BAB 3

129 23 4
                                    


"Hah!?"

Juliana terkejut melihat dirinya yang setengah telanjang, di tambah lagi dengan di samping dirinya melihat April yang memeluk tubuhnya, Juliana langsung beranjak dari tempat tidur dan berusaha mengingat kejadian malam yang terjadi pada saat itu.

"Apa ini, kenapa aku begini...?"

"Astaga! Apa yang aku lakukan tadi malam." Juliana tersadar, dan ketakutan dengan apa yang terjadi semalam, ia bergegas mengambil pakaiannya dan memakainya kembali.

Juliana hanya bisa menangis di ranjang sembari memeluk lututnya, ia ketakutan dengan apa yang terjadi, April yang mendengar suara tangisan itu langsung terbangun, April juga terkejut dengan dirinya yang bertelanjang dada, namun ia lebih terkejut dengan Juliana yang sedang menangis tersedu-sedu.

April berusaha mencerna apa yang sedang terjadi, dia mengingat-ingat apa yang terjadi waktu semalam, ketika dia sudah teringat dengan kejadian semalam itu, April merasa bersalah kepada Juliana, ia langsung memeluk Juliana untuk menenangkannya.

"Maaf Jul, aku salah. Jangan menangis seperti ini Jul, ayolah." Ucap April yang terlihat cemas.

"Aku takut pril..." Ucap Juli.

"Tenanglah Jul, aku janji jika kamu kenapa-kenapa aku ada dan selalu ada untuk kamu, aku janji Jul." Ucap April meyakinkan Juli yang masih ketakutan, terlihat begitu jelas rasa takut cemas sedih menjadi satu.

Setelah kejadian itu, beberapa minggu kemudian Juliana kembali ke rumah, karena ayahnya mencari-cari dan menelepon Juliana terus menerus, bagaimanapun juga Juliana adalah anak kandungnya, sejahat apapun, ayahnya masih mempunyai rasa rindu yang berat terhadap Juliana, tetapi ketika Juliana pulang ke rumah, Ibu tirinya atau Tina dan Eva anak dari Tina seperti tidak menyukainya, mereka berdua terus-menerus mengejek Juliana.

"Kenapa kamu kembali kesini hah?! Seharusnya, kamu MATI saja lah!" Ucap Eva, dengan muka sadisnya, dia sangat benci kepada Juliana. Juliana hanya terdiam memendam emosinya, Juli tidak mau terpancing dengan perkataan Eva.

"Eva! Apa yang kamu katakan nak, jaga mulutmu, bagaimanapun dia adalah anak ayah, dia itu kakakmu Eva, sopan sedikit." Ucap Ayah yang membela Juli, Juliana dalam hati merasa sangat senang kepada ayah, walau kadang ayah membela Eva dan Tina, tapi untuk saat ini Juli merasa senang.

"Kau bagaimana, dia itu telah mencuri uang dan emasku, dia juga telah merusak barangmu bukan? Kenapa kau masih membela juga Adi, seharusnya kamu membela Eva bukan Juli!" Ucap Tina yang tidak mau kalah.

"Sudah-sudahlah lupakan itu, aku yakin Juliana tidak akan melakukan itu lagi, aku yakin Juli bisa berubah menjadi anak yang baik." Ucap Ayah, yang kemudian berjalan keluar pintu rumah, sepertinya dia akan pergi tapi entah kemana.

Tina dan Eva menatap tajam Juliana, mereka berdua sangat sangat membenci Juliana.

Tapi, Juli tidak menghiraukan itu, dia merasa senang karena ayah telah peduli dan perhatian lagi kepada Juli.

Saat makan malam tiba, Ayah, Tina, Eva dan juga Juli berkumpul bersama untuk makan malam, semua makanan komplit tersaji di meja makan.

Ketika Juli akan mengambil udang goreng yang tersaji tiba-tiba perut Juliana terasa sangat mual, Juliana rasanya seperti ingin muntah ketika akan memasukan udang itu ke mulutnya.

"Hoek"

"Ada apa Juli, kamu sakit?" Ayah terlihat begitu khawatir kepada Juli, sedangkan Tina dan juga Eva menaruh rasa curiga kepada Juliana, mereka berdua melihat dari atas sampai bawah kepada Juli.

"Aduh gawat!!" Batin Juli.

"Jangan-jangan kamu itu...hamil ya!?" Ucap Eva pada Juli, yang membuat Juli jadi tersedak ketika meneruskan makanan tadi.

"Jaga mulutmu ya! aku sedari tadi diam karena aku sabar menghadapi kalian, tapi sekarang kalian menuduhku yang tidak-tidak, terutama kamu ya Eva, lihatlah ayah." Juliana mengadu pada Ayah, dia sangat berharap ayah membelanya, supaya Eva dan Tina tidak memojokkan dirinya.

"Hm. Kalian ini, jangan berisik ketika makan, nikmati saja makanan yang ada." Ucap Ayah dengan santainya dan melanjutkan makannya.

Selesai makan, Juliana lalu masuk ke dalam kamarnya, ia khawatir dan mondar-mandir tidak jelas, Juliana tidak sadar jika Eva dan Tina sedang mengintip dirinya melalui pintu kaca kamarnya, Juliana lupa tidak menutup gorden pintu kamarnya jadi Eva dan Tina bisa melihat apa yang dilakukan oleh Juliana.

"Kau tunggu sini Eva. Awasi Juliana." Ucap Tina kepada Eva.

Karena Juli terus-menerus khawatir, ia mengambil testpack yang tadi sudah di belinya untuk dipakai mengecek apakah dia hamil atau tidak.

Menunggu beberapa jam, Juliana baru bisa berani melihat testpack itu, dan benar saja hasilnya adalah positif, Eva yang sedari tadi melihat itu langsung menyelusup masuk ke dalam kamar Juliana dan merebut hasil testpack kehamilannya tersebut.

"Heh, lepas gak!" Juliana berusaha merebut kembali testpack itu dari Eva, tapi tidak bisa.

"Brengsek banget si lo!"

"Oooh, ini kan? Jadi lo hamil, hebatnya kamu Jul, pasti ayah bangga punya anak kaya kamu." Eva tersenyum puas bisa membongkar rahasia Juliana, ini saatnya untuk Eva memberi tahu rahasianya kepada Ibunya dan terutama kepada ayahnya.

**

Kalau ada Typo atau kesalahan apapun itu, tinggalkan jejak ;)

DRAMA CINTA JULIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang