itu manyun. Lantas membuka pintu rumah dengan susah payah. Untungnya usahanya tidak sia-sia karena Kala menemukan seorang pria paruh baya yang sedang menyapu halaman.

Tanpa ragu Kala mendekati pria yang sering dipanggil ‘Pak Anan’ itu.

“Eh, Den Kala.” Pak Anan langsung tersenyum begitu menyadari kehadiran Kala. Sedangkan anak itu mendongak.

“Yapal,” ucap anak itu sembari memegang perutnya. Pak Anan yang sudah biasa melihat hal seperti ini langsung menarik napas panjang. Beliau tidak habis pikir dengan kelakuan Tristan yang tega meninggalkan Kala dalam keadaan lapar.

“Den Kala mau makan apa?” tanya beliau prihatin. Pria itu melepas sarung tangannya dan menjatuhkan sapunya begitu saja.

“Ga tau,” balas Kala ragu.

“Makan nasi uduk aja gimana? Kebetulan saya juga belum sarapan dari tadi.”

Kala mengangguk. Ia mau makan apa saja yang penting bukan sereal, karena ia sudah sangat bosan sarapan dengan makanan itu. “Tapi Caya cuci muka duyu.”

“Iya, Den.” Pak Anan langsung mengikuti putra majikannya ke dalam rumah karena beliau mengira anak itu akan butuh bantuan. Ternyata tidak, Kala bisa melakukannya sendiri, mulai dari cuci muka sampai sikat gigi. Sebenarnya Kala selalu mandi pagi, tetapi perutnya yang terlanjur keroncongan membuatnya tidak sabar ingin makan. Alhasil, dia memutuskan untuk tidak mandi pagi ini. “Udah?”

“Dah.”

Setelahnya Pak Anan langsung mengajak putra majikannya keluar untuk mencari makan. Mereka jalan kaki, langkah Kala sangat cepat dan penuh semangat, Pak Anan sampai tersenyum sendiri melihatnya.

“Jangan cepat-cepat Den, nanti jatuh.”

Kala tidak mendengarkan. Sekarang ia malah berlari ke arah gerobak penjual nasi uduk yang mangkal di depan gerbang salah satu rumah mewah di komplek itu.

“Caya mau mam,” pinta anak itu lugu. Membuat Bapak penjual nasi uduk itu menoleh ke arahnya.

“Wah, anaknya Den Tristan, ya?” Bapak itu bertanya antusias. Dan Kala mengangguk secepat yang ia bisa. “Pantesan ganteng kayak Papanya.”

Kala menyengir lebar. Merasa sangat senang jika ada orang yang berkata dia ganteng seperti Tristan.

“Nasi uduknya dua, Mang. Yang buat Den Kala Nasinya jangan terlalu banyak nanti nggak habis.” Pak Anan menoleh ke arah Kala. “Lauknya mau yang mana, Den?”

Karena bingung, alhasil Kala diam saja.

“Ayam goreng mau?”

Barulah anak itu mengangguk.

“Buat Den Kala lauknya ayam goreng aja ya, Mang.” Sekali lagi Pak Anan melirik Kala. “Aden mau tambah tempe nggak?”

Kali ini Kala tidak menjawab, matanya tertuju pada seorang anak perempuan yang muncul dari balik gerbang besar rumah mewah di seberang jalan. Gadis kecil itu menggandeng tangan Papanya sejenak. Tetapi saat hendak menyeberang, pria itu membawa putri kecilnya dalam gendongan.

“Den?”

Perhatian Kala sudah diambil sepenuhnya oleh gadis kecil yang digendong itu.

“Aden mau tempe juga?” Kala menoleh karena Pak Anan menyentuh bahunya.

Anak Mantan (A Lovely Thing Called Hope) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang